Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sampah adalah bagian dari limbah padat yang memberikan pengaruh terbesar dalam permasalahan lingkungan. Menurut hasil survei KLH 2004, komposisi sampah di Indonesia adalah sampah makanan 58 , bahan alam karet, kulit dan kayu sebesar 16,45 , kertas 13,67 , plastik 8,68 , metal 1,66 , dan kaca 1,54 . Masalah sampah merupakan masalah yang cukup besar di perkotaan khususnya di Jakarta. Hal ini karena lahan untuk melakukan pembuangan sampah dan mendaur ulangnya cukup sulit, Jakarta lebih mementingkan kegiatan di sektor ekonomi dibandingkan untuk sektor lingkungan yang secara langsung mempengaruhi kesehatan manusia Junda, 2004. Sampah merupakan hasil dari aktivitas manusia sehari-hari yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Sampah padat memberi dampak negatif bagi kesehatan lingkungan, seperti menghasilkan bau busuk, merusak estetika, mengandung logam berat, senyawa-senyawa kimia yang berbahaya dan beracun serta mikrooganisme patogen. Selain itu, sampah tersebut berperan untuk mencemari lingkungan sekitarnya. Sampah-sampah yang lembab, busuk, dan terdapat sarang lalat akan turut berperan menebarkan berbagai penyakit di sekitarnya Junda, 2004. Salah satu sumber sampah adalah berasal dari kampus UIN Syarif- Hidayatullah yang terdiri dari berbagai macam jenis organik atau anorganik. Berdasarkan pengamatan harian peneliti, sampah organik yang banyak terdapat di UIN Syarif Hidayatullah berasal dari, daun yang kering atau serasah tanaman dan hasil pengolahan kantin. Sampah anorganik yang berasal dari UIN Syarif Hidayatullah sebagian besar terdiri dari plastik dan kaleng minuman. Sampah organik yang berasal dari kampus dapat diolah kembali menjadi suatu yang bermanfaat untuk UIN, salah-satunya dengan pembuatan biogas. Biogas didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil pemilihan sayuran difermentasikan atau mengalami proses metanisasi. Biogas terdiri dari campuran metan, CO 2 , serta sejumlah kecil H 2 , N 2 , dan H 2 S. Dalam aplikasinya biogas digunakan sebagai gas alternatif untuk memanaskan dan menghasilkan energi listrik Hambali dkk., 2008. Biogas dari hasil pengolahan sampah organik dapat menjadi alternatif untuk mengurangi efek pemanasan global. Biogas bersifat ramah lingkungan akibat dari karbondioksida yang dilepaskan pada saat pencernaan dan pembakaran dapat diserap secara alami oleh biomassa pada saat pertumbuhannya. Setelah pencernaan selesai, biomassa dapat diambil dan digunakan sebagai pupuk. Oleh karenanya sistem biogas memiliki nilai biomassa yang tinggi daripada pembakaran secara langsung Bridge, 1991. Sistem biogas dari segi lingkungan jauh lebih baik daripada bahan bakar fosil yang sering menimbulkan polusi bagi eksploitasi tenaga surya yang tersimpan dalam biomasa. Selain itu, sistem ini dapat mengurangi penyakit usus pada manusia dan hewan. Sistem biogas menghasilkan suhu api yang cukup tinggi dan mampu untuk menghancurkan vektor patogen serta memungkinkan mendapat sisa tanaman pertanian berlebih untuk makan ternak, dan memberikan lebih banyak pupuk untuk lahan pertanian Mc Garry and Jill, 1993. Energi biogas mengandung nilai kalori lebih besar dari bahan bakar lainnya, artinya akan lebih banyak panas yang dihasilkan untuk memasak dan menyebabkan proses memasak menjadi lebih cepat. Bau kotoran ternak dalam pemakaian biogas, akan berkurang akibat dari proses penguraian bahan organik yang berlangsung. Selain itu dapat mengurangi pencemaran udara, karena asap pada sistem biogas lebih sedikit terjadi daripada proses memasak dengan kayu Junus, 1983. Kotoran ternak pada wilayah perkotaan untuk proses pembuatan biogas sulit untuk diperoleh, sehingga perlu bahan lain yang mudah untuk dijangkau, salah-satunya adalah pupuk kandang. Pupuk kandang selain mudah didapat juga diharapkan dapat mempercepat terbentuknya gas metan. Pupuk kandang berasal dari kotoran ternak, dan diharapkan mampu untuk meningkatkan nilai gas pada proses biogas Suteju, 1992. Pada penelitian ini akan digunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran kambing. Menurut Simanungkalit dan Suriadikarta 2006, Pupuk kandang kambing memiliki unsur hara yang tinggi. Penambahan unsur hara dari pupuk kandang diharapkan dapat meningkatkan nutrisi bahan dan memaksimalkan proses biogas. Konsentrasi pupuk kandang yang tepat dalam produksi biogas belum diketahui, oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh penambahan aktivator pupuk kandang dengan konsentrasi yang berbeda terhadap produksi biogas.

1.2. Perumusan Masalah