Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Earning Management, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan.
ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EARNING MANAGEMENT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Disusun oleh:
Ahmad Rizqi Firdaus NIM. 208082000052
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EARNING MANAGEMENT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
Skripsi
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Disusun oleh:
Ahmad Rizqi Firdaus NIM. 208082000052
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA
NIP. 19730615 200501 1 009 NIP. 19760924 200604 2 002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Jumat 10 Juli 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Ahmad Rizqi Firdaus
2. NIM : 208082000052
3. Jurusan : Akuntansi (Audit)
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Earning Management, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juli 2015
1. Fitri Amalia, SE.,M.Si ( )
NIP. 19820710 200912 2 002 Penguji 1
2. Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )
NIP. 19760924 200604 2 002 Penguji 2
3. Hepi Prayudiawan, SE.,M.M.,Ak.,CA ( )
(4)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Kamis, 27 Agustus 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Ahmad Rizqi Firdaus 2. NIM : 208082000052 3. Jurusan : Akuntansi (Audit)
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Earning Management, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Agustus 2015
1. Dr. Ade Sofyan Mulazid, SH ( )
NIP. 19750101200501 1 008 Ketua
2. Hepi Prayudiawan, SE.,M.M.,Ak.,CA ( )
NIP.19720516 200901 1 006 Sekretaris
3. Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )
NIP.19730615 200501 1 009 Pembimbing I
4. Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )
NIP.19760924 200604 2 002 Pembimbing II
(5)
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ahmad Rizqi Firdaus
NIM : 208082000052
Jurusan : Akuntansi (Audit)
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Earning Management, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan.
dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak memakai ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan;
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain;
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya tersebut;
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data;
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan berdasarkan kondisi yang sesungguhnya.
Jakarta, 03 September 2015
Yang Menyatakan,
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ahmad Rizqi Firdaus 2. Tempat, Tanggal Lahir : Purwakarta, 03 Maret 1990 3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. H. Hasyim II No. 52 RT. 01/02
Kel. Serua, Kec. Bojong Sari, Kab. Depok 6. No. Hp/Telepon : (0838) 1279 6676
7. Alamat Email : hrmagnitude@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Program Sarjana (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008 - 2015)
2. SMU Negeri 66 Jakarta (2004 - 2008)
3. MTS As-Salam Purwakarta (2001 – 2004)
(7)
ABSTRACT
The objective of this research is to analyze the influence of corporate governance mechanism, earning management, and firm size to firm value. In this research, corporate governance mechanism is conducted by five proxies which consists of institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner, audit commitee and audit quality, whereas earning management, firm size and firm value are proxied by discretionary accrual, natural logarithm
of the total of company assets, and Tobin’s Q formula, respectively.
As a quantitatif study adapted-with library study, the research used deductive-hypotheses method. The data used was secondary data consists of annual report and audited consolidated-financial statement issues of consumer goods sector-classified manufacturing companies which were elected by purposive-judgment sampling, which were acquired by online accessing on Pusat Referensi Pasar Modal: Indonesia Stock Exchange (http://www.idx.co.id//). Methods of data analysis used was consists of descriptive statistic analysis, classic assumption tests, determination coefficient test, F statistic test, and t statistic test. Scientific approach used was statistic analysis technique which is supported by Windows-based 22th Version SPSS Program.
The result showed that only managerial ownership and firm size which partially had significant influence to firm value, whereas, institutional ownership, independent commissioner, audit commitee, audit quality, and earning management had no significant influence. According to the F test result, it’s proved that all of the independent variables (7), simultaneously, had a significant influence to firm value. The result of determination coefficient test (adjusted R2) showed that 36,8 % variances on firm value can be explained by all of the independent variables.
Keyword: Firm Value, Agency Theory, GCG
(8)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme
corporate governance, earning management, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian ini, mekanisme corporate governance
diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit dan kualitas audit. Sedangkan, earning management, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan, masing-masing, diproksikan dengan menggunakan discretionary accrual, logaritma natural nilai aset, dan rumus
Tobin‟s Q.
Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan jenis pendekatan studi kepustakaan dan menggunakan metode hipotesis-deduktif. Data penelitian merupakan data sekunder yang berupa terbitan laporan tahunan dan laporan keuangan konsolidasian teraudit dari perusahaan-perusahaan manufaktur sektor
consumer goods yang dipilih dengan menggunakan purposive-judgment sampling, yang diperoleh melalui akses online pada Pusat Referensi Pasar Modal: Bursa Efek Indonesia (http://www.idx.co.id//). Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi, uji statistik F, dan uji statistik t. Sedangkan, pendekatan keilmuan yang digunakan adalah teknik statistik dengan didukung program SPSS Versi 22.0 berbasis Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit, kualitas audit, dan earning management, secara parsial, tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil uji statistik F, ketujuh variabel independen, terbukti, secara simultan, berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Adapun, hasil uji koefisien determinasi (adjusted R2) menunjukkan bahwa 36,8% varian dalam nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh ketujuh variabel independen.
(9)
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu‟alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, yang juga dengan rahmat dan izin-Nya pula, tugas akhir kuliah kami dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang juga dengan pertolongan Allah SWT, telah membimbing ummat-nya menuju jalan keselamatan dan kebahagiaan, di dunia dan di akhirat kelak. Minazhzhulumaati ilannuur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya banyak pihak yang telah sangat membantu dalam setiap tahapan pengerjaan dan/atau penyelesaiannya. Maka, dalam hal ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Ayah dan ibunda tercinta yang selalu setia dengan do‟a, kasih sayang, dan
semua dukungan yang diberikan setiap hari-nya, dan begitu percaya bahwa semua anaknya pantas dan mampu untuk hidup mulia dan berbahagia dengan lebih berdaya dan bermanfaat bagi sesama. Semoga semangat yang mulia ini dapat terus hidup dalam diri kami semua anak-anaknya;
2. Ayahanda kami, yang terhormat bapak Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang juga merupakan Dosen Pembimbing I, yang telah banyak sekali membantu dalam penyelesaian studi dan tugas akhir kami. Sungguh mengesankan untuk berkesempatan mengenal dan menimba ilmu secara langsung kepada beliau. Semoga kepercayaan dan segala budi baik bapak kepada kami selama ini senantiasa mendapat ganjaran yang baik dan mulia dari Allah SWT;
3. Ibunda kami, yang terhormat ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang juga merupakan
(10)
Dosen Pembimbing II, yang telah banyak sekali membantu dalam penyelesaian studi dan tugas akhir kami. Sungguh mengesankan untuk berkesempatan mengenal dan menimba ilmu secara langsung kepada beliau. Semoga kepercayaan dan segala budi baik ibu kepada kami selama ini senantiasa mendapat ganjaran yang baik dan mulia dari Allah SWT;
4. Ayahanda kami, yang terhormat bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA., selaku Sekretaris Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang juga telah banyak sekali membantu dalam penyelesaian studi dan tugas akhir kami. Sungguh mengesankan untuk berkesempatan mengenal dan menimba ilmu secara langsung kepada beliau. Semoga kepercayaan dan segala budi baik bapak kepada kami selama ini senantiasa mendapat ganjaran yang baik dan mulia dari Allah SWT;
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan dan menginspirasi kami selama proses studi. Sungguh mengesankan dapat berkenalan dan menimba ilmu kepada bapak dan ibu. Semoga segala budi baik bapak/ibu kepada kami selama ini senantiasa mendapat ganjaran yang baik dan mulia dari Allah SWT;
6. Seluruh Staff Bidang Akademik dan segenap jajarannya yang profesional dan luar biasa dalam pemenuhan kebutuhan dan pelayanan administrasi dan akademik mahasiswa;
7. Rekan-rekan seperjuangan Program Sarjana (S1) Kelas Non-Regular Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya angkatan 2008, yang dengan cara tersendiri memberikan input yang positif bagi penulis, diantaranya: Muchsin, Fauzan, Rian, Pipin, Fandy, Aljuni, Agan, Anang, Widhi, Hari, Eris, Uus, juga semua rekan yang tidak disebutkan, tanpa mengurangi rasa hormat. Merupakan pengalaman mengesankan dapat berkenalan dengan rekan-rekan sekalian. Semoga, dalam perjumpaan berikutnya suatu saat nanti, kita semua telah dalam keadaan yang lebih baik dan mencerahkan; dan
8. Semua pihak yang telah banyak membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
(11)
Tidak lupa, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua yang berkesempatan membaca laporan penelitian (skripsi) ini, demi perbaikan di kemudian hari.
Wassalaamu‟alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Jakarta, 03 September 2015
(12)
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Perumusan Masalah ... 9
C.Tujuan Penelitian ... 10
D.Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori ... 13
1. Agency Theory ... 13
a. Definisi Agency Theory ... 13
b. Asumsi Sifat Dasar Manusia ... 14
c. Asimetri Informasi ... 15
(13)
a. Definisi Earning Management ... 18
b. Karakteristik Earning Management ... 19
c. Faktor Determinan Earning Management ... 20
3. Corporate Governance ... 22
a. Definisi Corporate Governance ... 22
b. Manfaat Corporate Governance ... 23
c. Prinsip-Prinsip Corporate Governance ... 24
d. Mekanisme Corporate Governance ... 27
1) Kepemilikan Institusional ... 27
2) Kepemilikan Manajerial ... 28
3) Komisaris Independen ... 30
4) Komite Audit ... 34
5) Kualitas Audit ... 35
4. Ukuran Perusahaan ... 36
5. Nilai Perusahaan ... 37
B.Penelitian Terdahulu ... 40
C.Kerangka Pemikiran ... 45
D.Hipotesis ... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Ruang Lingkup Penelitian ... 54
B.Metode Penentuan Sampel ... 55
C.Metode Pengumpulan Data ... 56
D.Metode Analisis Data ... 57
1. Analisis Statistik Deskriptif ... 57
2. Uji Asumsi Klasik ... 58
a. Uji Normalitas ... 58
b. Uji Multikolinieritas ... 59
c. Uji Heteroskedastisitas ... 60
d. Uji Autokorelasi ... 61
3. Uji Koefisien Determinasi ... 62
(14)
5. Uji Statistik t (t Test) ... 63
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 64
1. Variabel Dependen ... 64
2. Variabel Independen ... 66
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 73
B.Hasil Analisis dan Pembahasan ... 75
1. Analisis Statistik Deskriptif ... 75
2. Uji Asumsi Klasik ... 79
3. Uji Koefisien Determinasi ... 86
4. Uji Statistik F (F Test) ... 87
5. Uji Statistik t (t Test) ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 100
B.Saran-saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 103
(15)
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 41
4.1 Penentuan Jumlah Sampel ... 73
4.2 Daftar Sampel Penelitian ... 75
4.3 Hasil Statistik Deskriptif ... 76
4.4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 79
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 82
4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 83
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 84
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 86
4.9 Hasil Uji Statistik F ... 87
(16)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran dan Model Penelitian ... 45 4.1 Grafik Analisis Normal Probability Plot ... 81 4.2 Grafik Analisis Heteroskedastisitas ... 85
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Halaman
1 Penentuan Jumlah Sampel ... 109
2 Daftar Sampel Penelitian ... 110
3 Data Hasil Pengukuran Variabel ... 111
4 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 113
5 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 114
6 Faktor-Faktor dalam Pengujian Hipotesis ... 117
(18)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan. Tingginya nilai perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan
pemilik perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik
jika kinerja perusahaannya baik. Nilai perusahaan dapat terlihat dari nilai
pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Harga saham dari suatu
perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan tersebut, jika harga saham
perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan nilai perusahaan tersebut juga baik.
Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang
mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah
perusahaan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi
keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Oleh karena itu, laporan yang berkualitas, yang terbebas
dari rekayasa dan mengungkapkan informasi sesuai dengan fakta yang
sebenarnya menjadi kepentingan banyak pihak. Laporan keuangan merupakan
bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, seperti pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah,
(19)
Bagi pihak investor, laporan keuangan berguna dalam pengambilan
keputusan yang nantinya dapat memaksimalkan jumlah investasinya. Bagi
pihak kreditor, laporan keuangan digunakan untuk membantu mereka dalam
memutuskan pinjaman dan bunga yang harus dibayar. Sedangkan bagi
pemerintah, laporan keuangan dapat digunakan untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan untuk menyusun statistik
pendapatan nasional.
Laporan keuangan seringkali disalahgunakan oleh manajemen dengan
melakukan perubahan dalam penggunaan metode akuntansi yang digunakan,
sehingga akan mempengaruhi jumlah laba yang ditampilkan dalam laporan
keuangan. Hal ini sering dikenal dengan istilah manajemen laba (earning
management). Manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh pihak manajemen yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang
ditampilkan. Menurut Ma‟ruf (2006) dalam Praditia (2010) menyatakan
bahwa manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan
apabila digunakan untuk mengambil keputusan, karena manajemen laba
merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi
sarana komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan. Tujuan dari
manajemen laba adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu
walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif
perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu
(20)
Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu
oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang
saham dengan manajemen perusahaan (Praditia, 2010). Manajer yang
bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi-informasi yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup perusahaan,
baik informasi internal maupun prospek perusahaan di masa yang akan datang
bila dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga memungkinkan agen
memanipulasi informasi yang dapat menguntungkan agen. Hal tersebut dapat
membuat investor kehilangan kepercayaan terhadap investasinya, dan bisa
menyebabkan investor menarik kembali dana yang telah diinvestasikan. Oleh
karena itu, diperlukan perlindungan terhadap kepentingan investor dari prilaku
menyimpang yang dilakukan oleh pihak perusahaan.
Hal-hal yang mengindikasikan terjadinya manajemen laba seperti
kenaikan atau penurunan laba kotor yang besar, defisit yang cukup besar
dalam arus kas operasi relatif terhadap laba bersih, perubahan prinsip
akuntansi dan estimasi serta perbedaan substansial antara pertumbuhan
penjualan dan penerimaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan pada suatu
periode tertentu sehingga akan berpengaruh pula terhadap persepsi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Untuk
meminimumkan terjadinya tindakan manajemen laba, maka perusahaan perlu
menerapkan mekanisme good corporate governance dalam sistem
(21)
Corporate governance adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga nilai perusahaan
juga ikut meningkat. Corporate governance merupakan suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Di Indonesia
sendiri, corporate governance mulai mengemuka sejak terjadinya krisis yang
berkepanjangan pada tahun 1998. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun
investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktik
corporate governance.
Pada prinsipnya, manajemen laba memang tidak menyalahi prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Namun, manajemen laba dinilai dapat
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Dengan semakin
menurunnya kepercayaan masyarakat, maka hal ini dapat menurunkan nilai
perusahaan karena banyak investor yang akan menarik kembali investasi yang
telah mereka tanamkan (Scott, 2006). Praktek manajemen laba dinilai
merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan dan memberikan
informasi yang tidak relevan bagi investor.
Berbicara mengenai kinerja perusahaan yang dihitung dengan rasio
keuangan, tidak akan dapat dipisahkan dari ukuran perusahaan yang
dicerminkan dengan total aset yang dimiliki. Semakin besar aset yang dimiliki
perusahaan, memungkinkan kinerja keuangan yang terjadi dalam operasional
suatu perusahaan semakin besar pula (Darmawati, 2004). Keuntungan,
(22)
perusahaan dengan aset yang lebih kecil. Ukuran perusahaan merupakan hal
yang penting dalam proses pelaporan keuangan.
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat seberapa besar aset
yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan ini
menggambarkan hak & kewajiban serta permodalan perusahaan. Darmawati
(2004) menyatakan bahwa perusahaan besar pada dasarnya memiliki kekuatan
finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja, tetapi disisi lain
perusahaan dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar.
Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian
lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan lebih
berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Uyun (2011) dalam
penelitiannya menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian mengenai dampak dari earning management terhadap nilai
perusahaan, peranan dan/atau pengaruh mekanisme corporate governance
terhadap objektivitas kebijakan perusahaan dalam pencapaian nilai
perusahaan, termasuk pengkajian mengenai kompleksitas ukuran perusahaan
dan kaitannya dengan nilai perusahaan – ataupun kombinasi dari variabel-variabel tersebut – telah banyak dilakukan dan dengan hasil (temuan) yang beragam. Sebagaimana contoh, hasil penelitian yang dilakukan Gabrielsen et
al (1997), Wedari (2004), dan Herawaty (2008) yang menemukan pengaruh
signifikan praktek corporate governance terhadap earning management, yang
(23)
Darmawati (2004), yang justru „berhasil membuktikan‟ bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara praktek corporate governance terhadap
earning management. Begitu juga dengan temuan penelitian mengenai
pengaruh positif signifikan earning management terhadap nilai perusahaan
oleh Herawaty (2008), dimana penelitian yang dilakukan oleh Fernandes dan
Ferreira (2007) dan Mursalim (2003) menunjukkan sebaliknya, yakni bahwa
manajemen laba mempunyai hubungan yang negatif terhadap nilai
perusahaan.
Adapun, penelitian Herawaty (2008) yang menguji hubungan antara
manajemen laba dan nilai perusahaan yang dimoderasi oleh corporate
governance, menunjukkan bahwa praktek komisaris independen, kualitas
audit dan kepemilikan institusional merupakan variabel pemoderasi antara
earning management dan nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial
bukan merupakan variabel moderator. Penelitian serupa oleh Lestari dan
Pamudji (2013) berhasil menemukan bahwa manajemen laba memiliki
pengaruh negatif yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, empat
variabel corporate governance, yakni: komisaris independen, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, dan kualitas audit, baik secara parsial
maupun simultan, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hasil pengujian efek pemoderasi variabel corporate governance,
menunjukkan bahwa variabel corporate governance tidak keseluruhan
berpengaruh signifikan dalam memoderasi pengaruh earning management
(24)
Perbedaan temuan atas hasil dari penelitian-penelitian terdahulu diduga
dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penggunaan basis teori dan
permodelan kerangka pemikiran, karakteristik objek dan subjek penelitian,
serta mungkin pilihan desain penelitian oleh peneliti. Adanya perbedaan
temuan-temuan dari penelitian tersebut menjadi salah satu motivasi terbesar – selain tentu saja potensi implikasi dari temuan atas hasil penelitian yang akan
dilakukan – untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menganalisis dan menguji kembali hubungan antar-variabel tersebut.
Lebih spesifiknya, penelitian ini merupakan replikasi dan upaya
pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan
Jhoni Suhani (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah sebagai berikut:
1. Terdapat penambahan variabel independen berupa komite audit, sebagai
proxy mekanisme corporate governance dengan indikator jumlah anggota
komite audit di perusahaan, yang diperoleh dari penelitian Estiasih et al
(2015), Kristiani et al (2014), dan Susanto dan Subekti (2012). Selain
karena disarankan oleh peneliti terdahulu, variabel tersebut juga sangat
relevan dengan perkembangan di dunia bisnis saat ini. Dalam prakteknya,
keberadaan komite audit menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi
bagi perusahaan yang hendak mengakses pasar modal di Indonesia dengan
menjadi anggota terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Mengingat fungsi
dan/peranan potensial dari keberadaannya, keberadaan komite audit di
(25)
penilaian perusahaan karena dapat mencerminkan sistem/tata kelola dari
perusahaan tersebut.
2. Menerapkan beberapa teknik pengukuran alternatif atas variabel
penelitian, meliputi: (1) variabel nilai perusahaan, akan diukur dengan
menggunakan rumus hitung Tobin‟s Q yang telah dimodifikasi versi
Chung dan Pruitt (1994) yang juga telah sering digunakan dalam beberapa
penelitian terdahulu; (2) variabel kepemilikan manajerial, akan diukur
dengan indikator persentase kepemilikan saham oleh manajerial, yang
diperoleh dari penelitian Estiasih et al (2015), Kristiani et al (2014),
Susanto dan Subekti (2012), dan Kartika dan Nikmah (2011); dan (3)
variabel ukuran perusahaan, dalam pengukurannya, akan digunakan nilai
logaritma natural dari total aset perusahaan, yang diperoleh dari penelitian
Rice (2013).
3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan manufaktur sektor consumer goods, yang merupakan
kelompok populasi dari unit sampling penelitian sebelumnya; dan
menggunakan periode pengamatan 3 tahun, yakni 2012-2014. Pada
dasarnya, tiap-tiap elemen populasi memiliki karakteristik yang dapat
berbeda satu sama lain. Karakteristik yang dimaksud, antara lain, dapat
berupa: ukuran perusahaan, profitabilitas, dan/atau growth opportunity
dari tiap-tiap perusahaan, yang cenderung bersifat dinamis, dalam satuan
waktu relatif tertentu. Dengan memperbaharui spesifikasi data pengamatan
(26)
memberikan perbandingan mengenai teori terdahulu berkenaan dengan
objek studi, dengan temuan atas hasil penelitian saat ini.
Penelitian ini mengambil judul: “Analisis Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance, Earning Management, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah kepemilikan institusional – proxy mekanisme corporate governance – (X1), kepemilikan manajerial –proxy mekanisme corporate
governance – (X2), komisaris independen – proxy mekanisme corporate
governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme corporate
governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate
governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan
(X7), secara simultan, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah kepemilikan institusional sebagai proksi dari mekanisme
corporate governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
3. Apakah kepemilikan manajerial sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah komisaris independen sebagai proksi dari mekanisme corporate
(27)
5. Apakah komite audit sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
6. Apakah kualitas audit sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
7. Apakah earning management, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
8. Apakah ukuran perusahaan, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris, mengenai :
1. Pengaruh kepemilikan institusional – proxy mekanisme corporate governance – (X1), kepemilikan manajerial –proxy mekanisme corporate
governance – (X2), komisaris independen – proxy mekanisme corporate
governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme corporate
governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate
governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan
(X7), secara simultan, terhadap nilai perusahan.
2. Pengaruh kepemilikan institusional sebagai proksi dari mekanisme
corporate governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;
3. Pengaruh kepemilikan manajerial sebagai proksi dari mekanisme
corporate governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan
4. Pengaruh komisaris independen sebagai proksi dari mekanisme corporate
(28)
5. Pengaruh komite audit sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;
6. Pengaruh kualitas audit sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;
7. Pengaruh earning management, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;
dan
8. Pengaruh ukuran perusahaan, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Menjadi sarana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang
penelitian dan aktualisasi pengetahuan yang diperoleh selama studi
sehingga teori berkenaan dengan temuan atas hasil penelitian akan
menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai topik
dan/atau isu seputar nilai perusahaan sebagai variabel yang diminati.
b. Bagi Akademisi
Temuan atas hasil penelitian ini berpotensi untuk menjadi masukan
dan/atau pertimbangan bagi praktisi akademis, khususnya dalam
konteks pengembangan penelitian di bidang studi/kajian relevan
(29)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Stockholder Perusahaan
Dapat menjadi masukan informasi alternatif yang baik dan dapat
diperbandingkan bagi para pemilik perusahaan (stockholder) dalam
pengambilan keputusan berkenaan dengan nilai perusahaan dan tata
kelola (manajemen) yang baik bagi perusahaan.
b. Bagi Stakeholder Perusahaan
Dapat menjadi masukan informasi alternatif yang baik dan dapat
diperbandingkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan (stakeholder), seperti: kreditor, regulator, pemerintah,
investor potensial, dan/atau pihak lain, berkenaan dengan nilai
perusahaan dan sistem dan/atau potensi tata kelola (manajemen) dari
setiap perusahaan, serta dapat memberikan gambaran mengenai
perkembangan dunia bisnis dan/atau pasar modal/investasi di
(30)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Agency Theory
a. Definisi
Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan
(2005) adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen.
Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas demi
kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan
keputusan dari prinsipal kepada agen. Menurut Jensen dan Meckling
(1976), teori agensi menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara
pihak yang mendelegasikan keputusan tertentu
(principal/pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang menerima
pendelegasian tersebut (agen/manajemen).
Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena
kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan
principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Sebagai
agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi
sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan
(31)
berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendaki (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
b. Asumsi Sifat Dasar Manusia
Eisenhardt (1989) dalam Larasati (2009) menggunakan tiga
asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi
yaitu:
1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest);
2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality);
3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer
sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Ujiyantho
dan Pramuka, 2007). Sebagai pengelola perusahaan, manajer
perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan (Ujiyantho dan Pramuka,
2007).
Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para
(32)
kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Adanya
ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya
kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (Ujiyantho dan
Pramuka, 2007).
c. Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer
memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki
oleh pihak luar perusahaan. Menurut Scott (2006), terdapat dua macam
asimetri informasi, yaitu:
1) Adverse selection, yaitu para manajer serta orang-orang dalam
yang lain biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan
prospek perusahaan dibandingkan dengan investor pihak luar, serta
fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan
diambil oleh pemegang saham tersebut, tetapi tidak disampaikan
informasinya kepada pemegang saham.
2) Moral hazard, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi
pinjaman sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar
pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan
sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak
dilakukan.
Terjadinya adverse selection dan moral hazard bisa
(33)
masalah tersebut dapat mendorong para manajer berperilaku malas dan
tidak etis. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan
pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk
melakukan manajemen laba (earnings management) sehingga akan
menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi
perusahaan.
d. Agency Conflict
Jensen dan Meckling berpendapat bahwa agency conflict timbul
pada berbagai hal sebagai berikut (Larasati, 2009):
1) Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan
kemampuan dirinya dan bukan yang paling menguntungkan bagi
perusahaan.
2) Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan
perusahaan yang stabil. Sedangkan, pemegang saham lebih
menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang
investasi internal yang positif atau disebut earning retention.
3) Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka
sendiri dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini,
mereka akan mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan
masih dalam jangkauan kemampuan manajer.
4) Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan
sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat
(34)
pada proyek jangka pendek dengan pengembalian akuntansi yang
tinggi.
5) Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah
agency problem, yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan
antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan
manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar
dana yang diinvestasikannya mendapatkan return maksimal.
Sedangkan, manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif
atas pengelolaan dana pemilik (agency problem).
Corporate governance,yang merupakan konsep yang didasarkan
pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate
governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para
investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi
mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan
berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor.
Selain itu corporate governance juga berkaitan dengan
bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain
yakni corporate governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk
(35)
2. Earning Management
a. Definisi Earning Management
Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa
altematif dalam mencatat transaksi, sekaligus memilih opsi-opsi yang
ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh
manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen
yang mendasari lahirnya manajemen laba adalah perilaku
opportunistic manajer dan efficient contracting. Sebagai perilaku
opportunistic, manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapai
kontrak kompensasi dan hutang dan political cost (Scott, 2006).
Widyanindyah (2001) membagi definisi earning management
menjadi dua, yaitu:
1) Definisi Sempit
Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan
pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam artian
sempit ini didefinisikan sebagai prilaku manajer untuk "bermain"
dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan
besarnya earning.
2) Definisi Luas
Earning management merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan/mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu
(36)
peningkatan/penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit
tersebut.
b. Karakteristik Earning Management
Menurut Widyanindyah (2001), earning management dapat
dilakukan dengan berbagai pola yang berbeda, yaitu :
1) Taking a bath,yaitu dengan mengakui biaya yang akan ditanggung
pada periode yang akan datang saat periode berjalan.
2) Income minimization. Pola ini mungkin dipilih manajer perusahaan
karena nampak secara politis perusahaan selalu mendapatkan
keuntungan yang besar. Pola ini dilakukan saat perusahaan tidak
ingin menanggung biaya politis akibat keuntungan besar yang
diperolehnya.
3) Income maximization. Manajer memilih pola ini karena
keinginannya untuk mendapatkan bonus dari laba besar yang
dilaporkannya di laporan keuangan perusahaan.
4) Income smoothing. Pola ini dipilih oleh manajer karena mereka
cenderung memilih untuk melaporkan tren perubahan laba yang
stabil daripada laba yang meningkat dan menurun secara drastis.
Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi
nilai persediaan dan aset lain perusahaan yang diperoleh pada saat
akuisisi yang akan menghasilkan laba tinggi ketika aset tersebut
(37)
c. Faktor Determinan Earning Management
Scott (2006) berpendapat bahwa beberapa faktor yang dapat
memotivasi manajer melakukan manajemen laba antara lain sebagai
berikut:
1) Rencana bonus (bonus scheme).
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan
rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya
dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan
diterimanya.
2) Kontrak utang jangka panjang (debt covenant).
Ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada
waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan
cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat
memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan, dengan
harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami
pelanggaran kontrak utang.
3) Motivasi politik (political motivation).
Ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar
dan industri strategis cenderung menurunkan laba guna
mengurangi tingkat visibilitas-nya, terutama pada saat periode
kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan
(38)
4) Motivasi perpajakan (taxation motivation).
Ini menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi
mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya
adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.
5) Pergantian CEO (Chic/Executive Officer).
Biasanya CEO yang akan pensiun atau masa kontraknya menjelang
berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah
pelaporan laba, guna meningkatkan jumlah bonus yang akan
mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer
dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri
dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk meminimalkan
jumlah laba yang dilaporkan.
6) Penawaran saham perdana (initial public offering).
Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya
kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam
prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting.
Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal
kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna
mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka
manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang
(39)
3. Corporate Governance
a. Definisi Corporate Governance
Istilah corporate governance untuk pertama kali diperkenalkan
oleh Cadbury Comitte pada tahun 1992 yang menggunakan istilah
tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal dengan nama
Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning
point) yang sangat menentukan bagi praktik corporate governance di
seluruh dunia (Lestari dan Pamudji, 2013).
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) pada
tahun 2001 mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Dengan kata lain, corporate
governance merupakan suatu sistem yang mengendalikan perusahaan,
dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Sedangkan, menurut The Organization for Economic
Corporation and Development (OECD) dalam Larasati (2009),
corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan, mengatur
(40)
dewan pengurus, para manajer, dan/atau pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
corporate governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem,
proses, dan seperangkat peraturan yang digunakan untuk mengatur
hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan sehingga dapat
mendorong perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai
ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang
saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
b. Manfaat Corporate Governance
Penerapan corporate governance, menurut FCGI (2001) dalam
Larasati (2009), memberikan empat manfaat, yaitu :
1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholders.
2) Mempermudah diperolehnya dana pembiyaan yang lebih murah
yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.
3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan
(41)
c. Prinsip-Prinsip Corporate Governance
Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) pada tahun 1999 telah menerbitkan dan mempublikasikan
OECD Principles of Corporate Governance. Prinsip-prinsip tersebut
ditujukan untuk membantu para negara anggotanya ataupun negara
lain, berkenaan dengan upaya-upaya untuk mengevaluasi dan
meningkatkan kerangka kerja hukum, institusional, dan
ketentuan-ketentuan corporate governance serta memberikan pedoman dan
saran-saran untuk pasar modal, investor, perusahaan, dan pihak-pihak
lain yang memiliki peran dalam mengembangkan corporate
governance.
Menurut OECD dalam Darmawati (2004), pilar-pilar yang
melandasi prinsip-prinsip corporate governance adalah fairness
(keadilan), transparency (transparasi), accountability (akuntabilitas),
dan responsibility (pertanggung jawaban). Fairness berkenaan dengan
keadilan dan kesetaraan perlakuan pemegang saham minoritas agar
terlindungi dari kecurangan serta perdagangan dan penyalahgunaan
oleh orang dalam (self-dealing atau insider wrong doing).
Transparency dilakukan melalui penyempurnaan pengungkapan
(disclosure) informasi kinerja perusahaan secara akurat dan tepat
waktu. Akuntabilitas manajemen dilakukan melalui pengawasan
efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan pengawas, pengurus,
(42)
dengan perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk menaati hukum
dan bertindak sesuai dengan keinginan masyarakat.
Berdasarkan OECD (1999) dalam Darmawati (2004),
prinsip-prinsip corporate governance terdiri dari lima hal sebagai berikut:
1) Hak-hak pemegang saham
Kerangka kerja corporate governance harus melindungi hak-hak
pemegang saham.
2) Perlakuan yang adil kepada pemegang saham
Corporate governance harus meyakinkan adanya kesetaraan
perlakuan kepada seluruh pemegang saham, termasuk pemegang
saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus
memiliki kesempatan untuk mendapatkan perbaikan (redress) yang
efektif atas penyimpangan dalam hak-hak mereka.
3) Peranan stakeholder dalam corporate governance
Corporate governance harus mengakui hak-hak stakeholder seperti
yang ditentukan oleh hukum dan mendorong kerja sama yang aktif
antara perusahaan dan stakeholder dalam menciptakan
kesejahteraan, pekerjaan-pekerjaan, dan kemampuan untuk
mempertahankan perusahaan yang sehat secara finansial.
4) Pengungkapan dan transparansi
Corporate governance harus meyakinkan bahwa pengungkapan
yang tepat waktu dan akurat telah dilakukan atas seluruh hal-hal
(43)
keuangan, kinerja, kepemilikan, dan ketaatan perusahaan
(governance of the company).
5) Tanggung jawab dewan direksi
Corporate governance harus meyakinkan pedoman strategi
perusahaan, pemonitoran yang efektif pada manajemen oleh
dewan, dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan
pemegang saham.
Prinsip-prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk memberikan
laporan bukan saja kepada pemegang saham, calon investor, kreditor
dan pemerintah saja, akan tetapi juga kepada stakeholder lainnya,
seperti masyarakat umum dan karyawan. Laporan ini berfungsi sebagai
media pertanggungjawaban perusahaan kepada semua pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan. Laporan yang diberikan
perusahaan menunjukkan tingkat kinerja yang dicapai oleh perusahaan,
dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan nilai
tambah kepada para stakeholder.
Corporate governance harus memberikan insentif yang tepat
untuk dewan direksi dan manajemen dalam rangka mencapai
sasaran-sasaran yang ditentukan dari sisi kepentingan perusahaan dan para
pemegang saham dengan fasilitas fungsi monitoring yang efektif,
sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya
(44)
Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang
merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan
bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka
investasikan. Jadi, corporate governance berkaitan bagaimana investor
yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka,
yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau menggelapkan atau
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan
berkaitan dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh
investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol
para manajer.
d. Mekanisme Corporate Governance
Penelitian ini menggunakan lima aspek corporate governance
yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris
independen, komite audit dan kualitas audit.
1) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional dapat bermakna suatu bentuk
kepemilikan (saham) suatu perusahaan oleh pemilik/investor
non-individual (entitas institusi) yang dapat bergerak dalam bidang
keuangan, non-keuangan dan/atau dalam bentuk entitas ekonomi
berbadan hukum lain, dalam kisaran dan pola kepemilikan tertentu
Besaran kepemilikan oleh pemilik/investor institusi dapat
(45)
kelola perusahaan karena dapat mencerminkan signifikansi
kemampuan dan/atau kualitas pengendalian oleh pemegang
saham/investor atas perusahaan.
Investor institusional cenderung memiliki kapabilitas lebih
dalam menganalisis kinerja perusahaan karena investor
institusional umumnya mempunyai akses atas sumber informasi
yang lebih tepat waktu dan relevan dibandingkan investor
individual sehingga keberadaannya berpotensi menjadi salah satu
alat monitoring yang efektif bagi manajemen perusahaan yang
dapat mendorong peningkatan nilai perusahaan.
2) Kepemilikan Manajerial
Menurut Fatmawati dan Sabeni (2013), kepemilikan
manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus
sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan,
keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya presentasi kepemilikan
saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan
informasi penting bagi pengguna laporan keuangan, maka,
informasi ini akan diungkapkan dalam catatan laporan atas laporan
keuangan perusahaan.
Adanya kepemilikan oleh manajemen tersebut merupakan
suatu hal yang menarik apabila dikaitkan dengan agency theory
(46)
hubungan antara manajer dan pemegang saham digambarkan
sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer sebagai
agent diberi mandat untuk menjalankan perusahaan demi
kepentingan principal. Maka, setiap keputusan bisnis yang diambil
manajer dalam rangka upaya memaksimalkan sumber daya
(utilitas) perusahaan pada dasarnya menyangkut pula kepentingan
pemegang saham. Suatu ancaman bagi pemegang saham jika
manajer bertindak tidak untuk kepentingan perusahaan melainkan
untuk kepentingannya sendiri. Inilah yang menjadi masalah dasar
dalam agency theory, yaitu adanya konflik kepentingan antara
pemegang saham dan manajer dimana masing-masing pihak
berseberangan dalam upaya saling memaksimalkan tujuannya.
Dengan kondisi seperti ini, masing-masing pihak akan memiliki
resiko terkait dengan fungsinya. Pemegang saham ber-resiko
kehilangan modal dan nilai kesempatan dengan kegagalannya
dalam pemercayaan kepada agent yang tidak co-operative.
Sedangkan, bagi manajer, fungsinya sebagai agent merupakan
pertaruhan trust dan posisinya.
Dapat dikatakan bahwa kondisi tersebut merupakan
konsekuensi adanya pemisahaan fungsi pengelolaan dengan fungsi
kepemilikan. Situasi tersebut di atas akan berbeda jika kondisinya
manajer sekaligus sebagai pemegang saham atau pemegang saham
(47)
kepemilikan manajerial. Keputusan dan aktivitas perusahaan
dengan kepemiikan manajerial tentu akan berbeda nilainya dengan
perusahaan tanpa kepemilikan menajerial. Dalam perusahaan
dengan kepemilikan manajerial, manajer sekaligus sebagai
pemegang saham cenderung akan lebih berusaha menselaraskan
kedua kepentingan tersebut.
Kepemilikian manajerial merupakan isu penting dalam teori
keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976)
dalam Herawaty (2008) yang menyatakan semakin besar proporsi
kepemilikan manajemen salam suatu perusahaan maka manajemen
akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang
saham yang juga adalah dirinya sendiri.
Kepemilikan manajerial juga merupakan salah satu
program kebijakan insentif (remunerasi) alternatif dalam suatu
perusahaan yang berpotensi dapat mengurangi masalah keagenan.
3) Komisaris Independen
Pengertian dari komisaris independen adalah anggota
dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota
dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta
bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata untuk kepentingan perseroan. Status
(48)
pemegang saham, khususnya pemegang saham independen dari
praktik curang atau melakukan tindak kejahatan pasar modal.
Dewan komisaris memegang peran penting dalam
mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta
memastikan bahwa para manajer benar-benar meningkatkan
kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian tujuan
perusahaan. Meskipun pedoman good corporate governance tidak
menentukan jumlah komisaris independen, namun, dalam
Peraturan Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib
memiliki sekurang-kurangnya satu orang anggota komisaris
independen. Sedangkan, Bursa Efek Indonesia mewajibkan
sekurang-kurangnya 30% dari jumlah anggota dewan komisaris
perusahaan adalah komisaris independen.
Menurut Praditia (2010), dalam menjalankan tugasnya,
komisaris independen mempunyai misi sebagaimana ditetapkan
oleh Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance dalam Pedoman Umum Corporate Governance
Indonesia (2006), yaitu:
a) Mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif dan
menempatkan kesetaraan (fairness) di antara berbagai
kepentingan termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan
stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan
(49)
b) Komisaris independen harus mendorong diterapkannya prinsip
dan praktek tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) pada perusahaan.
Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok
untuk mendorong diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik
(good corporate governance) di dalam perusahaan melalui
pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas
pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi perusahaan
secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya
dengan baik, maka komisaris independen harus secara proaktif
mengupayakan agar dewan komisaris perusahaan melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi perusahaan
yang terkait dengan, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai
berikut:
a) Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang
efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran, dan
efektivitas strategi tersebut;
b) Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan
manajer-manajer yang profesional;
c) Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem
(50)
d) Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan
perundang-undangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang
ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya;
e) Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasi dan
dikelola dengan baik;
f) Memastikan prinsip-prinsip dan praktek good corporate
governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik.
Untuk memastikan komisaris independen dapat
melaksanakan tugasnya secara independen, menurut Task Force
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance dalam
Pedoman Umum Corporate Governance Indonesia (2006) dalam
Praditia (2010), komisaris independen harus memenuhi kriteria
formal sebagai berikut:
a) Mampu melakukan perbuatan hukum;
b) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi
atau dewan komisaris yang menyebabkan perusahaan
dinyatakan pailit;
c) Tidak pernah dipidana karena merugikan keuangan negara;
d) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham
pengendali perusahaan bersangkutan;
e) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi dan/atau
(51)
f) Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lain yang
terafiliasi dengan perusahaan yang bersangkutan;
g) Tidak menduduki jabatan eksekutif atau mempunyai hubungan
bisnis dengan perusahaan yang bersangkutan dan
perusahaan-perusahaan lain yang terafiliasi dalam jangka waktu 3 tahun
terakhir;
h) Tidak menjadi partner atau principal di perusahaan konsultan
yang memberikan jasa pelayanan profesional pada perusahaan
dan perusahaan-perusahaan lain yang terafiliasi;
i) Tidak menjadi pemasok dan pelanggan signifikan atau
menduduki jabatan eksekutif dan dewan komisaris perusahaan
pemasok dan pelanggan signifikan dari perusahaan yang
bersangkutan atau perusahaan-perusahaan lain yang terafiliasi;
j) Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau
hubungan yang lain yang dapat diinterpretasikan akan
menghalangi atau mengurangi kemampuan komisaris
independen untuk bertindak dan berpikir independen demi
kepentingan perusahaan;
k) Memahamai peraturan perundang-undangan PT, UU Pasar
Modal, dan UU serta peraturan-peraturan lain yang terkait.
4) Komite Audit
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan
(52)
proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan
keuangan, peran dan tanggung jawab komite audit adalah
memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan
memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang
berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah
sudah sesuai dengan standar dan kebijksanaan tersebut dan apakah
sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota
komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya
yang diajukan auditor eksternal.
Dengan demikian, komite audit dalam perusahaan dapat
menjadi salah satu mekanisme pengawasan terhadap objektivitas
kebijakan-kebijakan perusahaan.
5) Kualitas Audit
Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi
ketidakselarasan informasi yang terdapat pada manajer dan
pemegang saham perusahaan dengan menggunakan pihak luar
untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Salfauz
et al, 2012). Akuntan publik sebagai auditor eksternal yang relatif
lebih independen dari manajemen dibandingkan auditor internal
berpotensi dapat meminimalkan kasus rekayasa laba dan
meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan
(53)
Laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat
dipercaya dihasilkan dari audit yang dilakukan secara efektif oleh
auditor yang berkualitas. Pemakai laporan keuangan lebih percaya
pada laporan keuangan yang diaudit oleh auditor yang dianggap
berkualitas dibandingkan dengan auditor yang kurang berkualitas,
karena mereka menganggap bahwa untuk mempertahankan
kredibilitasnya auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan
proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan. Auditor
yang berkualitas akan melakukan audit yang berkualitas pula.
Maka, dapat dikatakan bahwa reputasi auditor dapat sangat
menentukan kredibilitas laporan keuangan karena semakin besar
ukuran kantor akuntan publik, akan semakin baik pula kualitas
audit. Demikian juga dengan semakin baik independensi dan
kualitas auditor akan berdampak pula terhadap pendeteksian
earnings management yang berdampak negatif terhadap
pengukuran kinerja perusahaan (Widyanindyah, 2001). Hal ini
menunjukkan bahwa reputasi auditor dapat merupakan salah satu
penghalang bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara
(54)
Menurut Rodoni dan Ali (2010), proksi ukuran perusahaan
biasanya adalah total aset perusahaan. Total aset maupun nilai pasar
ekuitas perusahaan menjadi faktor penentu dalam mengukur besar
kecilnya suatu perusahaan. Dengan semakin besarnya total aset yang
dimiliki kita dapat melihat modal aset yang dimiliki.
Uyun (2011) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan
perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan
lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan
diharapkan akan selalu berusaha menjaga stabilitas kinerja keuangan
mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak serta merta
dapat dilakukan tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini
perusahaan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan adalah suatu variabel yang dapat digunakan dalam
mengukur besar atau kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan
menggunakan komponen ukuran perusahaan yaitu dari besarnya aset yang
dimiliki, nilai pasar ekuitas dan/atau penjualan perusahaan.
5. Nilai Perusahaan
Scott (2006) menjelaskan bahwa tujuan utama perusahaan adalah
memaksimalkan nilai, atau harga saham perusahaan. Menurut Fama
(55)
tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Keberhasilan
atau kegagalan keputusan manajemen hanya dapat dinilai berdasarkan
dampaknya pada harga saham perusahaan.
Menurut Weston dan Brigham (1993), harga saham didefinisikan
sebagai: ”the price at which stock sells in the market.” Sedangkan, harga pasar saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor
apabila investor menjual atau membeli saham, yang ditentukan
berdasarkan harga penutupan atau closing price di bursa pada hari yang
bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau closing price merupakan harga
saham terakhir kali pada saat berpindah tangan di akhir perdagangan.
Harga saham didasarkan pada penilaian dari eksternal perusahaan
terhadap aset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar dari
saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual di saat
terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham
dianggap sebagai cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya.
Menurut Kesuma (2009), harga saham adalah nilai nominal
penutupan (closing price) dari penyertaan atau pemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku secara
reguler di pasar modal di Indonesia. Jika perusahaan mencapai prestasi
yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh
banyak investor. Prestasi baik yang dicapai perusahaan dapat dilihat di
(56)
Menurut Rika dan Ishlahuddin (2008), nilai perusahaan dapat
didefinisikan sebagai nilai pasar saham. Alasannya karena nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi
pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan
meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan
pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor karena
dengan permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai perusahaan
juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan maksimum
jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan perusahaan
kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti manajer
maupun komisaris.
Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai
pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi
manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan di
masa lalu dan prospeknya dimasa depan. Ada beberapa rasio yang dapat
digunakan dalam mengukur nilai pasar suatu perusahaan. Salah satunya
yaitu dengan rumus (hitung) yang dikembangkan oleh James Tobin
(1967). Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena
dalam rumus Tobin‟s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal
saham perusahaan, tidak hanya saham biasa dan/atau ekuitas perusahaan
saja yang dimasukkan, melainkan juga seluruh aset perusahaan. Dengan
memasukkan seluruh aset perusahaan, berarti perusahaan tidak hanya
(57)
Tetapi, juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional
perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman
yang diberikan oleh kreditur (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan
estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari
setiap investasi yang dilakukan (Herawaty, 2008). Semakin besar nilai
rasio Tobin‟s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek
pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai
pasar aset perusahaan, semakin besar kerelaan investor untuk
mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan
tersebut.
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil/temuan-temuan penelitian terdahulu mengenai topik
dan/atau objek penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat
(58)
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Estiasih et al (2015)
The Influence of Corporate Social
Responsibility (CSR) and Good Corporate Governance (GCG) on Firm Value: The Characteristic of the Company as Moderating Variable 1. Corporate governance sebagai variabel prediktor bagi nilai perusahaan. 2. Nilai perusahaan sebagai variabel yang diminati. 3. Menggunakan ukuran perusahaan (proxy karakteristik perusahaan)
1. Tidak menguji efek moderasi karakteristik perusahaan atas hubungan antara variabel independen dan dependen-nya. 2. Ukuran perusahaan sebagai variabel independen; 3. Tidak menggunakan CSR sebagai variabel independen.
1. Semua variabel, kecuali CSR dan komite audit (proxy
GCG) tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan; 2. Tidak semua proxy
karakteristik perusahaan dapat memoderasi hubungan antara variabel bebas; dan variabel terikat; dan 3. Dalam hubungannya
dengan variabel terikat, tidak semua variabel bebas dimoderasi.
