I. PENDAHULUAN 1. 1.
Latar Belakang
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada Tahun 1998, menimbulkan dampak yang sangat luas bagi perekonomian Indonesia. Menurunnya nilai tukar
rupiah, melemahnya investasi dan terjadinya inflasi yang tidak terkendali menimbulkan kelesuan usaha pada setiap sektor perekonomian yang juga dapat
menyebabkan menurunnya kesempatan kerja di setiap sektor perekonomian tersebut.
Krisis ekonomi ini mengakibatkan aktivitas dari setiap sektor perekonomian menjadi terhambat, sehingga tidak bisa menjalankan aktivitasnya
dengan normal. Hal ini berdampak buruk terhadap perkembangan sektor-sektor perekonomian tersebut. Oleh karena itu, banyak sektor-sektor perekonomian yang
mengurangi pemakaian jumlah tenaga kerja, bahkan dibeberapa sektor perekonomian terjadi pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran sehingga
pengangguran semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 memperlihatkan bahwa pada Tahun 1998, yaitu pada saat krisis
ekonomi melanda negara kita, walaupun dilihat secara keseluruhan penyerapan tenaga kerja nasional mengalami peningkatan, namun bila dilihat dari penyerapan
tenaga kerja pada setiap sektor ekonomi mengalami penurunan, kecuali untuk sektor pertanian dan sektor pengangkutan. Penurunan ini disebabkan karena
terjadinya krisis ekonomi sangat mempengaruhi aktivitas sektor-sektor perekonomian, terutama sektor-sektor yang dalam proses produksinya
menggunakan bahan impor dan sangat rentan terhadap perubahan nilai tukar dan
suku bunga, sehingga juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian dan sektor pengangkutan tidak terlalu terpengaruh oleh terjadinya krisis
ekonomi, karena sektor ini tidak terlalu rentan terhadap perubahan nilai tukar dan suku bunga, sehingga masih mampu memberikan kontribusi terhadap kesempatan
kerja. Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu
Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 1996-2004 Jiwa
Tahun Sektor
Usaha 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
1 43,51 41,47 46,98 45,75 48,33 47,38 48,44 51,31 48,41
2 0,90 1,04 0,80 0,87 0,54
0,75 0,87
1,23 3
12,60 13,12 11,84 13,73 13,90 14,41 14,44 13,70 13,20 4
0,20 0,28 0,18 0,22 0,09 0,21
0,18 0,28
5 4,50 4,99 4,20 4,07 4,22 4,57 5,09 4,83 5,41
6 18,88 20,21 20,04 20,90 22,05 20,82 21,21 20,56 22,79
7 4,69 4,92 4,95 5,01 5,43 5,30 5,57 5,89 6,53
8 0,82 0,78 0,74 0,76 1,06 1,34 1,18 1,56 1,34
9 13,90 14,99 14,77 14,57 11,44 13,12 12,35 11,73 12,53
Total 100,00 101,80 104,51 105,87 107,05 108,25 109,25 110,63 111,72
Sumber : BPS Perluasan Sakernas, 1996-2004 Pendataan pada tahun 2001 kedua lapangan usaha ini digabungkan sebagai lapangan
usaha lain-lain yang nilainya sebesar 1.091.120 jiwa. Keterangan : 1. Pertanian
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.
Pertambangan dan
Penggalian 7.
Pengangkutan 3. Industri Pengolahan
8. Bank dan Lembaga Keuangan lain 4. Listrik, Gas dan Air Bersih
9. Jasa-jasa 5.
BangunanKonstruksi
Tahun 1999 sampai Tahun 2004, seluruh sektor perekonomian mengalami pertumbuhan kesempatan kerja yang semakin meningkat. Menurut Prasentiantono
2000, beberapa indikator yang menampakkan gejala membaik Mei 1999, setidaknya ada lima indikator utama yang tampil impresif :
1. Kurs rupiah cenderung stabil, dan bahkan menguat sampai level Rp 8000-an
per dollar AS.
2. Laju inflasi dapat ditekan rendah. Pada bulan Maret sampai April 1999
bahkan terjadi deflasi inflasi negatif, yaitu minus 0,18 persen dan minus 0,68 persen.
3. Pasar modal juga membaik, yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks harga
saham gabungan IHSG hingga mencapai 560. Angka ini termasuk tinggi untuk ukuran masa krisis. Sebagai perbandingan, rekor indeks terendah
adalah 265 1998 dan rekor tertinggi adalah 720 sebelum krisis, 1997 4.
Suku bunga dapat diturunkan secara bertahap. Pada pekan pertama Mei 1999 BI sudah berani menetapkan suku bunga simpanan maksimal 34 persen
dapat dijamin oleh pemerintah. 5.
Harga minyak di pasar dunia terus meningkat. Pada bulan Mei 1999, harga minyak naik hingga menembus US 18 per barrel.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tahun 1999 di Indonesia sudah mengalami masa pemulihan dari keterpurukan ekonomi yang diakibatkan krisis
ekonomi, sehingga sudah bisa dikatakan Indonesia sudah keluar dari krisis ekonomi. Tanda-tanda pemulihan ekonomi mulai tampak, setelah Pemilu 7 Juni
1999 dilaksanakan secara relatif sukses, kurs rupiah cenderung menguat dan stabil pada level Rp 6.700,- per dollar. Indeks harga saham naik sampai level 712.
Selain itu harga-harga juga mengalami deflasi selama 6 bulan berturut-turut. Dampak krisis ekonomi ini merata dirasakan oleh seluruh wilayah di
Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang merasakan dampak dari krisis ekonomi yang melanda nasional. Sebagai akibat dari krisis
ekonomi tersebut, penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat juga mengalami
pasang surut, tetapi lebih banyak mengalami surutnya. Surutnya penyerapan tenaga kerja pada setiap sektor perekonomian menimbulkan permasalahan yang
rumit dan kompleks, terutama permasalahan sosial dan ekonomi. Menurut Tobing 1993 rendahnya kesempatan kerja menimbulkan berbagai masalah sosial
ekonomi baru, diantaranya: 1. Rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan;
2. Rendahnya kemampuan daya beli purchasing power; 3. Meningkatnya jumlah pengangguran;
4. Meningkatnya arus migrasi desa-kota; dan 5. Ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah.
Pasang surut penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat dapat diketahui melalui jumlah tenaga kerja yang bekerja, seperti yang terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004 Jiwa
Tahun Lapangan
Usaha 1999 2000 2001 2002 2003 2004
1 5.203.953 4.865.547 5.128.660 4.599.956 5.158.605 4.353.604
2 108.448 95.996 59.580 69.055
113.718 64.068 3
2.711.995 2.835.160 2.486.944 3.259.447 2.361.807 2.569.523 4
50.045 51.432 31.033 37.163 51.056 39.839 5
752.861 788.171 791.532 797.391 723.327 849.855 6
3.923.742 4.091.388 3.347.170 3.326.923 3.339.491 3.331.241 7
1.100.474 1.282.488 1.002.234 1.104.835 1.067.487 1.284.381 8
204.596 107.413 226.934 229.929 197.584 271.575 9
2.344.531 2.272.831 1.575.280 1.798.358 769.571 1.831527 10
17.182 - 1.180 10.743 12.601 2.698
Total 16.417.827 16.390.426 14.650.547 15.233.800 13.795.247 14.598.311
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas, 1999-2004 Keterangan : 1. Pertanian
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.
Pertambangan dan
Penggalian 7.
Pengangkutan 3. Industri Pengolahan
8. Bank dan Lembaga Keuangan lain 4. Listrik, Gas dan Air Bersih
9. Jasa-jasa 5. Bangunan Konstruksi 10. Lainnya sektor informal
Tabel 2 memperlihatkan bahwa sektor pertanian mengalami pasang surut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, tetapi selalu
memberikan kontribusi terbesar setiap tahunnya dalam menciptakan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat. Sektor lainnya merupakan sektor yang memberikan
kontribusi paling kecil setiap tahunnya terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat, bahkan untuk tahun 2000 sektor lainnya ini tidak
memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat tersebut.
Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 1993 di Provinsi Jawa Barat Tahun 1993-2003
Juta Rupiah Tahun PDRB
1993 53.939.673,00 1994 57.823.106,00
1995 62.491.165,00 1996 68.243.530,00
1997 71.568.924,02 1998 58.847.840,13
1999 60.200.704,78 2000 55.660.204,92
2001 58.311.797,88 2002 60.594.235,36
2003 63.249.926,50
Sumber : BPS Jawa Barat, 1993-2003
Dampak ekonomi rendahnya penyerapan tenaga kerja akhirnya dapat semakin mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang ada. Rendahnya daya beli akan
berdampak pada turunnya permintaan barang dan jasa serta akan mengurangi aktivitas sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Turunnya aktivitas
sektor-sektor perekonomian tersebut salah satunya akan berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja, yang berarti juga dapat mengurangi kesempatan
kerja yang tersedia di Provinsi Jawa Barat, dan pengangguran akan semakin
bertambah. Contoh konkret saat terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, terjadi penurunan pendapatan per kapita PDRBKapita di Propinsi Jawa Barat menjadi
Rp. 58.847.840,13 juta, dari PDRB sebelumnya tahun 1997 yaitu sebesar Rp. 71.568.924,02 juta.
Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang terkena dampak dari krisis ekonomi, yang menyebabkan perekonomian di
Kabupaten tersebut mengalami keterpurukan. Padahal apabila dilihat pada era sebelum terjadinya krisis ekonomi, perekonomian di Kabupaten ini merupakan
salah satu wilayah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang baik, dan mampu berkontribusi besar terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat. Hal ini
dapat dilihat dari kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi, yang terdapat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1992-1997 Jiwa
Tahun Lapangan
Usaha 1992 1993 1994 1995 1996 1997
1 107.749
148.490 88.260 142.975 126.020 50.009
2 12.596 17.372
3.818 8.428
19.721 3.019
3 153.710 149.402
193.311 227.353
378 .861
100.655 4
7.816 6.392 2.353 12.989 21.805 4.889
5 33.905
38.046 53.963 38.768 76.798
20.156 6
169.454 204.638
213.027 255.809 399.384 96.798
7 64.555 75.726
84.285 88.938
156.803 49.324
8 20.522 9.542
12.603 17.946 29.821 7.300
9 149.636
178.018 195.766 197.310 386.717
72.446 10 1.574
3.976 811 992
7.376 960
Total 721.517 831.602
848.197 991.508 1.603.306
405.556
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Susenas, 1992-1997 Keterangan : 1. Pertanian
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2. Pertambangan dan Penggalian
7. Pengangkutan 3. Industri Pengolahan
8. Bank dan Lembaga Keuangan lain 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa
5. BangunanKonstruksi 10. Lainnya sektor informal
Tabel 4 memperlihatkan jumlah tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi terjadi. Sektor –
sektor perekonomian memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi terciptanya kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi. Tahun 1996 sektor-sektor ekonomi
tersebut mampu memberikan kontribusi paling besar dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni sebesar 1.603.306 jiwa.
Sektor yang terbesar dalam memberikan kontribusinya adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yakni sebesar 399.384 jiwa, dan sektor yang terkecil dalam
memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi adalah sektor lainnya, yakni sebesar 7.376 jiwa. Namun dipertengahan tahun
1997 kontribusi sektor-sektor perekonomian tersebut mulai mengalami penurunan karena pada saat itu sudah mulai mendekati terjadinya krisis ekonomi. Kontribusi
yang diberikan hanya sebesar 405.556 jiwa dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bekasi.
Tabel 5. PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1993- 1998 Juta Rupiah
No 1993 1994 1995 1996 1997 1998
1 405.885,00 378.071,00 383.587,00 262.560,50 217.351,18 198.999,95
2 8.512,00 9.533,00 11.154,00 13.028,00 13.869,78 4.608,15
3 2.327.905,00 2.768.121,00 3.258.078,00 3.097.111,39 3.398.427,80 3.261.451,77
4 67.461,00 82.327,00 103.447,00 94.537,98 120.618,30 111.179,43
5 229.319,00 263.716,00 320.415,00 195.707,94 201.719,27 133.312,19
6 352.527,00 606.192,00
684.429,00 1.779.732,05
1.843.570,02 852.716,79
7 147.374,00 196.496,00 220.807,00 124.713,07 129.590,30 121.159,13
8 194.518,00 205.640,00 216.224,00 210.232,15 250.314,25 132.638,61
9 391.388,00 467.131,00 504.973,00 214.610,40 220.210,55 222.692,79
10 - -
- -
- -
Total 4.304.889,00 4.977.227,00 5.703.114,00 5.992.233,48 6.395.671,45 5.038.758,81
Sumber : BPS Kabupaten Bekasi, Susenas, 1993-1998 Keterangan : 1. Pertanian
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2. Pertambangan dan Penggalian
7. Pengangkutan 3. Industri Pengolahan
8. Bank dan Lembaga Keuangan lain 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa
5. BangunanKonstruksi 10. Lainnya sector informal
Kontribusi Sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Bekasi pada era sebelum krisis ekonomi, bila dilihat secara keseluruhan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun peningkatannya tidak terlalu besar. Terlihat pada Tabel 5 bahwa pada tahun 1993 kontribusi sektor-sektor ekonomi
sebesar Rp. 4.304.889,00 juta, semakin meningkat menjadi Rp. 6.395.671,45 juta pada tahun 1996. Tetapi ketika terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, kontribusi
sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Bekasi mengalami penurunan menjadi Rp. 5.038.758,81 juta, hal ini disebabkan karena terhambatnya aktivitas
