Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada kebaikan, kepada kedamaian, juga kepada kesalehan baik secara individual maupun sosial. Dakwah bukan hanya merumuskan untuk kebahagiaan di akhirat saja, akan tetapi juga demi kebahagiaan di dunia. Banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk menjadi lebih baik, berlaku adil dan penuh kesinambungan khususnya dalam berdakwah. Diantaranya firman Allah SWT: Artinya: Dan siapakah yang lebih baik perkataanya dari pada orang yang menyeru kepada Allah dan berbuat baik berkata:”sesungguhnya aku ini golongan orang-orang yang berserah diri”. Fush-Shilat:33. 1 Di dalam bukunya Nurcholish Madjid mengatakan, Seorang filosof Muslim dari Swiss, Frithjof Schuan Muhammad Isa Nuruddin, menggolongkan Nabi Muhammad Saw bersama Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Mereka adalah Nabi-nabi yang mengajarkan tentang Tuhan Yang Maha Esa dan pendekatan kepada-Nya melalui amal perbuatan yang baik, sehingga ajaran mereka disebut ethical monotheism. 2 1 .Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni,Alqur’an dan Terjemahan Semarang: CV.Wicaksana , h.430 2 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban; Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta, 2000, cet.ke-4, h.597. Ajaran Islam mempunyai ajaran yang benar, sebagaimana yang tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an dan sebagai pemeluknya bukan hanya diperintahkan mengaktualisasikan dalam kepribadian sendiri. Dalam kehidupan manusia tidak lepas dengan kegiatan berkomunikasi karena setiap manusia membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain. Karena manusia tersenyum, melambaikan tangan, menganggukan kepala maka hal itu manusia telah berperilaku dan perilaku tersebut merupakan pesan-pesan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain. 3 Manusia sejak lahir ke muka bumi ini sudah berkomunikasi dengan lingkungannya, gerakan dan tangisan yang pertama pada saat ini dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa inggris ialah “Communication: atau Communis” yang berarti “sama” atau “sama maknanya” atau pengertian “bersama” dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima, dan melaksanakan apa yang diinginkan komunikator. 4 Selain itu juga Islam adalah agama dakwah, maka dari itu agama Islam yang selalu mendorong umatnya untuk selalu aktif melakukan kegiatan dakwah, baik yang dilakukan secara perorangan ataupun kelompok. Oleh karena itu kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat erat dilakukan untuk kegiatan dakwah yang dilakukan oleh pemeluknya. Usaha yang dilakukan untuk menyebarluaskan Islam, begitu pula untuk merealisasi ajaran Islam ditengah tengah kehidupan manusia adalah merupakan 3 Dedy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya : Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang berbeda Budaya Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001, cet. Vi. H.12 4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001, cet 14, h. 1 usaha dakwah yang dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun harus dilaksanakan oleh umat Islam. 5 Dakwah sangat penting dan sangat diperlukan oleh manusia. Oleh karena tanpa adanya Dakwah manusia akan sesat. Berarti hidupnya menjadi tidak teratur dan kualitas kemanusiannya merosot. Tanpa adanya dakwah manusia akan kehilangan akhlak, nuraninya tertutup, menjadi egois, rakus, liar, binal, kehilangan moral, akan saling menindas, saling memakan dan saling memeras. Tanpa adanya dakwah atau karena lemahnya dakwah maka manusia akan melakukan kerusakan dimana-mana. Sumber daya alam akan dipergunakan semaunya yang pada gilirannya akan terjadi kerusakan dan kebangkrutan dimana-mana. 6 Firman Allah Swt: Artinya: Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” An-Nahl: 125 7 Kata ud’u yang diterjemahkan dengan ajakan adalah fi’il amr. Menurut aturan ushul fiqh, setiap fi’il amr menjadi perintah wajib yang harus dipatuhi atau 5 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Transformasi Sosial Budaya Yogyakarta, PLPM, 1995, cet.ke 1, H.12 6 Sukriyono,”Filsafat Dakwah” dalam Andy Dermawan, dkk, ed., Methodologi Ilmu Dakwah, LESFI, Yogyakarta, 2002, cet.ke-1. h.14-15 7 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni, Alqur’an dan Terjemahan Semarang: CV.Wicaksana ,h.241 lain-lainnya. Jadi melakukan dakwah Islamiyah itu adalah wajib, karena tidak ada dalam hal ini dalil-dalil lain yang memalingkan kepada sunah atau ibadah boleh dikerjakan atau boleh tidak Wajib itu ada dua jenis, yakni wajib aini dan wajib kifa’i. wajib aini maksudnya setiap orang Islam dewasa tidak ada uzur wajib mengerjakannya, baik laki-laki maupun perempuan, seperti sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan dan lainnya. Sedangkan wajib kifai artinya harus ada seorang di dalam satu tempat atau kelompok yang mengerjakannya, agar mereka lepas dari perintah itu. Kalau tidak maka mereka berdosa semuanya seperti sholat jenazah, menyuruh ma’ruf berbuat baik, melarang munkar berbuat jahat dan lain-lainya. Adapun jenis wajib yang dimaksud di dalam dakwah Islamiyah ini pada asalnya adalah wajib kifa’I tetapi harus diingat tentang pertanggungan jawabannya. 