8
Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan
proses peerkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada: a.
Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang
b. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang
memadai. c.
Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap nilai-nilai dan penyesuaian diri.
Seorang Guru harus mempunyai kemampuan dalam menciptakan proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan
dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu
mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa
untuk secara efektif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media belajar.
9
Menurut WF Connell peran seorang Guru ialah sebagai berikut : a.
Pendidik nurturer b.
Model c.
Pengajar dan pembimbing d.
Pelajar e.
Komunikator terhadap masyarakat setempat f.
Pekerja administrasi g.
Kesetiaan terhadap lembaga Menurut Daoed Yoesoef 1980, menyatakan bahwa seorang guru
mempunyai tiga tugas pokok yaitu a.
Tugas Profesional b.
Tugas manusiawi
9
Slameto, belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,Jakarta, PT Rineka Cipta,2010. H. 97-99
9
c. Dan tugas kemasyarakatan
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang
belum diketahui seorang anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat
memenuhi tugas-tugas utama manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian diri
sendiri. Tugas Kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga
Negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan Negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Penjelasan di atas mengisyaratkan bahwa hendaknya guru itu dapat memperlakukan siswa selayaknya sebagai sahabat sehingga interaksi diantara
keduanya berjalan baik. Karena jika seorang siswa sudah merasa nyaman dengan keberadaan seorang guru, maka ia akan dengan mudah menerima semua nasihat
yang diberikan oleh guru. Tugas guru adalah sebagai pendidik dalam menanamkan berbagai aspek
baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Tugas guru itu sangat mulia bahkan mendapat peringkat tertinggi dalam ajaran Islam, akan tetapi tidah
semudah apa yang kita bayangkan untuk mengemban tugas mulia itu, perlu adanya kesungguhan dengan sepenuh hati dalam melaksanakannya.
3. Persyaratan Guru Sebagai Pendidik
Menurut Prof. Athiyah Al Abrosyi yang dikutip oleh Nur Uhbiyati mengemukakan pendapatnya tentang syarat-syarat bagi guru agama, ialah:
a. Guru agama harus Zuhud, yakni ikhlas, dan bukan semata-mata bersifat
materialis b.
Bersih jasmani dan rohani, dalam berpakaian rapih dan bersih, dalam akhlaknya juga baik.
c. Bersifat pemaaf, sabar dan pandai menahan diri
d. Seorang guru harus terlebih dahulu merupakan seorang bapak sebelum ia
menjadi seorang guru.
10
e. Mengetahui tabiat dan tingkat berfikir anak.
f. Menguasai bahan pelajaran yang diberikan.
Itulah syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru agama, agar berhasil dalam tugasnya. Yang terpenting di antaranya ialah hendaknya guru
agama dapat menjadi contoh tauladan dalam segala tingkah lakunya, dalam segala keadaannya.
10
4. Akhlaq al-Karimah
a. Pengertian Akhlaq al-Karimah
Dari sudut kebahasaan, akhlaq berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar bentuk infinitive dari kata Akhlaqa,yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
dengan timbangan wazan tsulasi majid af‟ala, yuf‟ilu, if‟alan yang berarti
al-sajiyah perangai, ath- thabi‟ah kelakuan, tabi‟at, watak dasar, al‟adat
kebiasaan, kelaziman, al- maru‟ah peradaban yang baik, dan al-din
agama.
11
Menurut bahasa etimologi perkataan akhlak adalah jamak dari khuluqkhuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau
tabi‟at. Akhlaq disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia,
seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa yunani pengertian Khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos,
artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecendrungan hati untuk melakukan perbuatan.
12
Pengertian akhlak dari segi istilah ini kita dapat rujuk dari berbagai pendapat para pakar di bidang ini.
Menurut Ibn Maskawih w. 421 H1030 M, mengatakan bahwa akhlak adalah :
ا ف غ ف س ح
10
Zuhairini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama, Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981, h. 34
11
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo,1997, cet. 2 ed. 1 h.1
12
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al- Qur‟an, Jakarta: Amzah,2007, ed.1
cet.1 h. 2-3
11
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
13
Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali 1059-1111 M yang selanjutnya dikenal sebagai Hujjatul Islam pembela Islam, karena
kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Maskawaih mengatakan akhlak
adalah: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, dalam mu‟jam al-wasith, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlaq adalah: sifat yang tertanam dalam
jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
Menurut Ibn Taimiyah, akhlaq berkaitan erat dengan iman, karena iman terdiri atas beberapa unsur berikut ini :
1 Berkeyakinan bahwa adalah sang pencipta satu-satunya. Pemberi rezeki
dan penguasa seluruh kerajaan. 2
Mengenal Allah dan meyakini bahwa hanya Allah Swt. Yang patut disembah.
3 Cinta kepada Allah melebihi segala cinta terhaadap semua makhluknya.
Tidak ada cinta yang dirasakan seorang hamba kecuali didasarkan cintanya kepada Allah Swt.
4 Cinta hamba kepada Tuhannya akan mengantarkannya kepada Tuhan
yang satu, yaitu demi mencapai ridha Allah Swt. Baik terhadap hal-hal kecil maupun hal-hal besar dalam kehidupan sehari-hari.
5 Arahan ini mengalahkan egoism pribadi, nafsu keji dalam diri dan segala
tujuan semu dunia. Kekuatan dasar ini yang memudahkan seseorang untuk melahirkan persepsi objektif. Dan langsung atas pandangan terhadap
esensi segala sesuatu. Keseluruhan poin ini merupakan fondasi utama
13
Ibid. h. 3