Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Pembatasan Fokus Penelitian Perumusan Masalah Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. 4 Sehingga dengan pembelajaran seperti ini siswa dapat memahami materi pelajaran yang diterima. Materi energi merupakan materi yang perlu diberikan pemahaman yang jelas kepada siswa karena materi energi yang terdapat di bumi sangat diperlukan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam pelajaran IPA terutama pada materi energi guru harus dapat melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran dan perlu merancang atau membuat kegiatan pembelajaran agar siswa mudah dalam memahami materi pelajaran yang dipelajari. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan pemahaman pembelajaran IPA khususnya materi energi dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, karena dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dapat melakukan pembelajaran dengan bekerja sama secara berkelompok dan keberhasilan belajar tersebut bukan hanya dari guru atau individu saja akan tetapi keberhasilan belajar juga didapat dari orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran dan juga dapat meningkatkan hasil belajar serta memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran khususnya pelajaran IPA di MI Ishlahul Anam Cakung Jakarta Timur. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Pelajaran IPA”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil pengamatan pada kelas IV MI Ishlahul Anam selama satu minggu dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 4 Doantara Yasa, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, 2008. Diakses tanggal 15 April 2012. www.ipotes.wordpress.com20080515pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw 1. Hasil belajar siswa kelas IV MI Ishlahul Anam pada mata pelajaran IPA materi energi rendah yaitu sekitar 64,7 yang mencapai ketuntasan belajar dan belum mencapai target KKM sebesar 70 dari 17 peserta didik. 2. Proses pembelajaran dilaksanakan secara monoton, karena guru kurang menerapkan model pembelajaran yang variatif dan menarik. 3. Rendahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran karena kurang dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka penelitian ini hanya difokuskan pada masalah yang berkenaan dengan penerapan metode atau model pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Islahul Anam Cakung Jakarta Timur.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah yang diuraikan, maka peneliti dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Ishlahul Anam? 2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa kelas IV MI Ishlahul Anam?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

1. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Memperoleh gambaran tentang proses penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPA pada materi energi dan penggunaanya di kelas IV MI Islahul Anam Cakung Jakarta Timur. b. Menganalisis pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatan hasil belajar IPA materi energi dan penggunaanya di kelas IV MI Islahul Anam Cakung Jakarta Timur. 2. Kegunaan penelitian Sedangkan kegunaan penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kategori: a. Kegunaan praktis, meliputi: 1 Bagi diri sendiri. Sebagai acuan untuk menerapkan proses pembelajaran yang lebih tersusun dan terencana sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang baik. 2 Bagi kepala madrasah. Sebagai input untuk mengambil keputusan atas berkembangnya bidang pendidikan. 3 Bagi siswa. Sebagai sasaran penelitian untuk membuktikan hipotesa penulis. b. Kegunaan teoritis, meliputi: 1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan. 2 Hasil penelitian ini digunakan sebagai salah satu referensi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEOR ETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian pembelajaran kooperatif Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. “Slavin mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat sampai enem orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”. 5 Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Jacob menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu metode instruksional yang mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil saling bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik”. 6 Pembelajaran kooperatif cooperative learning adalah model pembelajaran yang mengacu pada metode pembelajaran yang membuat siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. 7 Roger, dkk menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisasi oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial 5 Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, Bandung: Alfabeta ,2009, cet. Ke-2, h. 15 6 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta : DEPAG RI, 2009, cet. ke-1, h. 232 7 Zaifbio, Pembelajaran Kooperatif, 2011, Diakses tanggal 15 April 2012. www.zaifbio.wordpress.com20111124pembelajaran-kooperatif .... 7 diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain. 8 Parker mendefinisikan “kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran yang membuat para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama”. 9 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan cara bekerja sama dalam kelompok kecil atau tim yang terdiri dari empat sampai enam orang secara kolaboratif untuk saling membantu dalam belajar atau dalam menyelesaikan tugas dan setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota lainnya serta dapat merangsang siswa agar lebih bergairah dalam belajar. b. Karakteristik pembelajaran kooperatif : 10 1 Positive interdependence, hal ini menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara anggota kelompok. Bila salah satu gagal, maka yang lain akan ikut menderita. Jadi setiap anggota harus berusaha keras agar tercapai keberhasilan individual, karena setiap individu yang gagal dan berhasil akan saling mempengaruhi. 2 Inividual accountabiliti, setiap individu mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kelompok agar hasil belajar menjadi baik. 3 Face-to-face promotive interection, setiap anggota kelompok harus saling membelajarkan dan mendorong agar tujuan dan tugas yang diberikan dapat dikuasai oleh semua anggota kelompok. 8 Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Pembelajaran, Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, cet. Ke-1, h. 29 9 ibid, h. 29 10 Ari Widodo dkk, Pendidikan IPA di SD, Bandung: UPU PRESS, 2007, cet. Ke-1, h. 96 4 Appropriate use of collaborative skills, dalam kelompok setiap individu berlatih untuk dapat dipercaya, mempunyai jiwa kepemimpinan, dapat mengambil keputusan, mampu berkomunikasi, dan memiliki keterampilan untuk mengatur konflik. 5 Group processing, artinya setiap anggota harus dapat mengatur keberhasilan kelompok, secara berkala mengevaluasi kelompoknya, serta mengidentifikasi perubahan yang akan dilakukan agar pekerjaan kelompoknya lebih efektif lagi. c. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif : Terdapat enam langkah utama atau tanggapan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyiapkan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan dari pada secara verbal. Selanjutnya peserta didik dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat peserta didik bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yaang telah mereka pelajari dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. 11 Enam tahap pembelajaran kooperatif dapat dirangkum pada tabel berikut : Tabel 2.1 Langkah Umum Model Pembelajaran Kooperatif 12 Fase Tingkah laku guru Fase I Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik Fase II Menyajikan informasi Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar. Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan 11 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010, cet. ke-1, h. 211 12 Zaifbio, pembelajaran Kooperatif, 2011, diakses tanggal 15 April 2012. www.zaifbio.wordpess.com20111124pembelajaran-kooperatif ... Fase Tingkah laku guru Fase III Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok belajar Fase IV Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase V Evaluasi Fase VI Memberikan penghargaan Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar yang telah dipelajari atau masing-masimg kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. d. Tujuan pembelajaran kooperatif. Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu: 13 1 Hasil belajar akademik Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, cooperative learning dapat memberi keuntungan, baik 13 Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemanpuan Belajar Berkelompok, Bandung: Alfabeta, 2009, cet. Ke-2, h. 27-28 pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. 2 Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidak mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3 Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan- keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. e. Teori-teori yang terkait dengan pembelajaran kooperatif Terdapat berbagai teori dalam mempelajari cooperative learning. Diantaranya yaitu: 14 1 Teori Ausuble Menurut Ausuble bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Suparno mengatakan, pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang dalam proses pembelajaran. 2 Teori Piaget Teori ini mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga dalam teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikontruksi dan direkontruksi oleh peserta didik. Sebagai realitas teori ini dalam kegiatan pembelajaran peserta didik harus besifat aktif. 14 Ibid., h. 35-39 Menurut Surya, perkembangan kognitif pada peringkat ini merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa yang menuju ke arah proses berpikir dalam peringkat yang lebih tinggi. Peringkat berpikir ini sangat diperlukan dalam pemecahan masalah. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran, antara lain: a bahan dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa, b anak-anak akan pembelajaran lebih baik apabila menghadapi lingkungan dengan baik, c bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing, d diberi peluang agar pembelajaran anak sesuai dengan peringkat perkembangannya, e dalam kelas hendaknya anak-anak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi. 3 Teori Vygotsky Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Dalam pengertian dibedakan menjadi dua yaitu pengertian yang sepontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari. Sedangkan pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruang kelas atau yang diperoleh dari pelajaran di sekolah. f. Keunggulan pembelajaran kooperatif 15 1 Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, 2 Optimalisasi partisipasi siswa, 3 Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan sesama siswa dalam suasana bergotong royong dan 15 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009, cet. Ke-1, h. 248-249 mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi, 4 Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur, 5 Meningkatkan hubungan positif, 6 Motivasi intrinsik makin besar, 7 Percaya diri yang tinggi, 8 Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah, 9 Siswa dapat bertanggung jawab dengan apa yang dipelajarinya, 10 Siswa meningkat dalam kolaborasi kognitif. Siswa dapat mengorganisasikan pikirannya untuk menjelaskan ide pada teman- teman sekelasnya. g. Jenis-jenis pembelajaran kooperatif 1 STAD Student Teams Achievement Division Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. Menururt Slavin tipe ini merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. 16 Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. 17 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 18 a penyampaian tujuan dan motivasi, b pembagian kelompok, 16 Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, Bandung: Alfabeta, 2009, cet. Ke-2, h.51 17 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajagrafindi Persada, 2010, cet. Ke-1, h.214 18 Ibid., h.215-216 c persentasi dari guru, d kegiatan belajar dalam tim, e kuis evaluasi, f penghargaan prestasi tim. 2 TGT Teams Games Tournaments TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan lima sampai eman orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Menurut Slavin pembelajaran kooperarif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas class precentation, belajar dalam kelompok teams, permainan games, pertandingan tournament, dan penghargaan kelompok team recognition. 19 Ciri- ciri pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berukut: a siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, b games tournament, c penghargaan kelompok. 3 GI Group Investigation Strategi pembelajaran kooperatif tipe GI dikembangkan oleh Sholom Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Menurut Slavin, straregi kooperatif GI sebenarnya dilandasi oleh filosof belajar Jhon Dewey. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru dalam mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model ini dirancang untuk membentuk pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pelajaran dan juga membentuk manusia sosial. 19 Ibid., h. 225 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah: 20 a membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima orang siswa, b memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis, c mengajak setiap siswa untuk berpatisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati. 4 Kepala Bernomor Numbered Heads Pembelajaran kooperatif model kepala bernomor Numbered Heads di kembangkan oleh Spencer Kagan. pembelajaran kooperatif model kepala bernomor Numbered Heads adalah merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan pada jawaban yang paling tepat, model ini juga dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama. Model kepala bernomor Numbered Heads dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan juga cocok untuk semua tingkatan usia anak didik. 21 Langkah-langkah kegiatan kepala bernomor Numbered Heads adalah sebagai berikut: 22 a siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor, b guru membagikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, c setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap kelompok mengerjakan atau mengetahui jawabannya, 20 1bid., h.223 21 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009, cet. Ke-1, h.242 22 Zaif bio, Pembelajaran Kooperatif, 2011, diakses tanggal 15 April 2012. www.zaifbio.wordpress.com20111124pembelajaran-kooperatif.... d guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil kerja mereka, e Peserta yang lain memberikan tanggapan, f guru menunjuk nomor yang lain untuk kelompok berikutnya, g Kesimpulan. 5 Mencari Pasangan Make a Match Model mencari pasangan Make a Match dikembangkan oleh Lorna Curran. “Salah satu keunggulan dari model ini adalah siswa dapat mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan”. 23 Model ini juga dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Langkah-langkah model mencari pasangan Make a Match adalah sebagai berikut: 24 a Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review satu sesi kartu berupa soal dan sesi sebaliknya berupa kartu jawaban, b Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang didapat, c Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya kartu soal atau kartu jawaban, d Siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, e Setelah satu babak selesai kartu dikocok kembali agar siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, f Kesimpulan. 6 Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson dan kawan-kawan di universitas Texas. Arti jigsaw 23 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010, cet ke-1, h. 223 24 Ibid h. 223-224 dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzel yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. 25 Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Lie mengungkapakan “bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri”. 26 Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. 27 Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain kelompok asal yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. 25 Ibid h.217 26 Ibid h. 218 27 Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, Bandung: Alfabeta, 2009, cet. ke-2, h.54 Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Tugas guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapat pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang didapatkan saat melakukan diskusi dikelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependece setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapat informasi dan memecahkan masalah yang diberikan. Pengaruh positif dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang telah diteliti oleh Jhonson yaitu: 28 a meningkatkan hasil belajar, b meningkatkan daya ingat, c dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi, d mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik kesadaran individu, e meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen, f meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah, g meningkatkan sikap positif terhadap guru, h meningkatkan harga diri anak, i meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif, j meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong. 28 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010, cet. Ke-1, h.219 Langkah-langkah pembelajaran tipe jigsaw : 23 a peserta didik dikelompokkan beranggotakan empat sampai enam orang, b tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, c anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian bab atau sub bab mereka membentuk kelompok ahli, d setelah selesai diskusi sebagian tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar atau melaporkan hasil diskusinya kepada teman, satu tim mereka tentang sub bab yang harus dibahas, e tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusinya, f guru memberikan evaluasi, g penutup. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dikemukakan oleh Stephen, Sikes and Snapp sebagai berikut: 29 a siswa dikelompokkan satu sampai lima anggota tim, b tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, c tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, d anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam kelopok baru kelompok ahli untuk mendiskusikan subbab mereka, e setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajarkan teman satu tim mereka tentang subbab yang telah, dikuasai dan anggota lain mendengarkan, f tiap tim ahli mempresentasikan hasil dikusinya, g guru memberi evaluasi, h penutup. 29 Ibid h. 220 2. Hasil belajar Hasil belajar adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan hasil tes belajar. 30 Menurut Gagne dan Driscoll hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. 31 Dick dan Reiser mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari empat jenis, yaitu: pengetahuan, intelektual, keterampilan motor dan sikap. 32 Sujana mengemukakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. 33 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampua-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai kegiatan pembelajaran atau yang diperoleh dari proses belajar mengajar disekolah berupa pengetahuan, intelektual, keterampilan motor dan sikap atau berupa hasil angka atau nilai-nilai berdasarkan hasil tes belajar dan juga dapat diamati melalui sikap siswa. Menurut pemikiran Gagne hasil belajar bisa berupa: 34 a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. 30 Alim Sumarno, Penertian Hasil Belajar, 2011. Diakses tanggal 15 April 2012 http:elearning.unesa.ac.idmyblogalim-sumarnopengertian-hasil-belajar 31 ibid 32 ibid 33 Ade Sanjaya, Pengertian, Definisi Hasil Belajar Siswa, 2011. Diakses tanggal 15 April 2012 http:aadesanjaya.blogspot.com201103pengertian-definisi-hasil-belajar.html 34 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, cet. Ke-6, h. 5-6 d. Keterampilan motor yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi. e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Menurut Bloom hasil belajar nencakup tiga kemampuan yaitu kognitif pengetahuan, afektif sikap dan psikomotorik keterampilan motor. Domain kognitif adalah knowledge penetahuan, ingatan, comprehension pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh, application menerapkan, analysis menguraikan, menentukan hubungan, shyntesis mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan evaluation menilai. Domain afektif adalah receiving sikap menerima, responding memberikan respon, valuing nilai, organization organisasi, characterization karakteristik. Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan routinized. 35 Sedangkan Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: 36 a. keterampilan dan kebiasaan, b. pengetahuan dan pengertian, c. sikap dan cita-cita. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari dalam faktor internal dan faktor dari luar faktor eksternal. “Menurut Suryabrata yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis, misalnya kecerdasan, motivasi, prestasi, dan kemampuan kognitif. Sedangkan yang termasuk faktor ekternal adalah faktor lingkungan dan faktor instrumental, misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran”. 37 3. Hakikat Pembelajaran IPA Hakikat pembelajaran IPA dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu: 38 a. IPA sebagai produk IPA sebagai produk merupakan hasil upaya partisipasi IPA terdahulu dan umumnya berupa fakta, konsep teori, hukum, prosedur informasi telah 35 Ibid h. 6-7 36 Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, cet. Ke-9, h.22 37 Alim Sumarno, Pengertian Hasil Belajar, 2011. diakses pada tanggal 15 April 2012 http:elearning.unesa.ac.idmyblogalim-sumarnopengertian-hasilbelajar 38 Agus Sugianto, dkk, Pembelajaran IPA MI, Surabaya: Aprinta, 2009 cet. Ke-1, h. 12-14 tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku atau dukumen yang semuanya dapat dianggap sebagai body of knowladge. Dalam pembelajaran IPA alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak pernah habis sehingga dalam poses mendapatkan ilmu IPA menjadi hal yang sangat penting. Produk IPA juga terkait dengan perkembangan teknologi. b. IPA sebagai proses Makna IPA sebagai proses adalah proses untuk mendapatkan IPA yang dilakukan melalui metode ilmiah. Metode ilmiah pada anak usia SDMI dikembangkan secara bertahap, berkesinambungan yang pada akhirnya akan terbentuk paduan utuh dan mampu melakukan penelitian secara sederhana. Tahapan perkembangan dengan metode ilmiah meliputi: 1 melakukan pengamatan eksploratif yang memunculkan pertanyaan atau permasalahan, 2 merumuskan masalah atau pertanyaan, 3 mengumpulkan data melalui pengamatan maupun percobaan eksperimen, 4 membuat simpulan tentang jawaban masalah berdasarkan data. Guna dapat melakukan kegiatan tersebut diatas diperlukan keterampilan proses yang meliputi : observasi, klasifikasi, interprestasi, prediksi, hipotesis, pengendalian variabel, perencanaan dan pelaksanaan penelitian, inferensi, aplikasi, dan komunikasi. Keterampilan dasar tersebut sangat diperlukan dalam proses mendapatkan IPA. c. IPA sebagai pemupuk sikap Di dalam konteks pengajaran IPA, sikap dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Sikap ilmiah yang memungkinkan dapat dikembangkan pada anak-anak usia SDMI adalah: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir beda, dan sikap disiplin diri. Sikap ilmiah tersebut dapat dikembangkan tatkala peserta didik melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan observasi lapangan. 4. Materi Energi dan penggunaannya a. Energi panas 1 Pengertian energi panas Energi panas bisa juga disebut energi kalor. Energi panas yaitu energi yang dimiliki oleh benda karena suhunya. Energi panas memiliki manfaat yang sangat banyak dalam kehidupan diantaranya yaitu untuk memasak, menghangatkan tubuh, menjemur pakaian, dan lain-lain. Energi panas juga memiliki sumber, sumber energi panas diantaranya yaitu: a Api untuk memunculkan api diperlukan bahan bakar dan udara. Bahan bakar yang digunakan dapat berupa kayu bakar, minyak tanah, dan gas. Selain bahan bakar, udara juga diperlukan karena tanpa udara api akan mati. Api sangat bermanfaat bagi kehidupan, diantaranya yaitu untuk memasak, menjalankan mesin serta memusnahkan sampah dan kuman. b Gesekan Benda gesekan dua buah benda dapat menimbulkan panas. Panas timbul karena gesekan yang terus-menerus, makin kasar permukaan benda yang digesekkan, makin cepat panas timbul. Contoh gesekan benda yaitu pada ban mobil, ketika mobil berjalan ban mobil bergesekan dengan jalan, sehingga ban mobil menjadi panas. c Matahari Matahari merupakan sumber energi panas paling utama bagi kehidupan. Panas matahari sangat berguna bagi kehidupan diantaranya untuk mengeringkan pakaian ketika di jemur, untuk mengeringkan padi, untuk menghangatkan tubuh dan lain-lain. 2 perpindahan panas panas tidak dapat dilihat, tetapi dapat dibuktikan keberadaannya. Keberadaan panas dapat dibuktikan dengan cara menyentuh leher atau kening dengan punggung tangan pasti dapat merasakah panas atau hangatnya leher dan kening. Selain itu energi panas juga dapat berpindah. Perpindahan panas dapat berpindah secara konduksi, konveksi, dan secara radiasi. Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas tanpa diikuti aliran zat perantaranya. Contohnya yaitu: sodet terasa panas jika digunakan untuk menggoreng, sendok akan terasa panas ketika di celupkan ke dalam air panas. perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang diikuti perpindahan zat perantaranya. contohnya yaitu: panas yang merambat pada air yang direbus. perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas secara langsung. Contohnya yaitu: tangan terasa panas jika didekatkan ke api, keringnya pakaian oleh panas matahari. b. Energi bunyi 1 pengertian energi bunyi Energi yang dimiliki oleh bunyi disebut energi bunyi. Bunyi dihasilkan oleh sumber bunyi yang bergetar. Oleh karena itu, energi bunyi disebut juga energi getar. Contohnya yaitu bunyi guntur yang keras bisa menggetarkan atau memecahkan kaca-kaca jendela. 2 Sumber energi bunyi Bunyi timbul karena adanya getaran. Setiap getaran benda yang dapat menghasilkan bunyi dinamakan sumber bunyi. Getaran adalah gerakan bolak-balik yang melalui titik setimbang. Jarak getaran pada saat bolak-balik disebut amplitudo. Makin besar amplitudo, makin keras bunyi yang di dengar. 3 Perambatan bunyi Perambatan bunyi dapat didengar melalui zat perantara. Zat perantara tersebut berupa benda gas, benda padat, dan benda cair. a Perambatan bunyi melalui benda gas Udara merupakan benda gas yang mengisi sebagian besar bumi. Udara menjadi perantara bunyi ketika berkomunikasi. Dimanapun kita berada kita dapat berkomunikasi. Bahkan dalam jarak yang cukup jauh. Dapat dilakukan, asal suaranya dikeraskan. Perambatan bunyi melalui udara adalah perambatan yang sangat cepat menyampaikan bunyi. b Perambatan bunyi melalui benda padat Perambatan bunyi melalui benda padat dapat dibuktikan dengan menempelkan jam tangan pada penggaris. Melalui penggaris detak jam dapat didengar. Makin dekat jarak sumber bunyi makin keras bunyi terdengar. kemampuan zat padat menghantarkan bunyi telah banyak digunakan pada zaman dahulu yaitu dengan menempelkan telinga ke tanah maka gerakan benda yang berjarak jauh dapat diketahui keberadaannya. c Perambatan bunyi melalui benda cair Perambatan bunyi melalui benda cair dapat dibuktikan dengan menumbukan batu ke air. Dengan dilemparnya batu ke air maka dapat terdengar bunyi tumbukan batu tersebut. c. Pemantulan dan penyerapan bunyi Pemantulan bunyi terjadi ketika bunyi mengenai dinding atau permukaan yang keras. Dalam pemantulan bunyi terdapat istilah gaung dan gema. Gaung adalah bunyi pantulan yang datang sebelum bunyi asli selesai dikirim. Contoh gaung adalah ketika berada di ruang yang sempit. Suara atau bunyi yang terdengar tidak jelas karena terganggu bunyi pantul. Contoh lain adalah ketika berbicara di mulut kaleng, apa yang diucapkan tidak akan terdengar