Setting Novel Grotesque TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL GROTESQUE, SINOPSIS

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL GROTESQUE, SINOPSIS

CERITA NOVEL GROTESQUE, INTERAKSI SOSIAL DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK SISWA PADA NOVEL GROTESQUE

2.1. Setting Novel Grotesque

Menurut Ikram 1980:21, setting adalah tempat secara umum dan dan waktu atau masa terjadi. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 1995:216, latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan. Setting merupakan bagian intrinstik dalam novel. Setting menunjukkan tempat, waktu dan menjelaskan suasana terjadinya suatu kejadian dalam sebuah cerita novel. Setting merupakan bagian penting dalam novel, tanpa adanya setting pembaca akan sulit untuk mengerti isi cerita dalam sebuah novel. Dengan adanya setting para pembaca juga bisa mudah menghayati dan membayangkan suasana saat kejadian dalam cerita novel tersebut terjadi. Unsur latar atau setting dapat dibedakan ke dalam tiga unsure pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial. Meskipun ketiga unsur itu masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya Nurgiyantoro, 1995 : 227 1.Latar Tempat Universitas Sumatera Utara Latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi. Unsur-unsur tempat yang dipergunakan bisa berupa tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu atau mungkin juga dengan suatu penggambaran lokasi tertentu tanpa menyebutkan nama. Cuplikan halaman 61. Kazue dan aku lulus ujian masuk dan masuk ke sistim perguruan Q di sekolah lanjutan atas. Aku yakin kau tahu, bahwa sekolah lanjutan atas Q untuk perempuan mudah sangat kompetitif dan hanya menerima mereka yang nilai ujiannya paling tinggi. Dari cuplikan di atas digambarkan bahwa latar tempat pada cerita “Grotesque” berada di sebuah Sekolah Lanjutan atas yang merupakan bagian dari Perguruan Q yang sangat kompetitif. Dan tidak mudah untuk bisa menjadi salah satu dari siswanya. 2.Latar Waktu Latar waktu mengacu kepada saat terjadinya peristiwa, dalam plot secara historis. Melalui pemberian waktu secara jelas, akan tergambar tujuan fiksi tersebut secara jelas pula. Dengan adanya latar waktu akan tergambar jelas urutan setiap kejadian-kejadian yang ada dalam cerita, sehingga akan mudah untuk memahami cerita. Cuplikan halaman 68 Waktu kami pertama mulai bersekolah di Sekolah Lanjutan Atas Q untuk perempuan muda, aku tidak tahu nama Kazue dan tidak tertarik untuk mencari tahu. Waktu itu, semua orang luar berkumpul bersama dan kelihatan bingung dan dungu sehingga tidak mungkin membedakan masing-masing. Universitas Sumatera Utara Dari cuplikan di atas diganbarkan bahwa kejadian terjadi saat tokoh baru bersekolah di Sekolah lanjutan Atas Q untuk perempuan muda. Saat itu semua siswa yang merupakan siswa baru belum saling mengenal. 3.Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara bersiakap dan lain-lain. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya kalangan bawah, menengah atau atas. Cuplikan halaman 63 Waktu aku pertama mulai tinggal bersama kakekku, aku bermimpi tentang bagaimana hidupku sebagai siswa di Sekolah Lanjutan Atas Q untuk perempuan muda yang sangat didambakan itu. Imajinasiku subur sekali, adegan demi adegan berkembang. Menuruti khayalan-khayalan ini memberiku kenikmatan besar, seperti sudah kukatakan. Aku akan bergabung dengan kelab-kelab, berteman dan menjalani kehidupan normal seperti orang normal lainnya. Namun kenyataan mencabik-cabik impian-impian ini hingga berkeping-keping. Pada dasarnya, keberadaan kubu-kubu menghancurkan diriku. Kau tidak bisa begitu saja berteman dengan siapa saja, tahu. Bahkan kegiatan kelab-kelab diberi peringkat dan disusun dalam hierarki masing-masing, jelas dibedakan antara yang didambakan dan yang pinggiran. Dasar dari pemeringkatan ini tentu saja pengertian elit ini. Universitas Sumatera Utara Dari cuplikan diatas menggambarkan adanya keadaan sosial yang masyarakatnya dibagi ke dalam kelas-kelas atau kubu-kubu dan menjadikan sesuatu yang dianggap elit sebagai dasar dari pembagian peringkat setiap kelas. Setiap orang tidak bisa begitu saja berteman dengan siapa saja. Semua diatur berdasarkan peringkat kelasnya. Dengan siapa berteman sampai kelab yang bisa dimasuki sesuai dengan kelasnya.

2.2. Sinopsis Cerita Novel Grotesque