UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI a. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005

6. Apabila tanah disewakan kepada seseorang dan itu adalah Kharaj 45 , maka menurut Imam Abu Hanifah, kharaj akan dibayar oleh pemilik tanah dan jika tanah itu”’Ushri”, ‘Ushr juga akan dibayar olehnya, tapi menurut Imam Abu Yusuf, jika tanah itu “Ushri”,’Ushr akan dibayar oleh petani. 7. Apabila perjanjian Muzara’ah ditetapkan dengan sepertiga atau seperempat dari hasil, maka menurut Imam Abu Hanifah, keduanya, Kharaj dan ‘Ushr akan dibayar oleh pemilik tanah.

D. UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI a. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005

Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, melalui pembangunan ketahanan pangan telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 46 , yakni: program penelitian dan pengembangan IPTEK, program difusi dan pemanfaatan IPTEK dan program penguatan kelembagaan IPTEK sistem produksi

b. P3TIP

Program Pemberdayakan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian P3TIP atau Farmer Empowerment Throught Agricultural Technology and Information FEATI 47 yaitu program yang dibiayai dari dana pinjaman Bank Dunia dengan dana pandamping dari APBN dan APBD, juga merupakan salah satu upaya 45 Kharaj yaitu tanah yang dibayar kepada tuan tanah. Dibayar secara tunai atau dengan hasil bumi. Contohnya, petani dapat membayar sejumlah uang yang ditetapkan atas penggunaan tanah tersebut atau dia menawarkan bagian tertentu dari hasil produksi tanah tersebut kepada pemilik tanah. 46 Sinar Tani, Edisi 3-9 Oktober 2007, h.3 47 Sinar Tani, Edisi15-21 Agustus 2007, h.15 agar UU No.162006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dapat dilaksanakan di tingkat lapangan. Sesuai dengan UU No.162006, kabupaten dan propinsi yang menerima dana dan program FEATI maka diwajibkan sudah memiliki kelembagaan penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan di tingkat propinsinya adalah Badan Koordinasi Penyuluhan dan tingkat kabupaten adalah Badan Pelaksana Penyuluhan, dan di kecamatan adalah Balai Penyuluhan. Ada lima komponen yang dikembangkan dan difasilitasi dalam program FEATI, yaitu : 1. Penguatan sistem penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani. 2.Penguatan kelembagaan dan kemampuan aparat. 3. Perbaikan pengkajian dan diseminasi teknologi. 4. Penguatan pelayanan sistem informasi pertanian. 5. Dukungan kebijakan dan manajemen proyek.

b. PUAP

PUAP Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan 48 yaitu program utama Departemen Pertanian untuk tahun 2008 untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja dipedesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar sub sektor, dengan cara melakukan pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan dan manajemen sehingga petani memiliki ketrampilan. 48 Sinar Tani, Edisi 3-9 Oktober 2007, h. 4

c. Mengembalikan Kejayaan Koperasi

Mengembalikan kejayaan koperasi 49 dengan pembinaan kepada INKOPTAN Induk Koperasi Pertanian di samping dari Departemen Koperasi dan UKM juga perlu diberikan kepada Departemen Pertanian, dan Pemda PropinsiKabupatenKota dalam rangka otonomi daerah, khususnya dalam pemberian kemudahan untuk menyalurkan sarana produksi pertanian. Pembinaan koperasi tidak terbatas pada departemen koperasi dan UKM, tetapi juga departemen lain seperti Departemen Keuangan dan lembaga keuangan dengan memberikan subsidi bunga rendah kepada koperasi. Misalnya koperasi persusuan yang ingin melakukan impor bibit sapi perah.

d. Menggalakkan dan mensosialisasikan SP3 Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian

Pemerintah telah membuat program penjaminan kredit bagi petanikelompok tani yang tidak memiliki agunan, yakni dengan mengembangkan Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian SP3 50 .Tujuannya adalah meningkatkan akses petani pada fasilitas kredit dari bank pelaksana melalui mekanisme pembagian resiko anatara bank pelaksana dan pemerintah yang mana selama ini usaha di sektor pertanian masih dianggap beresiko tinggi oleh kalangan perbankan, sehingga menghambat aliran modal investasi maupun modal kerja ke sektor pertanian. 49 Sinar Tani, Edisi 25-31 Juli 2007, h.3 50 Sinar Tani, Edisi 3-9 Oktober 2007, h.13 Untuk melaksanakan kebijakan tersebut pemerintah melalui Departemen Pertanian saat ini telah menetapkan lima bank yaitu: Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, Bank Jatim dan Bank NTB sebagai pelaksana 51 . Namun bank yang telah ditetapkan belum mensosialisasikan kebijakan tersebut pada bank- bank jajarannya di daerah sehingga para petani belum mengetahui adanya kebijakan pemerintah dalam hal Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian SP3 tanpa agunan. Lembaga perbankan syariah sangat tepat untuk mengembangkan sektor agribisnis seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan baik bank umum syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah. 52 Hal ini dikarenakan bank syariah menggunakan skema bagi hasil mudharabah, muzara’ah, musyarakah, di samping skema lainnya seperti jual beli salam dan murabahah. Bank Islam tidak dikenal adanya penghitungan bunga, tetapi menggunakan prinsip bagi hasil dan pengambilan keuntungan secara jual beli. Dalam prinsip bagi hasil, besarnya pembagian porsi keuntungan antara pemilik dana Bank dan pengelola usaha Petani diserahkan kepada kedua belah pihak tersebut disesuaikan masa panen. Dengan demikian, pada usaha pertanian yang kecil pendapatannya, nisbah yang disepakati akan tidak sama dengan usaha yang lebih besar pendapatannya. Setiap komoditi usaha pertanian memiliki tingkat pendapatan yang berbeda, dan masa panen menghasilkan yang berbeda pula. Petani tidak dibebani dengan bunga pinjaman, melainkan pengembaliannya secara otomatis disesuaikan dengan masa panen. 51 Sinar Tani, Edisi 3-9 Oktober 2007, h.13 52 www.waspadaonline.com , 20 Mei 2005, h.2 Adapun aplikasi al muzara’ah dapat digambarkan dalam skema berikut ini. 53 Gambar 2.1 Skema Dalam Transaksi Muzara’ah Dari skema diatas penulis memberi penjelasan bahwa pemilik lahan melakukan kerjasama dengan penggarap lahan dalam sebuah perjanjian bagi hasil untuk menggarap lahan pertanian. Kemudian dari kerjasama itu menghasilkan hasil dari lahan garapan tersebut dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Dimana dalam hal ini, lahan, bibit dan pupuk berasal dari pemilik lahan. Sedangkan keahlian, SDM dan waktu berasal dari penggarap lahan. Sudanese Islamic Bank di Sudan juga telah melakukan eksperimen dan mengadaptasi musyarakah sebagai alat untuk membiayai pembangunan pedesaan Al- Haran, 1993. 54 Berbeda dengan model-model yang diusulkan oleh Khan 1994, yang memasukkan lembaga-lembaga pemerintah atau non-pemerintah Islam dalam pola pembiayaannya, kemitraan-kemitraan ini melibatkan bank dan petani. 53 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Tazkia Cendekia Gema Insani, 2001, h.99 54 Mervyn K. Lewis Lativa M. Algaoud, Perbankan Syariah Prinsip Praktik Prospek, h.160-161 PERJANJIAN BAGI HASIL PENGGARAP LAHAN PEMILIK LAHAN HASIL GARAPAN LAHAN GARAPAN Keahlian SDM Waktu Lahan Bibit Pupuk Gambar 2.2 Sudanese Islamic Bank, Rural Development Departement Agricultural Financing Model a Harta tetap fixed asset 1. Traktor, bajak 2. Pompa air 3. Semprotan b Input variable 1. bahan baker, minyak, pelumas 2. Bibit 3. Pestisida 4. Pupuk 5. Karung goni 6. Manajemen bersama 7. Pemasaran dan penyimpanan 1. Tanah 2. Tenaga 3. Manajemen Pendapatan kotor Produksi pertanian oleh petani- petani kecil Laba sisa LABA BERSIH 1. Zakat 2. Biaya berjalan Untuk petani atas saham ekuitasnya 30 kepada petani untuk manajemen Untuk SBI atas saham ekuitasnya Tidak ada garansi atau kolateral Sama kurang Keterangan: a. Bank memberikan harta tetap fixed asset seperti traktor, bajak, garu, pompa air, dan input-input seperti benih, pupuk, pestisida, bahab bakar, karung goni, dan manajemen bersama, pemasaran, penyimpanan, dan pendistribusian. 55 b. Petani, di lain pihak, memberikan kontribusi berupa ladang, kerja, sebagian biaya yang harus keluar, dan manajemen. c. Dari laba bersih petani memperoleh 30 persen untuk manajemen. d. Laba sisanya 70 persen dibagi antara bank dan petani sesuai dengan saham ekuitas mereka. Gambar diatas dimodifikasikan sesuai dengan metode pengairannya, misalnya, pola yang diairi dengan air dari saluran, pola yang diairi dengan pompa air dan hujan. Untuk musyarakah sistem irigasi saluran, misalnya, dan juga lahan, kerja, dan manajemen, petani harus memberikan sebagian modal. Dari laba bersih petani memperoleh 25-40 persen untuk manajemen. Laba sisanya dibagi di antara petani dan SIB sesuai dengan kontribusi modal mereka. 56 55 Mervyn K. Lewis Lativa M. Algaoud, Perbankan Syariah Prinsip Praktik Prospek, h.160-161 56 Mervyn K. Lewis Lativa M. Algaoud, Perbankan Syariah Prinsip Praktik Prospek, h.161-162

E. PENDAPATAN 1. Pengertian pendapatan

Dokumen yang terkait

Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

3 83 104

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)

28 194 120

Persepsi Masyarakat Terhadap Pemakaian Gigitiruan Di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Februari 2010

3 35 78

KERUKUNAN ANTARA JEMAAT GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ) SLAWI DENGAN MASYARAKAT MUSLIM DI DESA BALAPULANG KULON KABUPATEN TEGAL

1 8 115

Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Nelayan Cantrang di Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegal Barat Kotamadya Tegal, Jawa Tengah

0 14 322

Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal kasus di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

12 62 103

Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam penanggulangan kemiskinan: kasus BKM di Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah

2 29 211

GEJALA BAHASA PROKEM DIALEK TEGAL DI LINGKUNGAN REMAJA DESA KALISAPU KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL

0 0 13

BAB II LANDASAN TEORI - GEJALA BAHASA PROKEM DIALEK TEGAL DI LINGKUNGAN REMAJA DESA KALISAPU KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL - repository perpustakaan

0 0 29