17
2.7 Peran Puskesmas pada JKN Jaminan Kesehatan Nasional
Puskesmas merupakan ujung tombak dari program jaminan kesehatan nasional JKN. Peran puskesmas sangat krusial dimana merupakan posisi
pelayanan kesehatan dasar yang berperan sebagai kontak pertama kepada masyarakat.Untuk mencapai tujuan MDGs maka pembangunan puskesmas perlu
direvitalisasi untuk memberikan layanan primer yang lebih baik dan berkualitas Kemenkes, RI., 2013.
Berdasarkan peraturan presiden nomor 12 tahun 2013 pasal 21 pelayanan promotif dan preventif yang diberikan puskesmas meliputi penyuluhan kesehatan
perorangan berupa: a.
penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. imunisasi dasar
Baccile Calmett Guerin
BCG,
Difteri Pertusis Tetanus
dan Hepatitis-B DPT-HB, Polio, dan Campak.
c. keluarga berencana
meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.
d. skrining kesehatan
diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu. Ketentuan mengenai
tata cara pemberian pelayanan skrining kesehatan jenis penyakit, dan waktu pelayanan skrining kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri.
Universitas Sumatera Utara
18 e.
vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah danatau Pemerintah Daerah. Sedangkan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif yang diberikan meliputi : i.
administrasi pelayanan. ii.
pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis iii.
tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif iv.
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai v.
transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis vi.
pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama. vii.
rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi Kemenkes, RI., 2013.
2.8 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang berorientasi kepada pasien dan untuk melaksanakan ketentuan
Pasal 21 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian maka diperlukan suatu standar yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam pelayanan kefarmasian. Untuk itu, pada tanggal 20 Juni 2014 Kementerian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang wajib diikuti oleh setiap apoteker danatau Tenaga Teknis Kefarmasian yang menyelenggarakan Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas yang kemudian menjadi tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
Universitas Sumatera Utara
19 kehidupan pasien. Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
bertujuan untuk: a.
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian b.
menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan c.
melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien Kemenkes, RI., 2014.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi standar pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai mulai dari perencanaan
kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan serta pemantauan dan evaluasi
pengelolaan dan standar pelayanan farmasi klinik mulai dari pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat, Pelayanan Informasi obat PIO,
konseling, rondevisite pasien khusus Puskesmas rawat inap, pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pemantauan terapi obat serta evaluasi penggunaan
obat Kemenkes, RI., 2014. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1
satu orang tenaga apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah apoteker di Puskesmas
dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah
apoteker di Puskesmas adalah 1 satu apoteker untuk 50 lima puluh pasien per hari. Bagi Puskesmas yang belum memiliki apoteker sebagai penanggung jawab,
penyelenggaran pelayanan kefarmasian secara terbatas dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian atau tenaga kesehatan lain Kemenkes, RI., 2014.
Universitas Sumatera Utara
20
2.9 Kepuasan