2. Kawasan Budidaya Budidaya Non Pertanian Luas Kawasan Budidaya

pemanfaatan ruang di Kawasan Danau Laut Tawar seperti yang tersaji dalam Tabel 4.7 dan Gambar 4.7. Tabel 4.7 Arahan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Danau Laut Tawar Alokasi Ruang Luas Ha Prosentase 1. Kawasan Lindung Hutan Lindung 2,529.95 32.50 Sempadan danau 621.17 7.98 Sempadan sungai 308.02 3.96 Reservat 117.19 1.51 Luas Kawasan Lindung 3,576.33

45.94 2. Kawasan Budidaya

Budidaya Pertanian - Sawah 782.57 10.05 - Perkebunan 1,058.73 13.60 - Tegalan 502.16 6.45 - Hutan Tanaman Industri 895.2 11.50 Luas Kawasan Budidaya Pertanian 3,238.63

41.60 Budidaya Non Pertanian

- Perumahan Perkotaan 497.01 6.38 - Perumahan Pedesaan 284.56 3.66 - PelabuhanDermaga 2.00 0.03 - Pariwisata 185.97 2.39 Luas Kawasan Budidaya Non pertanian 969.54

12.45 Luas Kawasan Budidaya

4,208.17 54.06 Total Luas Kawasan Keseluruhan 7,784.50 100.00 Sumber : Hasil Analisis, 2007 Tabel 4.7 dan Gambar 4.7 menunjukkan bahwa arahan pola pemanfaatan ruang terbesar di kawasan penelitian adalah untuk kawasan budidaya, yaitu seluas 4.208,17 Ha atau sebesar 54,06 dari total luas kawasan penelitian, sedangkan untuk kawasan lindung seluas 3.576,33 Ha atau sebesar 45,94 dari total luas kawasan penelitian. Sementara itu apabila luas lahan dirinci menurut jenis pemanfaatan lahannya, pemanfaatan ruang untuk hutan lindung merupakan areal terbesar, yaitu seluas 2.529,95 Ha atau seluas 32.50 dari total luas kawasan Gambar 4.7 PETA ARAHAN POLA PEMANFAATAN RUANG penelitian, disusul oleh pemanfaatan ruang untuk perkebunan sebesar 1.058,73 Ha 13,60, hutan tanaman industri 895,2 Ha 11,50, sawah 782,57 Ha 10,05, sempadan danau 621,17 Ha 7,98, tegalan 502,16 Ha 6,45, perumahan perkotaan 497,01 Ha 6,38, sempadan sungai 308,02 Ha 3,96, perumahan perdesaan 284,56 Ha 3,66, pariwisata 185,97 Ha 2,39, kawasan reservat 117,19 Ha 1,51 dan yang terkecil adalah pelabuhandermaga 2 Ha 0,03. Apabila dibandingkan antara luas penggunaan lahan eksisting tahun 2007 dengan luas arahan pemanfaatan ruang berdasarkan hasil analisis, maka didapatkan data bahwa telah terjadi alih fungsi lahan konversi dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya sebesar 87,23, yaitu dari luas sebesar 3.576,33 Ha berkurang menjadi 456, 80 Ha. Sedangkan luas kawasan budidaya bertambah sebesar 74,13 dari 4.208,17 Ha menjadi 7.327,70 Ha. Sementara itu menurut jenis penggunaan lahannya, perbandingan antara luas penggunaan lahan eksisting tahun 2007 dengan luas arahan pemanfaatan ruang hasil analisis di kawasan penelitian dapat dilihat sebagai berikut: - Luas hutan lindung berkurang sebesar 81,94 dari 2.529,95 Ha menjadi 456,80 Ha; - Luas areal persawahan bertambah sebesar 120,39 dari 782,57 Ha menjadi 1.724.68 Ha; - Luas areal perkebunan bertambah sebesar 55,68 dari 1.058,73 Ha menjadi 1.650,39 Ha; - Luas areal tegalan bertambah sebesar 49,18 dari 502,16 Ha menjadi 749,14 Ha; - Luas areal permukiman perkotaan masih tersedia sebesar 7,61 dari total areal seluas 497,01 Ha pengunaan saat ini sebesar 457,17 Ha; Secara jelas perbandingan antara luas penggunaan lahan eksisting