Konflik kerja Landasan Teori 1. Motivasi

27 mendapatkan dukungan dari keluarga dalam menghadapi berbagai masalah sulit, mampu bereaksi cepat dalam menghadapi masalah, mampu menyelesaikan setiap masalah selangkah demi selangkah, bilamana perlu mengubah filosofi kehidupan, selalu positif thinking, selalu bersyukur bilamana menghadapi masalah, selalu senyum dalam menghadapi berbagai masalah. Dari teori stres kerja diatas, penulis menggunakan teori menurut Rivai yang menyatakan bahwa stres kerja disebabkan oleh faktor on the job dan off the job.

4. Konflik kerja

Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak Handoko, 2003. Konflik kerja adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok dalam suatu organisasiperusahaan yang harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi Rivai, 2004. 28 Penyebab-penyebab konflik adalah Handoko, 2003: a. Komunikasi Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat bahasa yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak konsisten. b. Struktur Pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber daya-sumber daya yang terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok- kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka. c. Pribadi Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka, dan perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi. Penyebab konflik Rivai, 2004: a. Saling ketergantungan tugas Ketergantungan tugas terjadi jika dua atau lebih kelompok tergantung satu sama lainnya dalam menyelesaikan tugasnya. Potensi meningkatnya konflik tergantung pada sejauhmana kadar dari saling ketergantungan tersebut. Semakin tinggi saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain, 29 semakin tinggi kemungkinan timbulnya konflik. Ada tiga jenis ketergantungan yang diidentifikasi: b. Ketergantungan yang dikelompokkan Ketergantungan yang dikelompokkan terjadi jika masing- masing kelompok dalam melakukan aktivitasnya tidak tergantung antara kelompok yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi prestasi yang dikelompokkan akan menentukan prestasi organisasi secara keseluruhan. Potensi timbulnya konflik dengan adanya ketergantungan yang dikelompokkan relatif rendah. c. Ketergantungan berurutan Ketergantungan berurutan terjadi jika suatu kelompok baru dapat memulai tugasnya jika kelompok yang lainnya telah menyelesaikan tugasnya. Ketergantungan seperti ini sangat potensial menimbulkan adanya konflik. Dalam perusahaan karoseri misalnya, bagian pengecatan baru dapat dilakukan jika bagian pengelasan telah selesai melakukan tugasnya. d. Ketergantungan timbal balik Ketergantungan timbal balik terjadi jika prestasi kelompok saling tergantung antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Saling ketergantungan timbal balik terjadi pada berbagai organisasi, seperti berbagai unit dalam lembaga rumah sakit: bagian rontgen, bagian laboratorium, bagian kebidanan, dan bagian 30 anastesia semuanya tergantung pada keahlian satu sama lain dalam menyembuhkan pasien. e. Perbedaan tujuan dan prioritas Perbedaan orientasi dari masing-masing subunit atau kelompok mempengaruhi cara dari masing-masing subunit atau kelompok tersebut dalam mengejar tujuannya. Dan seringkali tujuan dari masing-masing subunit atau kelompok saling bertentangan. f. Faktor birokratik Lini-staff Jenis konflik birokratik yang bersifat klasik adalah konflik antara fungsi atau wewenang garis dan staf. Fungsi atau wewenang garis adalah terlibat secara langsung dalam menghasilkan keluaran perusahaan. Manajer lini atau garis mempunyai wewenang dalam proses pengambilan keputusan dalam lingkup bidang fungsionalnya. Sedangkan staf adalah memberikan rekomendasi atau saran dan tidak berhak mengambil suatu keputusan. g. Kriteria penilaian prestasi yang saling bertentangan Kadang kala konflik antar-subunit atau kelompok dalam perusahaan tidak disebabkan oleh karena tujuan yang saling bertentangan, tetapi karena cara organisasi dalam menilai prestasi yang dikaitkan dengan perolehan imbalan membawanya ke dalam konflik. 31 h. Persaingan terhadap sumber daya yang langka Persaingan dalam memperebutkan sumber daya tidak akan menimbulkan konflik manakala sumber daya yang tersedia secara berlimpah sehingga masing-masing subunit dapat memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi ketika sumber daya yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan diri masing-masing subunit atau kelompok, maka masing-masing subunit atau kelompok berupaya mendapatkan porsi sumber daya yang langka tersebut lebih besar dari yang lain, maka di sini konflik mulai muncul. i. Sikap mengalah Jika dua kelompok berinteraksi dalam persaingan kalah menang, maka dengan mudah bisa dipahami mengapa konflik itu terjadi. Dalam kondisi seperti itu maka ada kelompok yang menang dan ada kelompok yang kalah. Ada sejumlah kondisi yang memungkinkan terjadinya sikap mengalah: 1. Jika satu kelompok mengejar kepentingannya saja. 2. Jika kelompok tertentu mencoba untuk meningkatkan kekuasaan posisinya. 3. Jika kelompok tertentu menggunakan ancaman untuk mencapai tujuannya. 4. Jika kelompok tertentu selalu berusaha untuk mengeksploitasi kelompok yang lainnya. 32 5. Jika kelompok tertentu berusaha mengisolasi kelompok yang lainnya. Konflik dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok Rivai, 2004, yaitu: a. Berdasarkan pelakunya Konflik dapat bersifat internal atau eksternal bagi individu yang mengalaminya. b. Berdasarkan penyebabnya Konflik disebabkan karena mereka yang bertikai ingin memperoleh keuntungan sendiri atau karena timbulnya perbedaan pendapat, penilaian dan norma. c. Berdasarkan akibatnya Konflik dapat bersifat baik atau buruk. Bentuk konflik dalam batasan pengaruhnya terhadap perusahaan Rivai, 2004: a. Konflik fungsional Konfrontasi di antara kelompok yang menambah keuntungan kinerja perusahaan. b. Konflik disfungsional Setiap atau interaksi diantara kelompok yang tidak menambah keuntungan kinerja perusahaan. 33 c. Konflik dan kinerja perusahaan Konflik dapat mempunyai dampak positif atau negatif terhadap kinerja perusahaan, tergantung pada sifat konflik dan bagaimana konflik itu dikelola. Jenis-jenis konflik Rivai, 2004: a. Konflik dalam diri seseorang Seseorang dapat mengalami konflik internal dalam dirinya karena ia harus memilih tujuan yang saling bertentangan. Ia merasa bimbang mana yang harus dipilih atau dilakukan. Konflik dalam diri seseorang juga dapat terjadi karena tuntutan tugas yang melebihi kemampuannya. b. Konflik antar individu Konflik antar individu seringkali disebabkan oleh adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan, dan tujuan dimana hasil bersama sangat menentukan c. Konflik antar-anggota kelompok Suatu kelompok dapat mengalami konflik substantif atau konflik afektif. Konflik substantif ialah konflik yang terjadi karena latar belakang keahlian yang berbeda. Jika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama, dikatakan kelompok tersebut mengalami konflik substantif. Sedangkan konflik afektif adalah konflik yang terjadi didasarkan atas tanggapan emosional terhadap suatu situasi tertentu. 