agar dapat belajar dengan optimal; dan 3 memori pembelajar, yakni berisi berbagai kemampuan seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tindakan yang
dihasilkan dari aktualisasi memori. Berbagai teori yang mengkaji konsep belajar telah banyak dikembangkan
oleh para ahli. Teori-teori belajar yang mendukung penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
2.1.1.1 Teori Belajar Piaget
Jean Piaget menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai skemata Schemas yang merupakan kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat
mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus dikarenakan bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil
interaksi antara individu dan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin
baik pulalah pola penalaran anak tersebut Suherman, 2003:36. Dalam Suherman2003:36, Piaget mengemukakan bahwa ada empat tahap
perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis menurut usia kalender yaitu:
1 Tahap Sensori Motor, dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun. Pada tahap ini pengalaman diperoleh dari perbuatan fisik gerakan anggota tubuh dan
sensori koordinasi alat indra. 2 Tahap pra operasional, dari sekitar 2 tahun sampai sekitar 7 tahun. Pada
tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit
daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat obyek-obyek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakannya berbeda.
3 Tahap operasi konkrit, dari sekitar umur 7 tahun sampai sekitar 11 tahun. Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan
bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasi dan serasi, mampu
memandang suatu obyek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu berfikir reversibel.
4 Tahap operasi formal, dari sekitar umur 11 tahun dan seterusnya. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal
yang abstrak. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Penalaran yang terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi. Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Sugandi dan Haryanto 2008:35,
ada tiga prinsip utama pembelajaran, yaitu: 1 Belajar aktif
Pembelajaran merupakan proses aktif karena pengetahuan terbentuk dari subjek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak diperlukan suasana
belajar yang dapat memberikan kesempatan siswa untuk melakukan percobaan, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan
membandingkan hasil temuannya dengan hasil temuan temannya.
2 Belajar melalui interaksi sosial Dalam proses pembelajaran perlu diciptakan suasana yang memberikan
kesempatan siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain. Dalam melakukan interaksi tersebut memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat dan membantu
perkembangan kognitif siswa. Dengan berinteraksi sosial, perkembangan kognitif siswa akan lebih beragam sehingga pengetahuan siswa tidak hanya terdiri atas
satu sudut pandang saja dan siswa mampu memandang dengan sudut pandang yang berbeda-beda.
3 Belajar melalui pengalaman sendiri Dalam proses pembelajaran, pengetahuan akan selalu menempel pada
ingatan siswa apabila pengetahuan baru tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman siswa itu sendiri. Sebaiknya pembelajaran dimulai dari pengalaman-
pengalaman nyata siswa daripada bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi yang tidak didasarkan pada pengalaman nyata.
Kaitan penelitian ini dengan teori Piaget adalah adanya keaktivan siswa saat memanipulasi alat peraga, berdiskusi menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS
untuk menentukan rumus luas permukaan dan volum limas dan pembelajaran dengan pengalaman sendiri akan membentuk pembelajaran yang bermakna.
2.1.1.2 Teori Belajar Bruner