lebih baik. Melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat guru dapat memilih atau menyesuaikan jenis pendekatan dan metode pembelajaran dengan
karakteristik materi pelajaran yang disajikan. Kecermatan guru dalam menentukan model pembelajaran menjadi hal penting, karena pembelajaran adalah suatu proses
yang kompleks yang di dalamnya melibatkan berbagai unsur yang dinamis. Meskipun keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas merupakan hal
yang sangat penting, akan tetapi guru harus tetap dapat mengontrol aktivitas perilaku siswa di kelas classroom management activities.
Dari beberapa pemikiran tentang model pembelajaran seperti yang dikemukakan di atas, dapat kita ambil kesimpulan tentang model pembelajaran.
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar. Selain itu,
model pembelajaran juga bertujuan untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan
untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas-
aktivitas pembelajaran.
2.2.5 Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Sukandi 2003 dalam Sunarto 2009, mengemukakan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak
mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu, bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses
pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Disini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak
didominasi gurunya sebagai “pentransfer” ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.
Burrowes dalam Riyanti 2012 menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang
cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya
kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: 1 Pembelajaran berpusat pada guru; 2
Terjadi pembelajaran pasif passive learning; 3 Interaksi di antara siswa kurang; 4 Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan 5 Penilaian bersifat sporadis.
Menurut Brooks Brooks dalam Riyanti, 2012, penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa
penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran yang didominasi gurunya sebagai “pentransfer” ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu dengan lebih
menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang
dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau
mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Siswa hanya dituntut untuk mengungkapkannya kembali melalui tes terstandar.
2.2.6 Model Pembelajaran Active Learning