34 d. Konflik antarkelompok Konflik antarkelompok terjadi karena masing-masing kelompok ingin mengejar kepentingan atau tujuan kelompoknya masing-masing. Misalnya konflik yang mungkin terjadi antara bagian produksi dengan bagian pemasaran. Bagian produksi, misalanya menginginkan adanya jadwal produksi yang tetap dan standar sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Sedangkan bagian pemasaran menginginkan adanya jadwal produksi yang fleksibel, sehingga mampu mengikuti fluktuasi permintaan pasar. e. Konflik intraperusahaan Konflik intraperusahaan meliputi empat subjenis, yaitu konflik vertikal, horizontal, lini-staff, dan konflik peran. Konflik vertikal terejadi antara manajer dengan bawahan yang tidak sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan suatu tugas. Konflik horizontal terjadi antara karyawan atau departemen yang memiliki hierarki yang sama dalam organisasi. Konflik lini-staff yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang keterlibatan staff staf ahli dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini. Akhirnya konflik peran dapat terjadi karena sesorang memiliki lebih dari satu peran yang saling bertentangan. Misalnya saja seseorang disatu sisi ia menjabat sebagai kepala 35 subbagian proses produksi dan di pihaklain ia menjabat sebagai kepala serikat pekerja. Suatu saat karyawan menuntut adanya kenaikan upah yang disebabkan kenaikan biaya hidup yang semakin meningkat, sementara itu di lain pihak kondisi perusahaan tidak memungkinkan untuk memenuhi tuntutan tersebut karena perusahaan sedang dilanda kesulitan finansial. Kondisi seperti itu dapat menyebabkan konflik yang dialami oleh kepala subbagian produksi, karena sebagai kepala serikat pekerja merasa mempunyai kewajiban moral untuk memperjuangkan kesejahteraan karyawan, tetapi sebagai unsur pimpinan dalam perusahaan ia memiliki kewajiban menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. f. Konflik antarperusahaan Konflik juga bisa terjadi antarorganisasi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sama lain terhadap pemasok, pelanggan, maupun distributor. Seberapa jauh konflik terjadi tergantung kepada seberapa besar tindakan suatu organisasi menyebabkan adanya dampak negatif terhadap perusahaan yang lainnya, atau mencoba mengendalikan sumber-sumber vital perusahaan. 36 Metode pengelolaan konflik Handoko, 2003 a. Stimulasi konflik Konflik dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian cara- cara yang lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan kerja suatu kelompok. Situasi dimana konflik terlalu rendah akan menyebabkan para karyawan takut berinisiatif dan menjadi pasif. Kejadian-kejadian, perilaku dan informasi yang dapat mengarahkan orang-orang bekerja lebih baik diabaikan, para anggota kelompok saling bertoleransi terhadap kelemahan dan kejelekan pelakasanaan kerja. Manajer dari kelompok seperti ini perlu merangsang timbulnya persaingan dan konflik yang dapat mempunyai efek penggemblengan. Metode stimulasi konflik meliputi Handoko, 2003: 1. Pemasukan atau penempatan orang luar ke dalam kelompok 2. Penyusunan kembali organisasi 3. Penawaran bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk mendorong persaingan. 4. Pemilihan manajer-manajer yang tepat 5. Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan b. Pengurangan konflik Manajer biasanya lebih terlibat dengan pengurangan konflik daripada stimulasi konflik. Metoda pengurangan konflik menekan terjadinya antogonisme yang ditimbulkan oleh konflik. Jadi, 37 metoda ini mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan suasana” tetapi tidak menangani masalah-masalah yang semula menimbulkan konflik. Dua metoda dapat digunakan untuk mengurangi konflik, pendekatan efektif pertama adalah mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan dengan tujuan yang lebih bisa diterima kedua kelompok. Metoda efektif kedua adalah mempersatukan kedua kelompok yang bertentangan untuk menghadapi “ancaman” atau “musuh” yang sama. c. Penyelesaian konflik Ada tiga metoda penyelesaian konflik yang sering digunakan Handoko, 2003: 1. Dominasi dan Penekanan Dominasi dan penekanan dapat dilakukan dengen beberapa cara, yaitu: a. Kekerasan forcing, yang bersifat penekanan otokratik b. Penenangan smoothing, merupakan cara yang lebih diplomatis c. Penghindaran avoidance, di mana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas 38 d. Aturan mayoritas majority rule, mencoba untuk menyelesaikan konflik antarkelompok dengan melakukan pemungutan suara voting melalui prosedur yang adil 2. Kompromi Melalui kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Bentuk-bentuk kompromi berupa: a. Pemisahan separation, dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan dipisahkan sampai mereka mencapai persetujuan b. Arbitrasi, di mana pihak ketiga biasanya manajer diminta memberi pendapat, kembali ke peraturan- peraturan yang berlaku, dimana kemacetan dikembalikan pada ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan menyetujui bahwa peraturan-peraturan yang memutuskan penyelesaian konflik c. Penyuapan bribing, di mana salah satu pihak menerima kompensasi dalam pertukaran untuk tercapainya penyelesaian konflik. 39 3. Pemecahan masalah integratif Dengan metoda ini, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan masalah bersama yang dapat diselesaikan melalui teknik-teknik pemecahan masalah. Dalam hal ini, manajer perlu mendorong bawahannya bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melakukan pertukaran gagasan secara bebas, dan menekankan usaha-usaha pencarian penyelesaian yang optimum, agar tercapai penyelesaian integratif. Ada tiga jenis metode penyelesaian konflik integratif Handoko, 2003: a. Konsensus, dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan bertemu bersama untuk mencaripenyelesaian terbaik masalah mereka, dan bukan mencari kemenangan suatu pihak. b. Konfrontasi, dimana pihka-pihak yang saling berhadapan menyatakan pendapatnya secara langsung satu sama lain, dan dengan kepemimpinan yang terampil dan kesediaan untuk menerima penyelesaian, suatu penyelesaian konflik yang rasional sering dapat diketemukan. c. Penggunaan tujuan-tujuan yang lebih tinggi superordinate goals, dapat juga menjadi metoda 40 penyelesaian konflik bila tujuan tersebut disetujui bersama. Dari teori konflik diatas, maka penulis menggunakan teori penyebab konflik menurut Handoko karena dianggap mewakili keadaan PT. CIPTALIFT SEJAHTERA.

5. Kinerja

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Bagian Sumber Daya Manusia di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

1 37 123

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA KOMPENSASI GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN Pengaruh Lingkungan Kerja Kompensasi Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.

0 3 12

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN,STRES KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT.POS Pengaruh Gaya Kepemimpinan,Stres Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pt.Pos Indonesia Kantor Pos Karanganyar.

0 9 8

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN,STRES KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT.POS INDONESIA KANTOR Pengaruh Gaya Kepemimpinan,Stres Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pt.Pos Indonesia Kantor Pos Karanganyar.

0 3 15

PENGARUH STRES KERJA, MOTIVASI KERJA, KEPEMIMPINAN, KONFLIK KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN Pengaruh Stres Kerja, Motivasi Kerja, Kepemimpinan, Konflik Kerja, Dan Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Pada Pt. Bank Buk

0 3 16

PENGARUH STRES KERJA, MOTIVASI KERJA, KEPEMIMPINAN, KONFLIK KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN Pengaruh Stres Kerja, Motivasi Kerja, Kepemimpinan, Konflik Kerja, Dan Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Pada Pt. Bank Buk

0 4 15

PENGARUH STRES KERJA, GAYA KEPEMIMPINAN MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA Pengaruh Stres Kerja, Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Karyawan di Kantor PDAM Kabupaten Grobogan).

0 3 17

PENGARUH STRES KERJA, GAYA KEPEMIMPINAN MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA Pengaruh Stres Kerja, Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Karyawan di Kantor PDAM Kabupaten Grobogan).

0 2 16

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN KOPERASI SIMPAN PINJAM Pengaruh Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Koperasi Simpan Pinjam.

0 1 16

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, STRES KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

0 0 11