Hasil pengamatan gejala toksik Hasil pengamatan kematian

24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Bahan Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Bogor menyebutkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan pecut kuda Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl Lampiran 1, halaman 23. Ekstrak etanol pecut kuda diperoleh dari penguji sebelumnya yang telah melakukan uji toksisitas akut Citra, 2014.

4.2 Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Pecut Kuda EEPK

Pengamatan terhadap uji toksisitas subkronik EEPK dilakukan setiap hari selama 28 hari meliputi perilaku fisik, jumlah kematian hewan, jumlah makanan, berat badan, kadar ureum, kreatinin, SGPT, SGOT, makropatologi dan gambaran histopatologi organ hati.

4.2.1 Hasil pengamatan gejala toksik

Hasil pengamatan terhadap perilaku fisik hewan uji dapat dilihat pada Tabel 4.1. Universitas Sumatera Utara 25 Tabel 4.1 Hasil pengamatan gejala toksik terhadap perilaku fisik hewan Kelompok Hewan Gejala Toksik Hari ke- 1-4 5-14 15-21 22-28 Kontrol Tremor - - - - Diare - - - - Salivasi - - - - Lemas - - - - Jalan mundur - - - - Jalan dengan perut - - - - Dosis 200 mgkg bb Tremor - - - - Diare - - - - Salivasi - - - - Lemas - - - - Jalan mundur - - - - Jalan dengan perut - - - - Dosis 400 mgkg bb Tremor - - - - Diare - - - - Salivasi - - - - Lemas - - + + Jalan mundur - - - - Jalan dengan perut - - - - Dosis 800 mgkg bb Tremor - - - - Diare - - - - Salivasi - - - - Lemas - + + + Jalan mundur - - - - Jalan dengan perut - - - - Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada pemberian ekstrak etanol pecut kuda pada dosis 200, 400 dan dosis 800 mgkg BB tidak menunjukkan gejala toksik pada pengamatan tremor, diare, salivasi, lemas, jalan mundur dan jalan dengan perut. Namun pada dosis 400 dan 800 mgkg BB ditemukan gejala toksik pada perilaku fisik hewan berupa penurunan aktivitas gerak hewan ditandai dengan lemas. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan antara dosis dan efek toksik, dimana makin besar dosis yang diberikan makin besar efek toksik yang timbul Lu, 1995. Zat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan berkaitan Universitas Sumatera Utara 26 dengan dosis yang diberikan yaitu efek samping, efek merugikan dan efek toksik Priyanto, 2009.

4.2.2 Hasil pengamatan kematian

Hasil pengamatan kematian hewan selama waktu pemberian sediaan uji dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil pengamatan kematian Kel. Jumlah mencit Hari ke- ∑ Persen kematian 1-7 8 9-21 22 23-25 26 27-28 K1 8 - - - - - - - K2 8 - - - - - - - K3 8 - - - - - 1J - 1 12,5 K4 8 - 1J - 1J - - - 2 25 Keterangan: K1 = Kontrol; K2 = dosis 200 mgkg BB; K3 = dosis 400 mgkg BB; K4 = dosis 800 mgkg BB; J = Jantan Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pemberian EEPK pada kelompok dosis 200 mgkg bb tidak terdapat mencit yang mati, dosis 400 mgkg bb terdapat 1 ekor mencit yang mati pada hari ke 26 dengan persen kematian 12,5 dan pada dosis 800 mgkg bb terdapat 2 ekor mencit yang mati pada hari ke 8 dan 22 dengan persen kematian 25. Hal tersebut dikarenakan besarnya dosis EEPK yang menyebabkan kematian pada mencit. Efek toksik bertambah dengan naiknya dosis Koeman, 1987.

4.2.3 Hasil pengamatan konsumsi makanan