ekonomi dari sektor-sektor tersebut, ada juga yang menghentikan aktivitasnya. Sesudah krisis ekonomi, stabilitas perekonomian Indonesia berangsur-
angsur membaik, yang didukung oleh menguatnya perekonomian di seluruh wilayah bahkan menyebar ke daerah-daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten
Bekasi mengalami pemulihan dalam stabilitas ekonomi. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya PDRB Kabupaten Bekasi mulai tahun 1999. Peningkatan
PDRB secara kontinyu ini menggambarkan kondisi perekonomian yang mulai stabil, seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6 menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling besar setiap tahun terhadap PDRB Kabupaten
Bekasi, jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain di Kabupaten Bekasi. Hal ini dapat terlihat pada tahun 1999 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi
berdasarkan harga konstan 1993 yaitu sebesar Rp 3.335.334,67 juta, yang semakin meningkat menjadi Rp. 8.289.908,00 juta pada tahun 2004. Hal ini dikarenakan
Kabupaten Bekasi merupakan kawasan industri yang banyak memiliki pabrik- pabrik, yang mampu memberikan kontribusi terhadap PDRB yang besar pula.
Tabel 6. PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1999-2004 Juta Rupiah
No
1999 2000 2001 2002 2003 2004
1 196.924,83 203.995,09 198.359,00 198.846,63 199.468,07 208.037,94 2 4.496,63 4.208,62 6.246,32 6.291,61 6.378,18 6.493,43
3 3.335.334,67 6.759.527,78 7.066.045,83 7.432.067,00 7.843.606,77 8.289.908,00 4 122.911,85 137.827,47 142.223,10 148.092,98 155.729,55 172.395,00
5 129.792,75 132.700,51 135.782,20 138.959,50 144.287,05 153.449,28 6 884.250,57 912.397,77 941.988,26 977.200,15 1.054.886,03 1.139.524,92
7 122.662,26 133.788,18 142.652,18 152.168,95 162.440,66 176.121,16 8 132.812,46 138.138,55 146.014,36 153.233,93 162.076,91 170.748,73
9 227.654,49 235.239,66 252.847,43 272.135,41 293.742,96 317.820,99
10 - - - - - -
Total 5.156.840,51 8.657.823,63 9.032.158,68 9.478.996,16 10.022.616,18 10.634.499,44
Sumber : BPS Kabupaten Bekasi, 1999-2004 Angka Perbaikan
Angka Sementara
Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
2. Pertambangan
dan Penggalian
7. Pengangkutan
3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa
5. BangunanKonstruksi 10. Lainnya sektor informal
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2004 memiliki urutan kedua setelah industri pengolahan kemudian diikuti sektor jasa-jasa, sektor
pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bank dan lembaga keuangan, sektor bangunan kontruksi, serta
yang terakhir sektor pertambangan dan penggalian. Sektor pertambangan dan penggalian selalu memberikan kontribusi paling rendah terhadap PDRB
Kabupaten Bekasi, karena di Kabupaten Bekasi hanya memiliki sedikit lahan tambang, sehingga sektor ini hanya mampu memberikan kontribusi yang sedikit
pula yaitu hanya sebesar Rp. 4.496,63 juta Tahun 1999 dan meningkat menjadi Rp. 6.493,43 juta pada Tahun 2004 Tabel 6.
Terjadinya krisis ekonomi memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi, sehingga juga
menimbulkan dampak terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi, untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai “Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-
Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi”, untuk mengetahui sejauh mana laju pertumbuhan kesempatan kerja
yang terjadi di Kabupaten Bekasi dengan perbandingan Provinsi Jawa Barat.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan-permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi jika dibandingkan dengan laju
pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi?
2. Bagaimana ketiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan Regional PR, Pertumbuhan Proporsional PP, dan Pertumbuhan Pangsa
Wilayah PPW kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan, secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi jika dibandingkan dengan laju
pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi.
2. Menganalisis ketiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan regional PR, Pertumbuhan Proporsional PP, dan Pertumbuhan Pangsa
Wilayah PPW kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN