BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Umum A.1. Sistem
Dalam kamus manajemen karangan B.N Marbun, SH disebutkan bahwa yang dimaksud sistem adalah sekelompok unsur saling bergantung dan jalin menjalin serta
dapat dianggap atau diperlukan sebagai kesatuan.
17
A.2. Tingkat
Tingkat adalah angka yang menunjukkan tingkat nilai, harga, kecepatan perkembangan, produksi dan sebagainya dari sesuatu berdasarkan satuan ukur
tertentu.
18
B. MUZARA’AH
1. Pengertian Muzara’ah
Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh as-Sunnah mendefinisikan muzara’ah dengan,” menyerahkan tanah kepada orang yang akan menggarapnya,
dengan ketentuan si penggarap akan mendapatkan bagian dari hasil tanaman itu, separuh, sepertiga atau lebih, atau kurang dari itu, berdasarkan kesepakatan bersama.”
19
Adapun muzara’ah menurut Imam Maliki yaitu” perjanjian kerjasama dalam sektor
17
B.N. Marbun, Kamus Manajemen, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003
18
B.N. Marbun, Kamus Manajemen, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003
19
Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Dar al-Fikr, Beirut 1998, jilid 3, h.137
19
pertanian”. Sedangkan menurut Imam Hambali yaitu” Suatu kontrak penyerahan tanah kepada seorang petani untuk digarap dan hasilnya dibagi dua”.
20
Menurut Rahman, muzara’ah diartikan sewa dalam bentuk bagi hasil terhadap tanah pertanian, sedangkan musaqat dilakukan terhadap tanah perkebunankebun.
Sedangkan dalam perbankan Syariah dikatakan bahwa muzara’ah diidentikkan dengan mukhabarah, hanya saja bila muzara’ah benihnya dari pemilik tanah, maka
kalau mukhabarah benihnya dari penyewa. Musaqat diartikan persewaan tanah dimana penyewa hanya berkewajiban mengairi dan memelihara tanah.
21
Besarnya sewa ditetapkan dari hasil produksi dengan cara menentukan besarnya masing-masing dalam bentuk proporsi seperti : 13;14 dan lain-lain sesuai
dengan kesepakatan antara kedua belah pihak serta berdasarkan kebijakan masing- masing daerah atau kondisi wilayah di mana tanah itu berada.
Menurut Sunarto Zulkifli membedakan jenis muzara’ah kepada dua bagian :
22
1. Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan lahan pertanian dimana benih berasal
dari pemilik lahan. 2.
Mukhabarah adalah kerjasama pengolahan lahan pertanian dimana benih berasal dari petani penggarap.
20
Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqih al-Islami Wa’adillatuh, Beirut:Dar-al-Fikr,1983, Juz 5, h.613
21
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspkektif Islam, BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta, 2005, h.326
22
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2003 cet.1, h.56
Muzara’ah adalah metode pendanaan tradisional yang menggunakan prinsip mudharabah dan musyarakah
23
. Muzara’ah adalah imbangan tradisional dari mudharabah dalam bidang pertanian di mana petani mengambil lahan pertanian
berdasarkan prinsip bagi hasil panen. Bank-bank menyerahkan kepada para petani lahan yang mereka miliki atau yang bukan dalam pemilikan mereka. Kapling
tanahnya harus benar-benar ditentukan dalam perjanjian dan harus ditetapkan untuk suatu periode waktu tertentu. Hasil dari lahan itu dibagi di antara bank dan petani
menurut proporsi yang disepakati. Menurut Nasrun Haroen dalam buku fiqh muamalah, secara etimologi, al
muzara’ah berarti kerjasama di bidang pertanian antara pemilik tanah dengan petani penggarap. Sedangkan dalam terminology fiqh terdapat beberapa definisi al
muzara’ah yang dikemukakan ulama fiqh. Menurut Imam Maliki yaitu :
ﺮﺸﻟا ﺔآ
ﻰﻓ ﺰﻟا
ر ع
24
Perserikatan dalam pertanian. Menurut Imam Hambali al muzara’ah adalah:
د ﻓ
ضرﻻا ﻰ ا
ﺎﻬ رﺰ وا
ﺎﻬ عرﺰ او
ﺎ ﻬ
25
Penyerahan tanah pertanian kepada seorang petani untuk digarap dan hasilnya dibagi berdua.
23
Latifa M. Alqaoud dan Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah Prinsip Praktik Prospek, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2003, h.81
24
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, h.275
25
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, h.275
Pengertian tersebut dalam kebiasaan Indonesia disebut sebagai “paroan sawah. Penduduk Irak menyebutnya “ al-mukhabarah”, tetapi dalam al-mukhabarah, bibit
yang akan ditanam berasal dari pemilik tanah. Imam asy-Syafi’I mendefinisikan al-mukhabarah dengan :
ضرﻻا ﺎ
ﺮ ج
ﺎﻬ ﺬ او
ر ﺎ ا
26
Pengelolaan tanah oleh petani dengan imbalan hasil pertanian, sedangkan bibit pertanian disediakan penggarap tanah.
Dalam al-mukhabarah, bibit yang akan ditanam disediakan oleh penggarap tanah,
sedang dalam al-muzara’ah bibit yang akan ditanam boleh dari pemilik.
2. Dasar Hukum Muzara’ah