sendiri. Setelah proses tersebut terjadi diharapkan siswa akan selalu mengingatnya untuk menanamkan pengetahuan dalam diri siswa pada pembelajaran IPS di kelas V
melalui model take and give dan media powerpoint dengan indikator keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dengan SK 2 Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta KD 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme
Rifai’i dan Anni 2009: 137-140 menjelaskan bahwa belajar adalah menciptakan makna dan pengalaman. Otak menyaring input dari dunia luar untuk
menghasilkan realitas dunia itu sendiri. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi. Faktor
yang mempengaruhi belajar yaitu antarsiswa dan lingkungan saling berinteraksi untuk menciptakan makna, pentingnya konteks, isi, pengetahuan harus dipasangkan dengan
situasi dimana pengetahuan itu terjadi, belajar terjadi dalam setting yang realistis, dan belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep dan budaya. Tokoh yang berperan dalam
teori konstruktivisme adalah Jean Piaget dan vygotsky. Piaget dalam Burhanudin dan Wahyuni, 2012: 123 menjelaskan tahap perkembangan individu yakni:
1 Tahap sensorimotor usia 0-2 tahun pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti
melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-lain.
2 Tahap praoperasional usia 2 –7 tahun hal ini ditandai dengan anak mulai
mempresentasikan dunia dengan kata dan gambar. 3 Tahap operasional konkrit usia 7-12 tahun pada tahap ini anak dapat berpikir
secara logis
mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkret
dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda.
4 Tahap operasional formal usia 11-15 tahun pada tahap ini anak berpikir dengan cara lebih abstrak. Pembelajaran harus disusun dengan membangun
model pembelajaran pengetahuan, meningkatkan kerjasama, dan mendesain lingkungan yang autentik. Dalam teori belajar ini peran guru adalah: 1
mengajar siswa bagaimana membangun makna; 2 memonitor dan selalu mempengaruhi bangunan mereka; 3 mengarahkan dan mendesain
pengalaman bagi siswa sehingga autentik, konteks yang relevan yang dialami. Peranan guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang
memungkinkan peserta didik secara aktif mencari informasi sendiri, mengasimilasi dan mengadaptasi informasi sendiri, dan mengkotruksinya
menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing. Dengan kata lain, dalam pembelajaran kontruktivisme peserta
didik memegang peran kunci dalam mencapai kesuksesan belajarnya, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Plalangan 04 Semarang berada dalam tahap operasional konkrit usia 7-12 tahun yaitu pada tahapan anak
dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret. Penelitian
sesuai dengan tahap operasional konkrit siswa akan memproses informasi yanag diajarkan guru kemudian menghubungkan dengan pengetahuan baru dan pengetahuan
yang telah ada sebelumnya, sehingga terbentuk pengalaman baru di dalam diri siswa. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas
pengalaman individual dan interaksi dalam lingkungan belajar. Oleh sebab itu teori ini sangat sesuai dalam penelitian peningkatan kualitas pembelajaran IPS di SD
Negeri Plalangan 04 Kota Semarang.
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Sosial di SD