dengan jelas. Gema adalah bunyi pantul yang muncul setelah bunyi asli selesai. Contohnya ketika kita berteriak di daerah pegunungan, setelah beberapa saat terdengar kembali suara teriakan. Bunyi tersebut adalah bunyi pantulan yang baru sampai ketelinga. Selain mengalami pemantulan, bunyi mengalami penyerapan. Bunyi akan diserap jika mengenai bahan-bahan yang lunak atau berongga. Benda-benda yang dapat menyerap bunyi disebut peredam bunyi, contohnya busa, spon, wol, kain dan karet. d. Perubahan bunyi pada alat musik 1 Alat musik yang dipukul Gambar 2.1 Gendang Sumber www.250742_0_Alat_Musik.com 0162012 Salah satu alat musik yang dipukul adalah gendang, bagian membran gendang yang dipukul terbuat dari kulit, ketika kulit bergetar, udara di sekitarpun ikut bergetar. Melalui udara tersebut, getarannya sampai ke telinga. Alat musik pukul lainnya cara kerjanya sama seperti gendang yang membedakan adalah bagian yang dipukul serta bahannya. Contoh alat musik yang dipukul adalah gong, calung, rebana, drum, bedug dan lain-lain. 2 Alat musik bersenar Gambar 2.2 Gitar Sumber www.250742_0_Alat_Musik.com 0162012 Alat musik bersenar yang bergetar adalah senar, ketika senar bergetar, udara disekitarnya ikut bergetar. Udara yang bergetar, kemudian merambat sampai di telinga dan akhirnya alat musik dapat terdengar. Contoh alat musik bersenar adalah gitar, biola, rebab, kecapi dan lain- lain. 3 Alat musik tiup Gambar 2.3 Suling Sumber www.250742_0_Alat_Musik.com 0162012 Alat musik ditiup berbunyi karena udara didalamnya bergetar dan menghasilkan bunyi. Udara di dalam bergetar setelah ditiup. Bunyi yang keluar dari alat musik tiup tersebut, kemudian dirambatkan melalui udara sehingga bunyi dapat terdengar. Contoh alat musik tiup adalah seruling, terompet, trombon, klarinet, harmonika, dan lain-lain. e. Energi alternatif Energi alternatif adalah energi pengganti yang dapat menggantikan peranan minyak bumi. Energi yang sedang dikembangkan adalah energi matahari, energi angin, energi air terjun dan energi panas bumi. 1 Energi matahari Gambar 2. 4 Sel Surya Sumber www.panel_surya_olisfaripatangary.blogspot.com 0162012 Energi matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi. Jika tidak ada matahari, kehidupan akan musnah. Manfaat matahari bagi kehidupan adalah untuk mengeringkan pakaian, mengeringkan padi, menghangatkan tubuh, selain itu energi matahari juga dapat diubah menjadi bentuk energi lain. Misalnya, sel surya yang dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik. 2 Energi angin Gambar 2.5 Kincir Angin Sumber www.kincir_angin_olisfaripatangary.blogspot.com 0162012 Di negara Belanda memanfaatkan energi angin untuk menggerakkan kincir. Kincir digunakan untuk pembangkit listrik, selain itu juga kincir angin digunakan untuk mengolah hasil ladang dan memompa air. 3 Energi air Gambar 2.6 PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air Sumber www.hydropowser_olisfaripatangary.blogspot.com 0162012 Air terjun merupakan salah satu sumber daya energi. Air terjun tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik tenaga air disebut PLTA. Jika tenaga air terjun terlalu kecil terlebih dahulu dibuat bendungan. Setelah itu air dari bendungan dialirkan untuk memutar turbin. Pemutaran turbin tersebut digunakan untuk memutar generator penghasil listrik. 4 Energi panas bumi Gambar 2.7 PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap Sumber www.medium_71nuk_pantonanew.com 0162012 Panas bumi dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. Pembangkit listrik tenaga panas bumi biasa disebut PLTU. Proses pengolahan panas bumi menjadi listrik yaitu uap panas dari dalam bumi dialirkan kepermukaan melalui pipa, lalu uap panas dialirkan ke turbin melalui pipa sehingga turbin berputar. f. Model mainan yang berhubungan dengan udara Angin adalah udara yang bergerak merupakan sumber energi, beberapa model mainan yang menunjukkan perubahan gerak akibat udara adalah roket dari kertas, pesawat kertas, baling-baling dan parasut, contoh model mainan tersebut memanfaatkan udara atau angin untuk bergerak.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

Efektifitas pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV di madrasah ibtidaiyah Alhikmah Kalibata Jakarta Selatan

3 17 78

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Bamboo Dancing untuk meningkatkan Hasil belajar IPS Siswa kelas IV

0 21 202

Pengaruh penerapan model pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV Di Madrasah Ibtidaiyah Al Wasliyah Jakarta Timur

0 18 147

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Sukamanah Kabupaten Sukabumi Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 3 31

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV DI SDN KLEDOKAN DEPOK.

0 2 204

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 1 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SDN CAKUNG TIMUR 05 PAGI JAKARTA TIMUR TAHUN PELAJARAN 2016-2017

0 0 14

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV di SDN 94 Pekanbaru

0 0 15

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru

0 0 15