tahun 2007 dengan arahan luas arahan pemanfaatan ruang menurut hasil analisis di kawasan penelitian ditampilkan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Perbandingan Antara Luas Pola Pemanfaatan Ruang Eksisting dengan Hasil Arahan Pola Pemanfaatan Ruang di Kawasan Danau Laut Tawar Alokasi Ruang Luas Lahan Eksisiting Ha Arahan Luas Lahan Ha Prosentase 1. Kawasan Lindung Hutan Lindung 456.80 2,529.95 81.94 Sempadan danau - 621.17 Sempadan sungai - 308.02 Reservat - 117.19 Luas Kawasan Lindung 456,80 3,576.33 87.23 2. Kawasan Budidaya Budidaya Pertanian - Sawah 1,724.68 782.57 120.39 - Perkebunan 1,650.39 1,058.73 55.88 - Tegalan 749.14 502.16 49.18 - Semak BelukarHTI 2,744.32 895.2 206.57 Luas Kawasan Budidaya Pertanian 6,868.53 3,238.63 112.08 Budidaya Non Pertanian - Perumahan Perkotaan 459.17 497.01 7.61 - Perumahan Pedesaan - 284.56 - PelabuhanDermaga - 2.00 - Pariwisata - 185.97 Luas Kawasan Budidaya Non pertanian 459.17 969.54 52.64 Luas Kawasan Budidaya 7,327.70 4,208.17 74.13 Total Luas Kawasan Keseluruhan 7,784.50 7,784.50 0.00 Sumber : Hasil Analisis, 2007 4.7 Analisis Strategi Pengembangan Kawasan 4.7.1 Internal Factor Evaluation Matrix IFE dan External Factor Evaluation Matrix EFE Pembobotan faktor-faktor internal dan eksternal didapatkan dari hasil pengumpulan data primer melalui wawancara dan pengisian kuesioner terhadap 10 orang responden yang memahami benar tentang Kawasan Danau Laut Tawar. Hasil dari wawancara dan kuesioner selanjutnya diberi rating dan dikalikan dengan bobot yang menghasilkan skor seperti dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10. Tabel 4.9 menunjukkan bahwa skor tertinggi 1,08 untuk kekuatan S faktor internal dari kawasan penelitian adalah faktor sumberdaya air untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, perikanan, perkebunan, dan energi, sedangkan skor terendah 0,41 untuk kekuatan S dari faktor internal kawasan adalah faktor terdapat species ikan langka Ikan Depik Roshora leptosoma dan letak kawasan yang tepat berada di sisi Kota Takengon dengan. Sementara itu skor tertinggi 1,02 untuk kelemahan W dari faktor internal kawasan adalah faktor kondisi fisik kawasan terutama di bagian utara dan selatan yang sulit untuk dikembangkan bagi kegiatan terbangun, sehingga perkembangan cenderung terkonsentrasi di sebelah barat dan timur kawasan dan skor terendah 0,44 untuk kelemahan W dari faktor internal kawasan adalah kurangnya promosi potensi kawasan ke dunia luar. Tabel 4.9 Matrix Internal Factor Evaluation IFE Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor = Bobot x Rating Kekuatan S 1. Sumberdaya air untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, perikanan, perkebunan, dan energi 0.27 4 1.08 2. Kegiatan perekonomian meliputi pertanian, perkebunan, dan perikanan telah mampu memenuhi kebutuhan lokal 0.24 4 0.96 3. Memiliki objek wisata cukup beragam dan tersebar, meliputi wisata alam, budaya, dan minat khusus 0.22 4 0.88 4. Terdapat species ikan langka Ikan Depik Roshora leptosoma 0.14 3 0.41 5. Letak kawasan yang tepat berada di sisi Kota Takengon 0.14 3 0.41 Jumlah 1.00

3.73 Kelemahan W