dibandingkan biodiesel hal ini terjadi karena pada solar tidak terdapat gliserol. Hasil pengujian viskositas yang dilakukan pada biodiesel turunan minyak kacang
tanah menggunakan katalis KOH adalah 5,9854 cSt lebih besar dari viskositas biodiesel menggunakan katalis CaO yang besarnya 5,9780 cSt dengan metode
viscosimeter tabel 4.6 kolom 8. Hal ini disebabkan jumlah gliserol yang terdapat pada biodiesel minyak kacang tanah katalis KOH 2,46 lebih banyak daripada
biodiesel minyak kacang tanah katalis CaO 0,088 seperti pada tabel 4.6 kolom 6, viskositas biodiesel lebih kecil dari gliserol.
Biodiesel yang diperoleh dengan katalis KOH maupun katalis CaO memenuhi SNI-04-7182-2006. Untuk menurunkan viskositas biodiesel perlu dilakukan
pencucian yang lebih baik lagi dengan cara menambah jumlah air untuk membilas atau menambah frekwensi pembilasan.
4.4.3 Uji Titik Kabut
Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan metode AOCS Ce 6 – 25 diperoleh bahwa titik kabut biodiesel kacang tanah hasil transesterifikasi
menggunakan katalis KOH adalah 10
o
C dan menggunakan katalis CaO adalah 11
o
C tabel 4.6 kolom 9. Diduga disebabkan kandungan trigliserida yang terdapat pada FAME hasil transestrifikasi dengan KOH 44,5 lebih banyak dari
dengan menggunakan katalis CaO 11,16 seperti pada tabel 4.6 kolom 3, 4, dan 5. Titik kabut ini masih dibawah batas maksimum, jadi memenuhi yang
disyaratkan oleh SNI-04-7182-2006 yakni maksimum 18
o
C tabel 2.3. Hasil uji titik kabut ini menyatakan biodiesel minyak kacang tanah layak
digunakan didaerah khatulistiwa panas namun kurang baik dipakai untuk daerah yang mempunyai 4 musim dingin dimana suhunya bisa dibawah 0
o
C dibawah titik kabut. Telah dilaporkan bahwa titik kabut biodiesel minyak jarak 14
o
C dan minyak kemiri - 19,3
o
C, ini menunjukkan biodiesel turunan minyak kemiri dapat digunakan pada daerah dingin sedangkan biodiesel turunan minyak jarak hanya
cocok digunakan didaerah panas.
Universitas Sumatera Utara
4.4.4 Uji Angka Iodium
Hasil pengujian angka iodium dengan metode AOCS Cd 1-25 pada biodiesel turunan minyak kacang tanah melalui reaksi transesterifikasi dengan katalis KOH
adalah 52,25 gr100 gr dan katalis CaO adalah 55,54 gr100 gr tabel 4.6 kolom 10, ini menunjukkan tingkat ketidakjenuhan senyawa penyusun biodiesel hasil
transesterifikasi dengan katalis CaO lebih besar dari biodiesel hasil transesterifikasi dengan katalis KOH.
Angka iodium yang diperoleh dari hasil penelitian ini jauh lebih kecil dari batas yang telah disyaratkan menurut SNI-04-7182-2006 yakni maksimum 115, jadi
layak digunakan sebagai bahan bakar biodiesel.
4.4.5 Uji Kadar Air
Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan metode AOCS Ca 2c - 25 diperoleh kadar air pada biodiesel turunan minyak kacang tanah dengan
menggunakan katalis KOH 0,09 sedangkan menggunakan katalis CaO 0,08 seperti pada tabel 4.6 kolom 11. Air pada biodiesel menggunakan katalis KOH
lebih banyak daripada biodiesel mengunakan katalis CaO, hal ini terjadi karena proses transesterifikasi dengan katalis KOH dihasilkan air. Diduga penyebabnya
adalah waktu untuk proses pemurnian yang dilakukan dan jumlah Na
2
SO
4
sama
untuk kedua katalis.
Namun bila dibandingkan dengan kualitas biodiesel Indonesia menurut SNI 04- 7182-2006 maksimum 0,05 jelas hasil penelitian ini melebihi batas yang telah
ditentukan tidak memenuhi persyaratan. Tingginya kadar air yang diperoleh diduga proses pemurnian masih kurang baik, hal ini dapat dikurangi dengan
menambah waktu proses pemurnian dan menambah jumlah Na
2
SO
4
yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN