13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Agency Theory
a. Definisi
Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan 2005 adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen.
Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas demi kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan
keputusan dari prinsipal kepada agen. Menurut Jensen dan Meckling 1976, teori agensi menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara
pihak yang
mendelegasikan keputusan
tertentu principalpemilikpemegang saham dengan pihak yang menerima
pendelegasian tersebut agenmanajemen. Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena
kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan agency cost. Sebagai
agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik principal dengan memperoleh kompensasi
sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak
14 berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendaki Ujiyantho dan Pramuka, 2007.
b. Asumsi Sifat Dasar Manusia
Eisenhardt 1989 dalam Larasati 2009 menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi
yaitu: 1 manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri self interest;
2 manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationality;
3 manusia selalu menghindari resiko risk averse. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer
sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya Ujiyantho
dan Pramuka, 2007. Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik pemegang saham. Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan Ujiyantho dan Pramuka, 2007.
Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam
15 kondisi
yang paling
besar ketidakpastiannya.
Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya
kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi Ujiyantho dan Pramuka, 2007.
c. Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki
oleh pihak luar perusahaan. Menurut Scott 2006, terdapat dua macam asimetri informasi, yaitu:
1 Adverse selection, yaitu para manajer serta orang-orang dalam yang lain biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan
prospek perusahaan dibandingkan dengan investor pihak luar, serta fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan
diambil oleh pemegang saham tersebut, tetapi tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
2 Moral hazard, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi
pinjaman sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan
sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Terjadinya adverse
selection dan
moral hazard
bisa menimbulkan sejumlah implikasi serius bagi kinerja perusahaan. Dua
16 masalah tersebut dapat mendorong para manajer berperilaku malas dan
tidak etis. Asimetri informasi antara manajemen agent dengan pemilik principal akan memberi kesempatan kepada manajer untuk
melakukan manajemen laba earnings management sehingga akan menyesatkan pemilik pemegang saham mengenai kinerja ekonomi
perusahaan.
d. Agency Conflict
Jensen dan Meckling berpendapat bahwa agency conflict timbul pada berbagai hal sebagai berikut Larasati, 2009:
1 Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya dan bukan yang paling menguntungkan bagi
perusahaan. 2 Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan
perusahaan yang stabil. Sedangkan, pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang
investasi internal yang positif atau disebut earning retention. 3 Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka
sendiri dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini, mereka akan mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan
masih dalam jangkauan kemampuan manajer. 4 Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan
sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam pengambilan keputusan yaitu berpihak
17 pada proyek jangka pendek dengan pengembalian akuntansi yang
tinggi. 5 Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah
agency problem, yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan
manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang diinvestasikannya mendapatkan return maksimal.
Sedangkan, manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik agency problem.
Corporate governance, yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate
governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi
mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencurimenggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan
berkaitan dengan danakapital yang telah ditanamkan oleh investor. Selain itu corporate governance juga berkaitan dengan
bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain yakni corporate governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk
menekan atau menurunkan biaya keagenan agency cost.
18
2. Earning Management