8 Islam selalu berusaha untuk membuka bagi segenap manusia pintu pengetahuan selebar-lebarnya sebelum Islam mengajak mereka menjadi kaum yang beriman. Sehingga, mereka akan menjadi mukmin dengan penuh kesadaran. 9 Tujuan hidup ini adalah hanya untuk beribadah kepada Allah Swt, sebagaimana firman-Nya: Artinya: “Dana Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki dari mereka rezeki 8 Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah; Metode Membentuk Pribadi Muslim, Penerjemah ,As’ad Yasin, Gema Insani Press, Jakarta, cet.ke-1, 1995, h. 4. 9 Muhammad Husain Fadhlullah, Methodologi Dakwah al-Qur’an; Pegangan bagi Para Aktivis, Penerbit Lentera, Jakarta, Cet.ke-1, 1997, h.143. dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh” Adz-Dzaariyaat:56-58 10 Dari ayat diatas manusia diperintahkan dalam hidup ini hanya untuk menyembah Allah Swt. Itulah tujuan hidup manusia. Bukanlah Allah Swt menerima sesuatu apa dari penyembahan seorang makhluk kepada-Nya; dan dia tidak menghendaki pemberian sesuatu apapun juga, Dialah Maha Pemberi; dan segala makhluk menghajatkan pemberian segala sesuatu dari pada-Nya. Menyembah Allah Swt, berarti memusatkan penyembahan kepada Allah Swt. Semata-mata, dengan menjalani dan mengatur segala segi dan aspek kehidupan di dunia ini, lahir dan batin, sesuai dengan kehendak Illahi, baik sebagai orang perorangan dalam hubungan dengan khaliq, ataupun sebagai anggota masyarakat dalam hubungannya dengan sesama manusia. 11 Para da’i adalah ahli waris para Nabi apabila mereka telah menunaikan kewajiban akan memperoleh pahala serta balasan yang baik dari Allah sesuai keikhlasan mereka dalam berdakwah, seperti dalam surat Al-Maidah ayat 67: “Artinya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara 10 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni,Alqur’an dan Terjemahan Semarang: CV.Wicaksana ,h. 470. 11 M. Natsir, Fiqhud Da’wah; Jejak Risalah dan Dasar-dasar Dakwah, Yayasan kesejahteraan Pemuda Islam, Surakarta, Cet.ke-7,1987, h.24. kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” Al-Maidah:67 12 Kegiatan dakwah pada intinya bertujuan agar manusia mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat. Kegiatan ini merupakan sesuatu yang sudah dilakukan sepanjang kehidupan manusia yang tidak sempurna, sehingga selalu membutuhkan petunjuk yang maha sempurna dalam menjalankan kehidupannya. Berpijak dari uraian diatas peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul “Aktifitas Dakwah KH.Ahmad Rifa’i Arief melalui Pondok Pesantren Daar El- Qolam Gintung Jayanti Tangerang”, dengan dasar pemikiran bahwa. Pertama, apa yang dilakukan KH. Ahmad Rifa’i Arief terlihat secara lebih jelas merupakan salah satu bagian dari dakwah, menyebarkan seruan Islam dan meneruskan perjuangan Nabi dalam membangun Islam yang Rahmatan Lil Alamin, dan beliau adalah sosok seorang yang telah membangun lembaga pendidikan modern di Banten dengan system yang berbeda, dan turut membangun kualitas manusia Indonesia agar menjadi berguna bagi kedua orang tua dan lingkungan sekitar. Kedua, gagasan KH Ahmad Rifa’i Arief tentang kemodernan pondok pesantren yang mana didalammnya santri putra dan putri dicampur dalam satu ruang kelas. Dan menganut metode pendidikan dan pengajaran dengan metode yang berbeda dengan pesantren lainnya yang memisahkan santri putra dan putri dalam satu kelas. 12 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni,Alqur’an dan Terjemahan Semarang: CV.Wicaksana ,h. 97. Ketiga, aspek kepemimpinan KH Ahmad Rifa’i Arief yang secara intensif didampingi oleh ayahandanya, yaitu KH Qashad Mansyur, terpampang dengan sangat jelas ketika saat-saat awal pendirian daar el-qolam, termasuk soal bagaiman pesantren ini dipertahankan dan dikembangkan. Upaya jalan tengah yang kreatif dalam menahkodai daar el-qolam saat-saat tantangan politis dan kultural menerjang pesantren ini. Keempat, Perjalanan empat puluh satu tahun Daar el-qolam yang dibangun diatas dasar kekuatan pemikiran yang maju yang disertai Istiqomah dan perjuangan yang tak kenal lelah oleh KH Ahmad Rifa’i Arief dalam mengembangkan pesantren agar dapat menjadi wadah dalam berdakwah.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.