Deskripsi Lokasi Penelitian Gambaran responden

Bab 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan yang secara administratif terbagi atas 2 wilayah yaitu wilayah lingkar luar yang terdiri dari 10 kecamatan dan lingkar dalam yang terdiri dari 11 kecamatan. Pada masing-masing wilayah diambil 2 dua sekolah yang dipilih secara simple random sampling dengan jumlah sampel keseluruhan 413 responden. Sekolah yang terpilih sebagai sampel yaitu: a. Lingkar Dalam, yang terdiri atas: 1. SMUN no 4 Medan di Kecamatan Medan Petisah, terdiri atas 3 kelas yaitu kelas X,XI dan XII. Karena tiap tingkatan kelas terdiri dari kelas paralel maka yang terpilih sebagai sampel adalah kelas X 7 sebanyak 41 orang, kelas XI IPA 3 sebanyak 34 orang dan kelas XII IPS 2 sebanyak 27 orang. 2. SMU Swasta Harapan di Kecamatan Medan Baru Kelas yang terpilih sebagai sampel adalah kelas X 3 sebanyak 29 orang, kelas XI IPS 3 sebanyak 34 orang dan kelas XII IPA 3 sebanyak 39 orang. b. Lingkar Luar yang terdiri atas: 1. SMUN no 3 Medan yang terletak di Kecamatan Medan Labuhan Kelas yang terpilih sebagai sampel adalah kelas X 1 sebanyak 40 orang, kelas XI IPA 7 sebanyak 39 orang dan kelas XII IPS 1 sebanyak 40 orang. 2. SMUN Swasta Panca Budi Medan yang terletak di Kecamatan Medan Sunggal. Kelas yang terpilih sebagai sampel adalah kelas X 2 sebanyak 36 orang, kelas XI IPA 1 sebanyak 17 orang dan kelas XII IPS 1 sebanyak 36 orang. Oktavia Dewi: Analisis Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007, 2008. USU e-Repository © 2008 Pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan pada sekolah-sekolah yang terpilih menjadi sampel.

4.2. Gambaran responden

4.2.1. Karakteristik responden Dari 413 responden yang dijadikan subjek penelitian, dapat di gambarkan keadaan sosiodemografinya sebagai berikut : Tabel 4.1. Karakteristik Responden Tabel 4.1. menunjukkan persentase remaja laki-laki dan perempuan hampir sama. Persentase tingkat pendidikan ibu responden yang paling tinggi adalah tamat SMU sebanyak 200 orang 48,4 dan yang terendah adalah tidak tamat SD sebanyak 6 orang 1,5. Pekerjaan orang tua responden dibagi dalam lima klasifikasi. Persentase tertinggi adalah responden yang pekerjaan orang tuanya dalam klasifikasi 2 pekerjaan yang Karakteristik n Persentase Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total 214 199 413 51,8 48,2 100 Pendidikan Ibu Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMU Perguruan Tinggi Total 6 8 49 200 150 413 1,5 1,9 11,9 48,4 36,3 100 Pekerjaan Orang Tua Klasifikasi 1 Klasifikasi 2 Klasifikasi 3 Klasifikasi 4 Klasifikasi 5 Total 162 230 14 7 413 39,0 56,0 3,4 1,6 100 Oktavia Dewi: Analisis Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007, 2008. USU e-Repository © 2008 membutuhkan pendidikan menengah sebanyak 230 orang 56, dan yang terendah adalah responden yang pekerjaan orang tuanya dalam klasifikasi 4 pekerjaan yang tidak memerlukan pendidikan dasar sebanyak 7 orang 1,7 serta tidak ada responden yang mempunyai orang tua yang tidak bekerja. 4.2.2. Gambaran perilaku kesehatan responden Perilaku kesehatan responden dinilai dari 3 hal yaitu pengetahuan, sikap tentang keyakinan akan keadaan susunan geliginya dan tindakan responden untuk melakukan perawatan maloklusi. Pada Tabel 4.2. terlihat gambaran pengetahuan responden bahwa remaja SMU lebih banyak mengetahui arti dari kelainan susunan gigimaloklusi 60,3 dan dapat mengetahui ciri–ciri maloklusi 59,3 sedangkan pengetahuan tentang setiap orang dapat mengalami maloklusi dan perawatan maloklusi hanya sepertiga responden yang mengetahuinya yaitu sebanyak 37,5 dan 31,2. Oktavia Dewi: Analisis Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel 4.2. Persentase Remaja SMU menurut Pengetahuan Kesehatan Gigi di Kota Medan Tahun 2007 N=413 Pengetahuan n Arti pentingnya gigi 389 94,1 Macam-macam penyakit gigi 312 75,5 Arti kelainan susunan gigi dalam rongga mulut 249 60,3 Ciri-ciri maloklusi 245 59,3 Penyebab maloklusi 225 54,4 Maloklusi dapat dirawat 222 53,7 Gangguan akibat maloklusi 219 53,0 Tempat perawatan maloklusi 182 44,1 Siapa yang dapat mengalami maloklusi 155 37,5 Jenis perawatan maloklusi 129 31,2 Berdasarkan defenisi operasional, pengetahuan dibagi atas 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Pada tabel 4.3 dapat dilihat responden yang mempunyai pengetahuan tentang maloklusi yang tinggi adalah 84,3. Tabel 4.3. Persentase Remaja SMU berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Maloklusi Pengetahuan n Persentase Baik Kurang Total 348 65 413 84,3 15,7 100 Pada Tabel 4.4. terlihat gambaran sikap yang merupakan keyakinan responden terhadap keadaan susunan gigi geliginya dan keinginan untuk melakukan pe-rawatannya. Tabel 4.4. Persentase Distribusi Sikap Remaja SMU terhadap Susunan Gigi Geliginya di Kota Medan Tahun 2007 N=413 Sikap mengenai susunan gigi geligi n Yakin kelainan susunan gigi dapat dicegah dan diatasi dengan 320 77,5 Oktavia Dewi: Analisis Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007, 2008. USU e-Repository © 2008 melakukan perawatan Yakin keinginan merawat susunan gigi dari diri sendiri 284 68,8 Yakin kelainan susunan gigi dapat mengganggu pergaulan 281 68,0 Yakin kelainan susunan gigi ingin dirawat 265 64,2 Yakin ada yang salah dengan susunan gigi 260 63,0 Berdasarkan defenisi operasional, sikap dibagi atas 2 kategori yaitu baik dan kurang. Pada Tabel 4.5 dapat dilihat responden yang mempunyai keyakinan mengenai susunan gigi geliginya yang termasuk kategori baik adalah 82,6 Tabel 4.5. Persentase Remaja SMU berdasarkan Tingkat Keyakinan terhadap Maloklusi Keyakinan n Persentase Baik Kurang Total 341 72 413 82,6 17,4 100 Pada Tabel 4.6 terlihat gambaran pernah atau tidaknya menerima pelayanan kesehatan gigi, ternyata sebanyak 243 orang 58,8 responden menyatakan pernah mendapatkan perawatan kesehatan gigi selain perawatan kelainan susunan gigi ortodonsi dalam 1 tahun terakhir, sedangkan dari 250 responden yang mengalami maloklusi, yang sudah pernah mendapatkan perawatan ortodonsi hanya sebanyak 37 orang 14,8. Oktavia Dewi: Analisis Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel 4.6. Persentase Remaja SMU yang Menerima Pelayanan Kesehatan Gigi di Kota Medan Tahun 2007 Tindakan dalam 1 tahun terakhir N Melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan gigi dalam 1 thn terakhir 243 58,8 Melakukan perawatan kelainan susunan gigi 37 14,8 4.2.3. Gambaran maloklusi pada responden Pada Tabel 4.7 dapat dilihat persentase maloklusi sebanyak 60,5, tapi berdasarkan yang membutuhkan perawatan adalah 23. Selanjutnya untuk analisis hubungan variabel maloklusi dengan seluruh variabel bebas lainnya peneliti menggunakan persentase maloklusi yang membutuhkan perawatan sebanyak 23. Tabel 4.7. Distribusi Maloklusi pada Remaja SMU di Kota Medan Tahun 2007 Maloklusi n Normal 163 39,5 Ringan, tidak perlu perawatan 155 37,5 Ringan , perlu perawatan kasus tertentu 51 12,3 Berat memerlukan perawatan 35 8,5 Sangat berat, sangat memerlukan perawatan Total 9 413 2,2 100 Pada Tabel 4.8. dapat dilihat persentase ciri-ciri maloklusi yang terbanyak adalah gigi berjejal untuk segmen anterior rahang bawah 41,89 dan rahang atas 30,75 serta kehilangan gigi untuk segmen posterior rahang bawah 22,52 dan rahang atas 7,99. Maloklusi terbanyak pada hubungan anteroposterior adalah kelainan jarak gigitoverjet 35,59 pada bagian anterior serta gigitan terbuka gigi caninus 22,27.Kelainan dentofasial persentasenya tidak mencapai 1. 4.2.4. Gambaran kualitas hidup responden Oktavia Dewi: Analisis Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007, 2008. USU e-Repository © 2008 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas hidup remaja SMU di Kota Medan yang di nilai dari 7 dimensi. Pada Tabel 4.9 dapat dilihat dari 413 responden, dimensi keterbatasan fungsi keluhan terbanyak adalah makanan sangkut sebanyak 145 orang 35,1, dimensi rasa sakit fisik keluhan terbanyak adalah sakit gigi sebanyak 266 orang 64,41, dimensi ketidaknyamanan psikis keluhan terbanyak adalah sadar ada masalah pada gigi sebanyak 171 orang 41,4, dimensi ketidakmampuan fisik keluhan terbanyak adalah takut tersenyum sebanyak 174 orang 42,13, dimensi ketidakmampuan psikis keluhan terbanyak adalah merasa malu sebanyak 180 orang 43,58, dimensi ketidakmampuan sosial keluhan terbanyak adalah mudah tersinggung sebanyak 195 orang 47,22, dan dimensi hambatan keluhan terbanyak adalah tidak dapat belajar dengan baik sebanyak 86 orang 20,82. Oktavia Dewi: Analisis Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel 4.8. Persentase Ciri–Ciri Maloklusi pada Remaja SMU di Kota Medan Ciri–ciri maloklusi n I. Kelainan gigi dalam satu rahang a. Rahang Atas Anterior Gigi berjejal 127 30,75 Renggang terbuka 56 13,56 Gigi rotasi 20 4,84 Gigi dicabut 10 2,42 Renggang tertutup 2 0,48 b. Rahang Atas Posterior Gigi dicabut 33 7,99 Renggang terbuka 18 4,36 Gigi berjejal 15 3,63 Renggang tertutup 4 0,97 Gigi rotasi 3 0,72 c. Rahang Bawah anterior Gigi berjejal 173 41,89 Renggang terbuka 38 9,20 Gigi rotasi 8 5,59 Gigi dicabut 2 0,48 Renggang tertutup 1 0,24 d. Rahang Bawah Posterior Gigi dicabut 93 22,52 Gigi berjejal 88 21,31 Renggang tertutup 23 5,57 Renggang terbuka 13 3,14 Gigi rotasi 11 2,66

II. Kelainan Hubungan Gigi Dalam Keadaan Oklusi Segmen Anterior

Jarak gigit overjet 147 35,59 Gigitan terbuka openbite 53 12,83 Gigitan silang crossbite 52 12,59 Tumpang gigit overbite 30 7,26

II. Kelainan Hubungan Gigi Dalam Keadaan Oklusi Segmen Posterior

Gigitan terbuka gigi caninus 92 22,27 Gigitan terbuka gigi premolar 1 56 13,56 Gigitan terbuka gigi premolar 2 36 8,72 Gigitan silang gigi caninus 14 3,39 Gigitan silang gigi premolar 2 10 2,42 Gigitan terbuka gigi molar 1 10 2,42 Gigitan silang premolar 1 8 1,94 Gigitan silang gigi molar 1

III. Kelainan Dentofacial

Gangguan fungsi rahang 3 0,72 Celah bibir dan celah mulut 1 0,24 Gangguan Oklusi 1 0,24 Bibir bawah terletak di palatal gigi insisivus bawah Oktavia Dewi: Analisis Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel 4.9. Persentase Kualitas Hidup pada Remaja SMU di Kota Medan Tahun 2007 Kualitas hidup n I. Keterbatasan fungsi Makanan sangkut 145 35,1 Melihat ada yang salah pada gigi 123 29,8 Merasa wajah kurang menarik 110 26,6 Merasa nafas bau 74 17,9 Tidak mampu mngecap dengan baik 71 17,2 Sulit mengucapkan kata-kata 55 13,3 Pencernaan terganggu 52 12,6 Sulit menguyah 49 11,8

II. Rasa sakit fisik

Sakit gigi 266 64,41 Sakit kepala 228 55,21 Tidak enak mengunyah 183 44,31 Sakit pada gusi 134 32,45 Sakit pada sendi rahang 84 20,34

III. Ketidaknyaman psikis

Sadar ada masalah pada gigi 171 41,40 Merasa kuatir 168 40,68 Rendah diri 146 35,35 Ketegangan 118 28,57

IV. Ketidakmampuan fisik

Takut tersenyum 174 42,13 Sulit menyikat gigi 168 40,68 Sulit berbicara 61 14,77 Kata-kata salah di mengerti orang lain 30 7,26 Tidak dapat merasakan enaknya makanan 28 6,78

V. Ketidakmampuan psikis

Merasa malu 180 43,58 Merasa kesal 151 36,56 Merasa susah berkonsentrasi 102 24,70 Terganggu tidur 82 19,85 Merasa tidak santai 62 15,01 Merasa tertekan dan putus asa 19 4,60

VI. Ketidakmampuan sosial

Mudah tersinggung 195 47,22 Cepat marah 203 49,15 Sulit melakukan pekerjaan sehari-hari 176 42,62 Sulit bergaul 173 41,89 Malas keluar rumah 69 16,71

VII. Hambatan

Tidak dapat belajar dengan baik 86 20,82 Hidup terasa tidak enak 80 19,37 Tidak mampu beramah tamah 71 17,19 Orang tua membayar mahal 60 14,53 Kesehatan secara umum memburuk 18 4,36

4.3. Hubungan antara