Terlebih ulama yang pada awalnya belum memahami jalan fikirannya mulai membenarkan jejak langkahnya dalam hal membangun pondasi, sistem
pengajaran, dan kurikulum yang memiliki visi ke depan. Tanpa menapikan ulama terdahulu.
KH Ahmad Rifa’i Arief dipanggil menghadap keharibaan-Nya dalam usia 55 Tahun tepatnya pada tanggal 15 Juni 1997 M. Ia meninggalkan satu orang istri
yaitu Hj Nenah Hasanah dan meninggalkan tiga orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan.
Kepergian KH Ahmad Rifa’i Arief, dirasakan keluarganya dan sahabat serta para santrinya terlalu cepat. Ia pergi meninggalkan nama besar dengan keharuman
karya-karyanya dalam bidang dakwah, dalam bentuk lembaga pendidikan modern yang berkualitas serta menjawab tantangan zaman.
B. Riwayat Pendidikan
Perjalanan pendidikan Rifa’i dimulai dengan pendidikan peringkat dasar yang disebut “Sekolah Rakyat SR” di kampung Sumur Bandung, Balaraja
Tangerang. Di sekolah tersebut Rifa’i hanya belajar tiga tahun, dikarnakan ayahnya memindahkan pendidikannya ke Madrasah Masyariqul Anwar di
Caringin, yang juga merupakan tempat ayahnya belajar. Alasan ayahnya agar Rifa’i lebih banyak memperoleh pengetahuan agama,
selain itu agar anaknya dapat belajar mengaji Al-Qur’an kepada KH Syihabudin Makmun yang masih saudara ayahnya.
Setelah tamat Madrasah Masyariqul Anwar pada tahun 1958, ayahnya menghendaki Rifa’i belajar pada insitusi pendidikan Islam yang bercorak modern,
Di Banten, sebenarnya banyak berdiri pondok-pondok pesantren, tetapi pondok- pondok tersebut menganut sistem pondok pesantren tradisional. Oleh sebab itu
Qasad Mansur memilih “Pondok Modern Darussalam Gontor”, Ponorogo, Jawa Timur, salah satu pondok modern yang terkenal. Pondok ini mempunyai sistem
klasikal, disamping mempelajari ilmu-ilmu agama juga mengajarkan pengetahuan umum dan bahasa asing seperti Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Lebih dari pada itu Pondok Gontor juga mengajarkan disiplin hidup kepada santri-santrinya. Pengetahuan tentang Gontor diperoleh ayahnya Qasad Mansyur
dari saudaranya, ja’far Hadi. Awalnya, keinginan Qasad Mansyur untuk membawa Rifa’i ke Gontor tidak disetujui oleh keluarganya yang lain, dengan
alasan jauh. Dengana keinginan yang kuat Qasad Mansyur bersama Rifa’i berangkat menuju Pondok Pesantren Gontor pada tahun 1958.
Di Gontor, Rifa’i diterima dikelas satu dari kelas enam yang wajib dilaluinya. Ia duduk di kelas satu B. dalam pandangan guru-guru dan rekan-
rekannya, Rifa’i dikenal santri yang rajin dan pandai berpidato. Tulisannya bagus, baik tulisan dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Arab. Sejak sekolah, sudah
terlihat jiwa kepemimpinannya meskipun beliau sering mengalami sakit. Di Gontor Rifa’i di pandang sebagai murid yang pandai dan cerdas. Sifat-
sifat itulah yang mengantarkannya menjadi ketua organisasi pelajar pondok Gontor yang saat itu masih bernama PII Pelajar Islam Indonesia. PII adalah
salah satu organisasi pelajar Islam yang berpengaruh diseluruh insitusi pendidikan Islam di Indonesia.
Selama tujuh tahun menjadi santri Gontor pada tahun 1958 sampai dengan 1965, Rifa’i dilantik menjadi sekertaris Kiainya yaitu KH. Imam Zarkasyi. Tugas
yang dipikulnya cukup berat seperti menjadwalkan kegiatan pimpinan, membuat konsep-konsep kebijakan pondok, menyunting bahan-bahan ceramah pimpinan,
dan lain sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan itulah yang justru menambah wawasan dan pengalaman Rifa’i dan karenanya ia semakin mendapat kepercayaan dari
kiainya. Setelah lebih kurang dua tahun mengabdi di almamaternya. Rifa’i
melanjutkan pengajiannya di pondok-pondok tradisional di Jawa Timur. Namun tidak ada sumber yang pasti tentang di pondok mana dan berapa lama ia tinggal di
sana. Keputusannya untuk keluar dari Gontor dan menyambung pengajiannya dikarnakan keinginan ayahnya agar kelak ia membina insitusi pendidikan yang
lebih tinggi dari yang telah dibangun oleh ayahnya. Setelah kembali dari pondok tempat ia belajar kitab kuning, Rifa’i tidak
langsung mendirikan pondok pesantren, Rifa’i meneruskan pelajarannya ke “Akademi Bahasa Asing: ABA di Bandung, dan melanjutkan kuliah di Institut
Agama Islam Negeri IAIN Serang, Banten.
C. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung Jayanti Tangerang