32 dapat meningkatkan kadar SGOT. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai
pada otot jantung, ginjal dan otot rangka Krysanti, 2014. Kerusakan pada sel hati yang sedang berlangsung dapat diketahui dengan
mengukur parameter fungsi hati berupa zat dalam peredaran darah yang dibentuk oleh sel hati yang rusak atau mengalami nekrosis. Pemeriksaan enzim seringkali
menjadi satu-satunya petunjuk adanya penyakit hati yang dini atau setempat Widman, 1995.
4.2.6 Hasil pengamatan makroskopik hati
Sebelum dilakukan pemeriksaan histopatologi, organ hati terlebih dahulu diamati makroskopiknya. Hasil pengamatan makroskopik organ hati setelah
diberikan ekstrak etanol pecut kuda ditunjukkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil pengamatan makroskopik organ hati
Kelompok Pengamatan
Warna konsistensi
Permukaan
Normal Merah kecoklatan
Kenyal Licin
Dosis 200 mgkg BB Merah kecoklatan
Kenyal Licin
Dosis 400 mgkg BB Merah kehitaman
Kenyal Licin
Dosis 800 mgkg BB Pucat
Tidak kenyal Licin
Pada Tabel 4.7 terlihat pada kelompok kontrol dan dosis 200 mgkg bb organ hati masih dalam keadaan normal yang berwarna merah kecoklatan,
permukaannya licin dan konsistensinya kenyal. Kriteria normal pada organ hati bila tidak ditemukan perubahan warna, perubahan struktur permukaan dan
perubahan konsistensi Anggraini, 2008. Pada dosis 400 mgkg bb dan 800 mgkg bb sudah terjadi perubahan warna pada organ hati yaitu merah kehitaman
400 mgkg bb dan warna pucat, tidak kenyal 800 mgkg bb. Perubahan warna menjadi salah satu parameter terjadinya efek toksik yang
bertujuan mendapatkan informasi mengenai toksisitas zat uji yang berkaitan
Universitas Sumatera Utara
33 dengan organ sasaran dan efek terhadap organ tersebut Lu, 1995. Hasil
pengamatan makroskopik organ hati dapat dilihat pada Gambar 4.3.
a. Kontrol b. Dosis 200 mgkg bb
c. Dosis 400 mgkg bb d. Dosis 800 mgkg bb
Gambar 4.3
Makroskopik organ hati mencit yang diberi CMC-Na 0,5 dan ekstrak etanol pecut kuda
4.2.7 Hasil pengamatan histopatologi organ hati
Organ hati pada mencit yang mati segera diambil pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua mencit yang masih hidup diotopsi. Organ hati
diambil kemudian dibuat menjadi preparat histopatologi selanjutnya dilihat kerusakan jaringan di bawah mikroskop.
Hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan Ariens, dkk., 1986. Zat makanan, sebagian besar obat-obatan serta
toksikan yang masuk melalui saluran cerna setelah diserap oleh epitel usus akan
Universitas Sumatera Utara
34 dibawa oleh vena porta ke hati. Oleh sebab itu, hati menjadi organ yang sangat
potensial menderita keracunan lebih dahulu sebelum organ lain Santoso dan Nurlaili, 2006. Terjadinya kerusakan pada hati dapat menjadi petunjuk apakah
suatu zat yang diberikan bersifat toksik atau tidak Elya, dkk., 2010. Hasil kerusakan dapat dilihat pada Gambar 4.4.
a. Kontrol b. Dosis 200 mgkg bb
c. Dosis 400 mgkg bb d. Dosis 800 mgkg bb
Gambar 4.4
Hasil gambaran histopatologi hati mencit kelompok kontrol dan kelompok pelakuan dosis 200, 400 dan 800 mgkg bb perbesaran
10x10, 1 = sinusoid, 2 = vena sentral, 3 = hepatosit, 4 = pelebaran vena sentral, 5 = sel nekrosis
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak etanol dosis 200 mgkg bb tidak
mengalami kerusakan hati, sedangkan pada dosis 400 mgkg BB terjadi pelebaran 1
2
3
4 5
Universitas Sumatera Utara
35 pada vena sentral disebabkan karena rusaknya sel endotel yang peka terhadap zat
toksik, hal ini merupakan awal dari kerusakan hati yang dapat mengakibatkan sel hati mengalami degenerasi hingga nekrosis Rusmiati, 2004.
Pada gambar di atas dapat dilihat pada dosis 800 mgkg BB terjadi kerusakan pada hati berupa nekrosis. Nekrosis hati adalah kematian hepatosit. Inti
sel yang mati terlihat lebih kecil dan lebih padat Kasno, 2003. Nekrosis merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya tetapi tidak selalu kritis
karena hati mempunyai kapasitas pertumbuhan kembali yang luar biasa Lu, 1994.
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga terjadi kematian sel Lu, 1995. Paparan zat toksik pada sel apabila cukup hebat
atau berlangsung cukup lama, maka sel tidak dapat lagi mengkompensasi dan tidak dapat melanjutkan metabolisme Juhryyah, 2008. Inti sel yang mati dapat
terlihat lebih kecil dan menjadi lebih padat kariopiknosis, hancur bersegmen- segmen karioreksis dan kemudian inti sel menghilang kariolisis Underwood,
1994. Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset pemaparan yang terlalu lama, durasi pemaparan, dosis dan sel inang yang rentan
Jubb, dkk., 1993.
4.2.8 Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum dan Kreatinin