2 Kristiani et al (2014)
Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba 1. Mekanisme corporate governance sebagai variabel independen; 2. Menggunakan proxy variabel karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan) untuk menjelaskan variabel dependen
1. Nilai perusahaan sebagai variabel dependen; 2. Manajemen laba
sebagai variabel independen 1. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, komite audit, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba; 2. Secara simultan
semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
(59)
No. Peneliti
(Tahun) Judul
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Suhani (2013) Analisis Pengaruh Earning Management, Mekanisme Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan 1. Menggunakan mekanisme corporate governance, earning management, dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen; 2. Nilai perusahaan sebagai variabel yang diminati. 1. Menambahkan komite audit sebagai proxy
mekanisme
corporate governance;
2. Nilai perusahaan diproksikan dengan rumus
Tobin‟s Q;
3. Periode pengamatan adalah 3 tahun; 4. Mengujikan objek studi terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur sektor consumer goods 1. Earning Management, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun, jumlah dewan komisaris, kepemilikan manajerial, dan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan; 2. Secara simultan,
seluruh variabel bebas bepengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
4 Rice (2013) Pengaruh
Leverage, Kepemilikan Institusional, Ukuran dan Nilai Perusahaan terhadap Tindakan Manajemen Laba 1. Menggunakan proxy variabel (mekanisme) corporate governance sebagai variabel independen; 2. Menggunakan proxy karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan) sebagai variabel independen
1. Nilai perusahaan sebagai variabel yang diminati; 2. Manajemen laba
sebagai variabel independen; 3. Tidak
menggunakan
leverage sebagai variabel
independen; 4. Menggunakan
lima proxy untuk variabel
(mekanisme)
corporate governance
1. Secara simultan, semua variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba; 2. Secara parsial, hanya
leverage, kepemilikan institusional, dan nilai perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
(1)
112
Output Pengukuran Variabel Tahun-3 Pengamatan
SUBJEK KINS KMNJ KIND KOMA KAUD
EM
UP
Q
CEKA
0,9201 0,0076 0,3333 3,0000 1,0000 (3,1443)
25,5785
1,0865
GGRM
0,7555 0,0092 0,5000 3,0000 1,0000 (1,4912)
31,6953
1,8908
INDF
0,5007 0,0002 0,3750 3,0000 1,0000 (1,0839)
32,0847
0,7329
KAEF
0,9003 0,0000 0,4000 3,0000 0,0000 (1,8236)
28,7190
2,4437
KDSI
0,7568 0,0481 0,5000 3,0000 0,0000 (1,8799)
27,5820
0,1541
KICI
0,8306 0,0023 0,3333 3,0000 0,0000 (0,9813)
25,2954 (0,0693)
KLBF
0,5671 0,0001 0,3333 3,0000 1,0000 (1,5889)
30,1507
1,0521
LMPI
0,8320 0,0001 0,5000 3,0000 0,0000 (0,6085)
27,4189
0,2258
MBTO
0,6775 0,0010 0,3333 2,0000 0,0000 (0,8362)
27,1520 (0,1001)
PSDN
0,7209 0,0165 0,3333 3,0000 1,0000 (1,7750)
27,1545
0,2553
PYFA
0,5385 0,2308 0,3333 3,0000 0,0000 (1,5153)
25,8808
0,4016
SKLT
0,9610 0,0012 0,3333 3,0000 0,0000 (2,4263)
26,5271
0,6575
TCID
0,7377 0,0014 0,4000 4,0000 1,0000 (1,8977)
28,2480
1,7372
TSPC
0,7752 0,0008 0,7500 3,0000 0,0000 (1,4907)
29,3525
1,9021
ULTJ
0,4658 0,1790 0,3333 3,0000 0,0000 (1,5218)
28,7016
3,3435
(2)
Lampiran 4 : Output Statistik Deskriptif (Output SPSS 22.0)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepemilikan Institusional 45 ,4658 ,9610 ,729136 ,1501217
Kepemilikan Manajerial 45 ,0000 ,2308 ,032002 ,0700018
Komisaris Independen 45 ,3333 ,7500 ,391278 ,0894648
Komite Audit 45 2,0000 4,0000 3,022222 ,3982284
Kualitas Audit 45 ,0000 1,0000 ,400000 ,4954337
Earning Management 45 -3,4812 -,6085 -1,657218 ,6134105
Ukuran Perusahaan 45 25,2767 32,0847 28,107576 1,9043034
Nilai Perusahaan 45 -,1001 4,3487 ,961616 ,9846329
(3)
114
Lampiran 5 : Hasil Uji Asumsi Klasik (Output SPSS 22.0)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,71767700
Most Extreme Differences Absolute ,128
Positive ,128
Negative -,061
Test Statistic ,128
Asymp. Sig. (2-tailed) ,062c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(4)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -13,483 3,327 -4,043 ,000
KINS 1,526 1,482 ,233 1,030 ,310 ,281 3,555
KMNJ 6,193 3,010 ,440 2,057 ,047 ,314 3,189
KIND ,675 1,716 ,061 ,393 ,696 ,591 1,693
KOMA ,549 ,352 ,222 1,559 ,128 ,707 1,414
KAUD -,700 ,339 -,352 -1,775 ,087 ,357 2,802
EM -,171 ,239 -,106 -,714 ,480 ,648 1,544
UP ,399 ,100 ,771 3,992 ,000 ,385 2,598
a. Dependent Variable: Q
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea ,00099
Cases < Test Value 22
Cases >= Test Value 23
Total Cases 45
Number of Runs 23
Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
(5)
116
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -2,739 1,787 -1,532 ,134
Kepemilikan Institusional -,592 ,796 -,180 -,743 ,462
Kepemilikan Manajerial 1,699 1,617 ,242 1,051 ,300
Komisaris Independen -,450 ,922 -,082 -,489 ,628
Komite Audit ,336 ,189 ,272 1,777 ,084
Kualitas Audit -,524 ,214 -,527 -2,445 ,019
Earnings Management -,219 ,128 -,273 -1,705 ,097
Ukuran Perusahaan ,094 ,054 ,363 1,750 ,088
(6)
Lampiran 6 : Faktor-faktor dalam Pengujian Hipotesis (Output SPSS 22.0)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -13,484 3,327 -4,053 ,000
Kepemilikan Institusional 1,526 1,482 ,233 1,030 ,310
Kepemilikan Manajerial 6,193 3,010 ,440 2,057 ,047
Komisaris Independen ,675 1,716 ,061 ,393 ,696
Komite Audit ,549 ,352 ,222 1,559 ,128
Kualitas Audit -,700 ,399 -,352 -1,755 ,087
Earning Management -,171 ,239 -,106 -,714 ,480
Ukuran Perusahaan ,399 ,100 ,771 3,992 ,000
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 19,995 7 2,856 4,664 ,001b
Residual 22,663 37 ,613
Total 42,658 44
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Earning Management, Komite Audit, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit