Latar Belakang Beda Efek Parasetamol (Asetaminofen) Dengan Asam Asetil Salisilat Pada Suhu Tubuh Dan Pengaruhnya Terhadap Outcome Penderita Stroke Iskemik Akut

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada sebagian besar negara di dunia, sedangkan di negara Barat yang telah maju, stroke menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian sesudah penyakit jantung dan kanker. Stroke adalah penyebab kedua kecacatan berat di seluruh dunia pada usia di atas 60 tahun dan biaya perawatan stroke adalah sangat besar, pada tahun 2004 diperkirakan 53,6 miliar dolar Amerika. Nasution, 2007 Di Indonesia, menurut survey Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 1995, stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama yang harus ditangani segera, tepat dan cermat. Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri PERDOSSI, 1999 Selama hari pertama fase akut stroke, demam atau suhu yang subfebris dapat terjadi pada sepertiga sampai setengah jumlah pasien. Peningkatan Universitas Sumatera Utara suhu dapat memberikan efek yang jelek pada outcome penderita stroke iskemik. Dippel, dkk, 2001. Peningkatan suhu dihubungkan dengan volume infark yang luas, tingginya case fatality dan outcome fungsional yang jelek. Dippel, 2003. Penelitian pada binatang yang mengalami iskemik otak fokal, hipertermia yang sedang, pada intraiskemik akan memperluas volume infark, dimana hipotermia yang ringan akan mengurangi ukuran infark. Dippel, dkk, 2001 ; Meden, dkk, 1994 ; Karibe, dkk, 1994 Suatu meta-analisis menemukan bahwa peningkatan suhu tubuh setelah onset stroke iskemik, secara nyata meningkatkan mortalitas dan morbiditas. Sulter, dkk, 2004. Mortalitas yang rendah dan outcome yang lebih baik ditemukan pada penderita dengan hipotermia ringan pada saat dirawat dan outcome yang jelek pada penderita yang hipertermia. Pada tiap peningkatan 1 C suhu tubuh maka risiko relatif outcome yang jelek meningkat 2,2 kali. Reith, dkk, 1996. Penelitian Saini dkk menyimpulkan bahwa hipertermia pada stroke iskemik akut berhubungan dengan outcome klinis yang jelek. Semakin lama hipertermia terjadi dalam minggu pertama, maka semakin jelek prognosisnya. Tindakan yang agresif untuk mencegah dan mengobati hipertermia dapat meningkatkan outcome klinis Saini, dkk, 2009 Universitas Sumatera Utara Mekanisme hipertermia dapat menyebabkan kerusakan otak meliputi peningkatan metabolisme di daerah penumbra, peningkatan pelepasan asam amino excitatory dan radikal bebas, asidosis dan perubahan permeabilitas dari sawar darah otak. Dippel, dkk, 2001 ; Sulter, dkk, 2004. Pada binatang percobaan, induksi hipotermia memberikan efek protektif sampai 1 jam setelah iskemik fokal yang permanen Hajat, dkk, 2000. Penelitian dari Reith, dkk menunjukkan bahwa mortalitas yang lebih rendah dan outcome yang lebih baik pada pasien dengan hipotermia ringan 36 C pada saat masuk Schwab, dkk, 1998. Pada penderita cedera kepala, induksi hipotermia telah menunjukkan secara signifikan memperbaiki outcome sampai 6 bulan pada pasien dengan skala koma Glasgow saat masuk 5 – 7. Hajat, dkk, 2000. Penelitian Dippel dkk menghasilkan bahwa asetaminofen dengan dosis harian 6000 mg setelah stroke iskemik menyebabkan penurunan 0,4 C suhu tubuh daripada plasebo pada 12 dan 24 jam, sementara dosis harian 3000 mg tidak memeberikan hasil yang signifikan dalam penurunan suhu tubuh. Disimpulkan bahwa asetaminofen 6000 mg memberikan manfaat yang potensial dalam menurunkan suhu tubuh setelah stroke iskemik akut baik pada pasien normotermia dan subfebris. Dippel, dkk, 2001 ; Dippel, dkk, 2003. Universitas Sumatera Utara Koennecke dan Leistner melakukan penelitian terhadap 44 pasien yang normotermia dengan stroke iskemik akut, dengan pemberian 4 gram asetaminofen dan plasebo. Didapatkan hasil bahwa demam terjadi pada 36,4 pasien di grup plasebo dibandingkan dengan 5 pada grup asetaminofen. Dan mereka menyarankan pemberian antipiretik profilaksis asetaminofen mungkin efektif dalam mencegah terjadinya demam. Koennecke dan Leistner, 2001 ; Sulter, dkk, 2004. Penelitian Sulter, dkk selama 9 bulan terhadap 132 pasien stroke iskemik akut menunjukkan bahwa setelah 1 jam pemberian asetaminofen 1000 mg didapatkan hasil yang signifikan terhadap penurunan suhu tubuh dan normotermia dibandingkan dengan asam asetil salisilat 500 mg. Namun setelah 3 jam pemberian, keduanya memberikan efek yang hampir sama, dimana normotermia hanya diperoleh pada 37-38 pasien. Sulter, dkk, 2004.

2. Perumusan Masalah