4. Berkaitan dengan adanya kesenjangan antara program pendidikan dengan arah
pembangunan. 5.
Kurang berkembangnya informasi pasar tenaga. 6.
Menyangkut perkembangan di sektor formal dan informal. 7.
Menyangkut perkembangan di sektor pertanian dan industri. Menurut Simanjuntak 1998 dasar perkiraan kesempatan kerja adalah
rencana investasi dan atau target hasil yang direncanakan, atau secara umum merupakan rencana pembangunan. Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang
berbeda akan tenaga kerja, baik dalam kualitas maupun dalam kuantitas. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan penggunaan teknologi. Sektor kegiatan
yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan terlalu terikat kepada persyaratan
keterampilan yang tinggi, sebaliknya sektor atau sub sektor yang dibangun dengan cara padat modal menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit akan tetapi
dengan tenaga keterampilan yang cukup tinggi.
2.1.2. Krisis Ekonomi
Menurut Andadari, et al. 1999, krisis ekonomi didefinisikan sebagai sesuatu yang abstrak yang dapat ditangkap oleh tanda-tandaindikator moneter
namun tidak semua pelaku ekonomi memahami hal tersebut. Sedangkan menurut Djiwandono 1998, krisis ekonomi terjadi karena timbulnya gejolak ekstern yang
melalui dampak proses penularan yang sistemik melanda ekonomi nasional. Dengan struktur keuangan yang masih lemah, maka perkembangan tersebut
menimbulkan krisis yang meluas, dari ekonomi moneter ke seluruh aspek kehidupan masyarakat. Penularan ini terjadi karena lemahnya struktur ekonomi,
tatanan sosial, hukum dan politik yang mempertajam masalah ini menjadi sistemik.
Krisis ekonomi menurut Kriswantriono 2003, ditandai dengan adanya gejolak nilai tukar yang menyebabkan terjadinya keterpurukan ekonomi, ini
disebabkan oleh dunia usaha yang cenderung melakukan investasi yang berlebihan over investment pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap
perubahan nilai tukar dan suku bunga. Menurut Tarmidi 1998 krisis ekonomi bercirikan:
1. Nilai kurs rupiah yang semakin tertekan. 2. Investasi di dalam negeri yang merosot karena peningkatan suku bunga.
3. Terjadinya inflasi yang tidak terkendali. Menurut Andadari, et al. 1999, dampak krisis ekonomi didefinisikan
sebagai perubahan beruntun dan meluas dalam tempo cepat sehingga membingungkan pelaku ekonomi dengan indikator determinan kebijakan,
perilaku pengaturan bahan dan tenaga kerja, penerimaan penjualan.
2.1.3. Teori Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah bagian dari penduduk yang mampu bekerja untuk memproduksi barang dan jasa. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Secara praktis pengertian
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Di Indonesia semula dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur
maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Pemilihan 10 tahun sebagai batas
umur minimum adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk berumur muda yang sudah bekerja atau mencari pekerjaan.
Dengan bertambahnya kegiatan pendidikan maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang. Bila wajib
sekolah 9 tahun diterapkan, maka anak-anak sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan kata lain jumlah penduduk yang bekerja dalam batas
umur tersebut akan menjadi sangat kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat dinaikkan menjadi 15 tahun. Atas pertimbangan tersebut, Undang-undang
N0. 25 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun. Dengan kata lain, sesuai dengan mulai berlakunya Undang-undang ini,
mulai tanggal 1 Oktober 1998, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 15 tahun keatas atau lebih Simanjuntak, 1998.
2.1.4. Fungsi Permintaan Akan Tenaga Kerja