Dengan demikian, pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u haruslah dikemas dengan cara menarik dan menggunakan metode yang
sesuai di mana dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan kontekstual. Aktual berarti mampu memecahkan masalah yang kekinian dan tengah hangat
dibicarakan di masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan menyangkut problema yang sedang dihadapi
oleh masyarakat. Karena dakwah bukanlah sebuah perjalanan yang mudah, banyak rintangan yang perlu dihadapi dari berbagai macam kalangan termasuk
kalangan Islam sendiri.
1. Dakwah Dzatiyah
Setiap individu sebelum berdakwah dengan orang lain, harus dimulai dari diri sendiri bagaimana ia memanfaatkan pancainderanya sensasi, persepsi
memaknai stimuli, memori apa yang boleh diingat dan cara berfikir menurut pandangan Islam. Keempat tahapan ini merupakan siklus komunikasi
dalam diri manusia. a.
Sensasi Seseorang menerima stimuli dari luar melalui panca inderanya disebut
sensasi. Panca indera tesebut ada lima, yaitu: indera penciuman hidung, indera perasa, indera pendengaran, indera penglihatan, dan indera pengecap.
Pemanfaatan panca indera ini dituntun oleh ajaran Islam. Sumber-sumber pengetahuan, menurut epistimologi Islam, tak lain adalah indera, akal dan hati
intuisi. Aliran filsafat empirisme, indera dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Fungsi indera sebagai alat adaptasi, pertahanan hidup,
menghindari bahaya. Memiliki panca indera yang sempurna, manusia yang bersyukur dari karuniaNya maka mereka akan menggunakan panca indera,
akal dan hati sesuai dengan pedoman Khaliknya Pencipta dari makhluk yang paling tahu kelemahan-kelemahan ciptaanNya dan bagaimana cara
merawatnya. Pandangan Yusuf Qardhawi terhadap batasan penggunaan panca indera.
Berikut petunjuk mengenai batasan-batasan apa yang diperbolehkan oleh pancaindera menurut Islam.
a Jangan mendekati zina
b Berkhalwat dengan wanita bukan mahram adalah haram
c Jangan memandang lawan jenis dengan bersyahwat
d Larangan melihat aurat
e Membatasi perhiasan yang boleh ditampakkan dan yang tidak
f Tabarruj adalah haram
g Diperbolehkannya wanita melayani tamu suaminya
h Penyimpangan seksual termasuk dosa besar
9
b. Persepsi
Persepsi berkaitan dengan aktivitas lanjutan dari sensasi. Persepsi diartikan sebagai proses memaknai stimuli. Persepsi antara satu orang dengan
orang lain berbeda-beda. Ini dikarenakan beberapa faktor antara lain latar belakang da’i, kebudayaan, pengetahuan, dan pengalaman seseorang.
9
Dr. Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, 2002, Jakarta: Robbani Press h. 165-192
Akal kebiasaannya meruang terhadap objeknya, cenderung memahami sesuatu secara general atau homogen sehingga tidak mampu mengerti
keunikan sebuah momen atau ruang. Membedakan manusia dengan hewan, adalah akal, mampu bertanya kritis what, when, how, who tanpa akal
manusia dalam kegelapan kemampuan menangkap hakekat dari sesuatu yang diamati atau dipahaminya.
Menutup kekurangan akal manusia dilengkapi oleh Tuhan dengan instuisi atau hati qolbu. Akal berputar pada tataran kesadaran hati menerobos
kedalam ketidaksadaran alam qolb sehingga mampu memahami pengalaman-pengalaman non inderawi.
c. Memori
Memori berkaitan dengan kemampuan mengingat seseorang. Ternyata dalam memori dibantu oleh empat epistimologi Islam termasuk panca indera
batin. Panca indera batin yang dimaksud yaitu: indera bersama, khayal, wahm dan imajinasi.
10
Ingatan sangat berguna untuk merealisasikan kebaikan bagi manusia di dunia dan akhirat. Banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk selalu
ingat kepada Allah dan tanda-tanda kekuasaanNya yang terdapat dalam semua ciptaanNya.
M. Usman Najati menjelaskan, diantara problem manusia adalah lupa. Ia dapat membahayakan dan menghalanginya untuk mengambil sikap yang tepat
10
Dra. Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, 2003, Jakarta: UIN Pressh. 87.
dalam menghadapi masalah kehidupan.
11
Beberapa ayat Al-Qur’an menjelaskan, bahwa dengan adanya sifat lupa pada manusia, setan
menemukan jalan untuk mempengaruhinya. Sehingga membuatnya terkadang lupa tentang beberapa hal yang penting yang akan membawa kebaikan bagi
dirinya. Juga terkadang membuatnya lalai dari mengingat Allah dan melaksanakan perintah-perintahnya.
d. Berfikir
Makna etimologi dalam kamus bahasa Indonesia, kata “pikir” berarti akal budi, ingatan, angan-angan, dan kata dalam hati. Sedangkan kata “berfikir”
berarti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.
Menurut terminologi pemikiran atau berfikir adalah kata benda dari aktifitas akal yang ada dalam diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu,
roh atau dzhin, dengan pengamatan dan pendalaman untuk menemukan makna yang tersembunyi dari persoalan yang dapat diketahui maupun untuk sampai
pada hukum atau hubungan antara sesuatu. Thoha Jabi Alwani,1989. Berfikir sesungguhnya suatu kebutuhan insani yang tak terelakkan untuk
tumbuh dan berkembang, yang sekaligus merupakan kebutuhan akan aktualisasi fitrahnya. Tegasnya, manusia tidak dapat lepas dari berfikir,
seberapapun intensitas dan kuantitasnya.
11
Dra. Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, h.89
2. Dakwah Fardiyah