Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam penanggulangan kemiskinan: kasus BKM di Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah
FUNGSI BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT ( BKM )
DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
(Studi Kasus BKM di Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupetan Tegal Propinsi Jawa Tengah )
SUDARMAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam Penanggulangan Kemiskinan ( Studi Kasus Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, Agustus 2009
SUDARMAN NRP.135407195
(3)
RINGKASAN
SUDARMAN. Fungsi Badan Keswadayaan masyarakat (BKM) dalam Penanggulangan Kemiskinan ( Studi Kasus Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah ) dibimbing oleh NURAINI W PRASODJO dan MARJUKI.
Kajian pengembangan masyarakat ini bertujuan untuk (1) menjelaskan Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran, (2) mejenlaskan hasil pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran dan (3) menyusun strategi pemberdayaan Badan Keswadayaan Masyarakat.
Kajian pengembangan masyarakat ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama melakukan kajian pendahuluan dengan cara wawancara dan observasi langsung pada pihak-pihak yang terkait. Tahap kedua yaitu menyusun strategi pemberdayaan BKM dengan cara diskusi kelompok (partisipasi) bersama anggota Badan Keswadayaan Masyarakat.
Hasil kajian pengembangan masyarakat ini menunjukkan bahwa : (1) Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran adalah mengidentifikasi masalah, mendampingi Kelompok Swadaya Masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemecahan masalah, memantau dan mengevaluasi kegiatan pemecahan masalah. Dalam menjalankan fungsinya, Badan Keswadayaan Masyarakat mengalami kendala dalam hal, (a) kurang melibatkan masyarakat miskin secara langsung, (b) kurang mampu merencanakan langkah-langkah perencanaan program, (c) kurang mampu mengidentifikasi relawan potensial, (d) masih tergantung pada fasilitator kelurahan dalam mendisiplinkan jadwal kerja, (e) tidak ada sistem imbalan bagi anggota BKM, (f) terdapat konflik antara anggota Badan Keswadayaan Masyarakat dengan perangkat kelurahan akibat kecemburuan sosial. (2) Hasil pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat berupa (a) perbaikan perumahan keluarga miskin, (b) perbaikan prasarana lingkungan, (c) pelatihan ketrampilan kerja dan penyediaan finansial usaha. Kegiatan perbaikan rumah pada tahun 2004-2009 hanya terealisasi 70 %, perbaikan prasarana lingkungan tahun yang sama terealisasi 66 %, pelatihan keterampilan pada tahun 2007-2009 terealisasi 75 %, sedangkan penyediaan dana pada periode yang sama terealisasi sebanyak 63 %. (3) Strategi pemberdayaan yang diusulkan berkenaan dengan masih adanya kendala yang dihadapi Badan Keswadayaan Masyarakat yaitu : (a) mengoptimalkan peran anggota Badan Keswadayaan Masyarakat dengan cara melakukan pertemuan rutin yang diikuti juga perangkat kelurahan dan perwakilan Kelompok Swadaya Masyarakat, hal ini dilakukan agar menghilangkan kesenjangan sosial dan meningkatkan partisipasi masyarakat, (b) menyepakati sistem imbalan bagi anggota Badan Keswadayaan Masyarakat, (c) mengadakan pelatihan tentang perencanaan program yang diikuti oleh anggota Badan Keswadayaan Masyarakat, perangkat kelurahan dan relawan di luar anggota Badan Keswadayaan masyarakat, (d) membentuk kepengurusan baru pada unit-unit pelaksana di tingkat RW, (e) membangun kemitraan dengan lembaga keuangan tingkat Kabupaten Tegal untuk memperluas jangkauan pelayanan modal usaha, (f)
(4)
meningkatkan koordinasi dengan aparat kelurahan , tokoh masyarakat untuk menghilangkan konflik dan kecemburuan sosial.
Kata kunci : (1) Pengembangan masyarakat, (2) Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat.
(5)
ABSTARCT
SUDARMAN. The Functions of Self-Supporting Community Body (BKM, Badan Keswadayaan Masyarakat) in Poverty Alleviation (A Case Study of Kelurahan Pakembaran, Slawi Subdistrict, Tegal Regency, Central Java Province) supervised by NURAINI W PRASODJO and MARJUKI.
The community development study was aimed at (1) explaining the functions of Selt supporting Community Body at Kelurahan Pakembaran, (2) explaining the results of a poverty alleviation program implementation by Self-supporting Community Body at Kelurahan Pakembaran, and (3) formulating an empowerment strategy of Self Supporting Community Body.
The results of this community development study showed that: (1) The functions of Self-Supporting Community Body at Kelurahan Pakembaran were to identify problems, to assist the group of Self-Supporting Community in problem solving, to control and evaluate the activity of problem solving. In carrying out the functions, Self-Supporting Community Body had two constraints, namely: (a) the low direct involvement of the poor community, (b) the low ability to plan the measures of program planning, (c) the low ability to identify potential volunteers, (d) each depending on a facilitator from Kelurahan to discipline working schedules, (e) no reward system for BKM members, and (f) the emergence of a conflict between BKM members and Kelurahan officers due to social jealousy. (2) The results of the poverty alleviation activities by Self-Supporting Community Body were in form of (a) the housing improvement of poor families, (b) the improvement of environmental infrastructure, (c) job training and working capital provision. The realization of housing improvement during the 2004-2009 period was only 70%, the Improvement of environmental infrastructure the same year was 66%, and job training for the 2007-2009 period was 63% (3) The empowerment strategy recommended regarding the constraints faced by Self-Supporting Community Body, namely: (a) to optimize the role of the members of Self-Supporting Community Body through regular meetings attended by the Kelurahan officers and the representatives of Self-Supporting Community Body for the purpose of minimizing the social gap and increasing the community participation, (b) to have an agreement on the reward system for the members of Self-Supporting Community Body, (c) to organize a job training on program planning which is followed by the members of Self-Supporting Community Body, the Kelurahan officers, and the volunteers outside the members of Self-Supporting Community Body, (d) to form a new management in the operating units at RW level, (e) to establish a partnership with a financial institution at Tegal Regency level to extend the range of working capital service, (f) to increase the coordination with Kelurahan officers and public figures to overcome a conflict and social jealousy.
(6)
Keywords: 1) Community Development, 2) The function of self-supporting community Body.
(7)
RINGKASAN
SUDARMAN. Fungsi Badan Keswadayaan masyarakat (BKM) dalam Penanggulangan Kemiskinan ( Studi Kasus Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah ) dibimbing oleh NURAINI W PRASODJO dan MARJUKI.
Kajian pengembangan masyarakat ini bertujuan untuk (1) menjelaskan Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran, (2) mejenlaskan hasil pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran dan (3) menyusun strategi pemberdayaan Badan Keswadayaan Masyarakat.
Kajian pengembangan masyarakat ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama melakukan kajian pendahuluan dengan cara wawancara dan observasi langsung pada pihak-pihak yang terkait. Tahap kedua yaitu menyusun strategi pemberdayaan BKM dengan cara diskusi kelompok (partisipasi) bersama anggota Badan Keswadayaan Masyarakat.
Hasil kajian pengembangan masyarakat ini menunjukkan bahwa : (1) Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran adalah mengidentifikasi masalah, mendampingi Kelompok Swadaya Masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemecahan masalah, memantau dan mengevaluasi kegiatan pemecahan masalah. Dalam menjalankan fungsinya, Badan Keswadayaan Masyarakat mengalami kendala dalam hal, (a) kurang melibatkan masyarakat miskin secara langsung, (b) kurang mampu merencanakan langkah-langkah perencanaan program, (c) kurang mampu mengidentifikasi relawan potensial, (d) masih tergantung pada fasilitator kelurahan dalam mendisiplinkan jadwal kerja, (e) tidak ada sistem imbalan bagi anggota BKM, (f) terdapat konflik antara anggota Badan Keswadayaan Masyarakat dengan perangkat kelurahan akibat kecemburuan sosial. (2) Hasil pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat berupa (a) perbaikan perumahan keluarga miskin, (b) perbaikan prasarana lingkungan, (c) pelatihan ketrampilan kerja dan penyediaan finansial usaha. Kegiatan perbaikan rumah pada tahun 2004-2009 hanya terealisasi 70 %, perbaikan prasarana lingkungan tahun yang sama terealisasi 66 %, pelatihan keterampilan pada tahun 2007-2009 terealisasi 75 %, sedangkan
(8)
penyediaan dana pada periode yang sama terealisasi sebanyak 63 %. (3) Strategi pemberdayaan yang diusulkan berkenaan dengan masih adanya kendala yang dihadapi Badan Keswadayaan Masyarakat yaitu : (a) mengoptimalkan peran anggota Badan Keswadayaan Masyarakat dengan cara melakukan pertemuan rutin yang diikuti juga perangkat kelurahan dan perwakilan Kelompok Swadaya Masyarakat, hal ini dilakukan agar menghilangkan kesenjangan sosial dan meningkatkan partisipasi masyarakat, (b) menyepakati sistem imbalan bagi anggota Badan Keswadayaan Masyarakat, (c) mengadakan pelatihan tentang perencanaan program yang diikuti oleh anggota Badan Keswadayaan Masyarakat, perangkat kelurahan dan relawan di luar anggota Badan Keswadayaan masyarakat, (d) membentuk kepengurusan baru pada unit-unit pelaksana di tingkat RW, (e) membangun kemitraan dengan lembaga keuangan tingkat Kabupaten Tegal untuk memperluas jangkauan pelayanan modal usaha, (f) meningkatkan koordinasi dengan aparat kelurahan , tokoh masyarakat untuk menghilangkan konflik dan kecemburuan sosial.
Kata kunci : (1) Pengembangan masyarakat, (2) Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat.
(9)
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
(10)
FUNGSI BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT ( BKM )
DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
(Studi Kasus BKM di Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupetan Tegal Propinsi Jawa Tengah )
SUDARMAN
Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(11)
(12)
Judul Tugas Akhir : Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam Penanggulangan Kemiskinan ( Kasus BKM di Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah)
Nama Mahasiswa : Sudarman Nomor Pokok : I. 354 070 195
Disetujui, Komisi Pembimbing
Ir. Nuraini W Prasodjo,MS Dr.Marjuki.MSc Ketua Anggota
Diketahui :
Ketua Program Magister Profesional Dekan Sekolah Pascasarjana Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Prof.Dr. Ir. Khairil A Notodiputro,MS
Tanggal Ujian :14 Agustus 2009 Tanggal Lulus :
(13)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Kajian Pengembangan Masyarakat sebagai lanjutan dari kajian lapangan yang dilaksanakan di Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Povisni Jawa Tengah. Penulisan kajian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, sehingga dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih, terutama kepada : 1. Ir. Nuraini W Prasodjo, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan kajian ini.
2. Dr. Marjuki, MSc, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan kesabarannya telah memberikan dorongan moril dalam rangka penyelesaian kajian ini.
3. Departemen Sosial Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menambah pengetahuan di bidang Pengembangan Masyarakat melalui proses pembelajaran di Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerjasama Institut Pertanian Bogor dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.
4. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor.
5. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.
6. Dr. Ir. Juara P. Lubis, MS, selaku Dosen Penguji Luar Komisi yang telah memberikan saran dan masukan guna perbaikan kajian ini.
7. Camat Slawi, Lurah Pakembaran beserta staf, Koordinator dan anggota BKM Kelurahan Pakembaran dan Masyarakat Kelurahan Pakembaran yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Kajian Pengembangan Masyarakat.
8. Istri tercinta, Neli Ya Hani dan 3 putriku tersayang Syifa Rochmah, Choirunnisa Auliya, Ulul Mizana beserta orang tua tercinta dan seluruh keluarga penulis atas segala doa dan dorongan morilnya hingga penulis dapat menyelesaikan studi.
9. Seluruh sahabat dan teman-teman penulis, khususnya mahasiswa MPPM angkatan V Bandung, serta seluruh pihak yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi selama proses perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa kajian lapangan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan dan kemampuan penulis dalam membahas dan melakukan analaisa data. Namun harapan penulis apa yang telah dilakukan dapat menjadi langkah awal yang baik untuk sebuah proses . Semoga kajian ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Amiin
Bogor, Agustus 2009
(14)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jepara 17 Juli 1965 dari Ayah Kharmeni dan Ibu Sukijah. Penulis merupakan putra terakhir dari 8 bersaudara. Penulis telah menikah dengan Istri tercinta Neli Ya Hani dan dikaruniai 3 anak.
Tahun 1985 penulis lulus dari SMA Pemda Mayong dan pada tahun 1987 menjadi CPNS serta tahun 1988 menjadi PNS. Tahun 1992 mendapat kesempatan tugas belajar di STKS Bandung dan lulus 1997. Penulis sampai saat ini bekerja sebagai staf fungsional Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah dan tahun 2007 berkesempatan melanjutkan studi ke jenjang Pascasarjana pada Program Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerjasama Institut Pertanian Bogor dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung atas bantuan beasiswa dari Departemen Sosial.
(15)
DAFTAR ISI
Daftar isi ... i
Daftar Gambar ... ii
Daftar Diagram ... iii
Daftar Tabel ... iv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Kajian ... 4
1.4 Kegunaan Kajian ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM)... 6
2.2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 8
2.3. Pengertian Kemiskinan ... ... 10
BAB III. METODOLOGI KAJIAN... ... 13
3.1. Kerangka Pemikiran ... 13
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian ... 18
3.3. Strategi Kajian ... 19
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20
3.5. Metode Analisis Data... 20
3.6. Penyusunan Strategi... 21
BAB IV. KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL.. ... 22
4.1. Kondisi Geografi Kelurahan Pakembaran... 22
4.2. Sistem Sosial ... ... 24
4.3. Nilai (Kultur) Masyarakat Kelurahan Pakembaran ... 30
BAB V. FUNGSI BKM DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN ... 34
5.1. Identifikasi Masalah/Kebutuhan... 34
(16)
5.3. Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah... 47
5.4. Monitoring dan Evaluasi ... 52
BAB.VI. HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN OLEH BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT ... 58
7.1. Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial ... 58
7.1.1. Bantuan Perbaikan Rumah Keluarga Miskin... 58
7.1.2. Bantuan Pembangunan Prasarana Lingkungan ... 62
7.2. Program Pemberdayaan Sosial... 65
7.3. Program Peningkatan Ekonomi Mikro dan Menengah ... 67
BAB. VII. PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN ... 72
7.1. Potensi, Permasalahan dan Pemecahan Masalah ... 72
7.1.1. Potensi Badan Keswadayaan Masyarakat... 72
7.1.2. Permasalahan yang timbul di BKM ... 74
7.2. Pemecahan Masalah ... 77
7.3. Rancangan Penguatan BKM... 80
7.4. Latar Belakang Program... 81
7.5. Tujuan Program ... 81
7.6. Program Penguatan BKM ... 81
BAB. IX. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 84
9.1. Kesimpulan ... 84
9.2. Rekomendasi ... 87
9.2.1. Rekomendasi pada Program Penanggulangan Kemiskinan ... 87
9.2.2. Sasaran Rekomendasi ... 87
9.2.3. Langkah-Langkah Rekomendasi ... 89
Daftar Pustaka ... 91
Lampiran-lampiran... 93
(17)
DAFTAR DIAGRAM
1. Diagram 1. Kerangka Pemikiran Upaya Program Penanggulangan
kemiskinan oleh BKM ... 13 2. Diagram 2. PJM dalam Penanggulangan Kemiskinan ... 14
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kelengkapan penyusunan strategi PJM Pronangkis oleh BKM... 15
Tabel 2. Jadwal pelaksanaan kegiatan kajian pengembangan masyarakat... 19 Tabel 3. Data lembaga perekonomian penduduk, jumlah usaha dan tenaga 24 Tabel 4. Komposisi penduduk tahun 2008 menurut umur, jenis kelamin
dan sex ratio ... 26 Tabel 5. Komposisi penduduk tahun 2008, menurut tingkat pendidikan
dan Presentase di Kelurahan Pakembaran ... 27
Tabel 6. Data jenis mata pencaharian, presentase dan jumlah masyarakat
Kelurahan Pakembaran tahun 2008 ... 28 Tabel 7. Jumlah dan presentase rumah yang di perbaiki menurut jenis rumah
dan tahun pelaksanaan di Kelurahan Pakembaran ... 59 Tabel 8. Jumlah dan presentase realisasi perbaikan prasarana lingkungan
menurut jenis usaha dan tahun pelaksanaan di Kelurahan Pakembaran 63 Tabel 9. Jumlah dan presentase usaha pelatihan kerja dan ketrampilan praktis membuat aneka kue pada anak usia kerja dari keluarga miskin dan realisasinya di Kelurahan Pakembaran ...
66
Tabel 10. Jumlah dan presentase masyarakat miskin pemanfaat modal pinjaman bergulir untuk usaha tahun pronangkis 2007-2009 di Kelurahan
(18)
DAFTAR GAMBAR
1. Foto kegiatan anggota BKM saat diadakan wawancara mendalam dan
Foto kegiatan dalam pelaksanaan bedah rumah ... 94 2. kegiatan FGD dengan anggota BKM dan Faskel dalam PJM pronangkis
dan foto pelaksanaan bimbingan belajar ... 95 3. Pelatihan Relawan persiapan identifikasi dan pemetaan swadaya... 96 4. Pelaksanaan wawancara dengan UPK dan kegiatan BKM dalam seminar
dan bakti sosial... 97 5. Peta Kelurahan Pakembaran ... 98
(19)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belajar dari pengalaman program penanggulangan kemiskinan yang di gulirkan pemerintah selama ini bersifat sentralistrik dan tidak partisipatif sering kurang berhasil. Program tersebut mulai dari impres desa tertinggal (IDT) yang dilengkapi dengan bantuan infrastruktur pedesaan melalui pembangunan prasarana desa tertinggal (PPPDT) dan program jalan poros desa (PPJPD). Program yang sudah berjalan tersebut dinilai tidak mampu untuk menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Dari pengalaman tersebut, saat ini pemerintah mengembangkan program pemberdayaan masyarakat yang lebih partisipatif. Diantara program-program pemberdayaan tersebut adalah Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dimulai tahun 1999-2009 dengan tujuan mengatasi dampak krisis moneter yang berkepanjangan.
Tujuan dari pemerintah dalam Program P2KP adalah untuk menanggulangi kemiskinan pada pasca krisis melanda Indonesia tahun 1996. Akibat krisis pada tahun 1996 penduduk miskin dan nyaris miskin mencapai 22 juta jiwa atau 11 persen dan pada tahun 1997 penduduk miskin dan nyaris miskin meningkat dua kali lipat menjadi 49,5 juta jiwa. Pada puncak krisis moneter tahun 1998-2005 jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 65 juta jiwa dan penduduk nyaris miskin 25,5 juta jiwa. Akibat peningkatan kemiskinan berdampak pada semakin buruknya kondisi sosial, ekonomi dan budaya. 150 kota dan kabupaten ditengarai terjadi rawan gizi, angka pengangguran meningkat hingga 13,8 juta jiwa dll ( BPS, 2005).
Dalam kurun waktu 10 tahun pembangunan pasca krisis dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia, jumlah penduduk miskin menjadi 62 juta jiwa dari 242 juta jiwa, mereka adalah penduduk yang tingkat pendidikannya rendah, tidak memiliki aset produksi dengan kekuatan sendiri, kebanyakan tinggal di desa dan tidak memiliki keterampilan. ( Tim Pengendali PNPM Mandiri, 2008). Upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan adalah membentuk Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) untuk memberdayakan
(20)
masyarakat miskin melalui usaha bersama masyararakat, dengan melibatkan pemerintah setempat dan pihak swasta secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk menangani program tersebut, di tingkat kelurahan oleh pemerintah dibentuk kelembagaan masyarakat yang disebut Badan Keswadayaan masyarakat. Fungsinya untuk membantu masyarakat miskin dalam menghadapi masalah kemiskinan melalui pemberdayaan, agar mereka mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui program-program yang diberikan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) secara partisipatif.
Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Pakembaran melalui perencanaan jangka menengah (PJM) tiga tahunan dengan tiga program yaitu : 1) Program Asistensi Sosial dan Jaminan sosial yaitu melalui perbaikan perumahan orang miskin, perbaikan prasarana lingkungan orang miskin, 2) Program Pemberdayaan sosial yaitu pemberian pendidikan pelatihan kerja dan keterampilan praktis bagi masyarakat miskin secara kelompok, 3) Program peningkatan ekonomi mikro dan menengah, yaitu melalui pemberian kredit usaha rakyat dalam kelompok swadaya masyarakat (KSM)
1.2. Perumusan Masalah.
Upaya pengentasan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran melalui program penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), pelaksanaanya terlebih dahulu dibentuk kepengurusan untuk mengelola program yang disebut (BKM) yang dipilih dan dibentuk oleh masyarakat sendiri untuk mengelola program P2KP bersama masyarakat. Tugas BKM pada program P2KP di Kelurahan Pakembaran salah satunya adalah membuat perencanaan jangka menengah (PJM) periode tiga tahunan, sebagai rencana strategis dalam pelaksanaan programnya melalui dana bantuan langsung masyarakat (BLM). Proses perencanaan jangka menengah (PJM) merupakan serangkaian musyawarah masyarakat, yang dimulai dari tingkat RT sampai pada Kelurahan untuk periode tiga tahunan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan. Masalah yang dirasakan masyarakat di Kelurahan Pakembaran saat ini : 1) masih banyak masayarakat miskin belum berdaya, 2) masih banyak keluarga miskin yang rumahnya tidak layak, 3) masih banyak aset jalan yang belum baik, saluran air yang sudah rusak, tempat ppembuangan sampah yang terbatas, penerangan jalan gang yang belum merata, 4) masih
(21)
banyak keluarga miskin yang tidak punya ketrampilan dan keluarga miskin yang tidak punya modal usaha, maka BKM bersama masyarakat melakukan upaya penanggulangan kemiskinan, dengan membuat perencanaan program.
Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan (PJM Pronangkis) dilakukan 1) melakukan dengan identifikasi masalah melalui pertemuan warga pada tingkat RT, untuk menyerap aspirasi masyarakat tentang kebutuhan/masalah yang dirasakan yaitu terdatanya jumlah masyarakat miskin, kriteria masyarakat miskin, kebutuhan dasar masyarakat miskin, pembangunan prasarana lingkungan masyarakat miskin dan pelatihan ketrampilan kerja bagi masyarakat miskin, 2) Perumusan langkah-langkah pemecahan masalah melalui rembug warga mulai tingkat RT sampai pada tingkat Kelurahan, dengan program bantuan dari pemerintah lewat P2KP dan swadaya masyarakat, 3) Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah/ kebutuhan, masyarakat Kelurahan Pakembaran secara bersama-sama menentukan program penanggulangan kemiskinan melalui perencanaan jangka menengah program penanggulangan kemiskinan (PJM Pronangkis), untuk membantu kebutuhan-kebutuhan riil masyarakat miskin melalui dana stimulan dari Pemerintah dan swadaya masyarakat masyarakat serta pihak swasta, 4) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program pemberdayaan masyarakat miskin melalui penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan konsultan program.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kajian fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran sebagai berikut :
1. Bagaimana fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan ?
2. Bagaimana hasil Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis) di Kelurahan Pakembaran ?
3. Bagaimana strategi BKM dalam penanggulangan kemiskinan ?
1.3. Tujuan Kajian.
Secara umum tujuan kajian masyarakat adalah untuk mengkaji dan merumuskan perencanaan yang efektif oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kelurahan Pakembaran. Tujuan tersebut dirinci menjadi tujuan specifik sebagai berikut :
(22)
1. Menjelaskan fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pakembaran.
2. Menjelaskan hasil Program Penanggulangan kemiskinan oleh BKM di Kelurahan Pakembaran.
3. Menyusun strategi pemberdayaan BKM dalam penanggulangan kemiskinan.
1.4. Kegunaan Kajian.
Hasil kajian ini diharapkan memberi masukan yang bermanfaat bagi pelaku pembangunan (Pemerintah Kabupaten Tegal, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Tengah, Departemen Pekerjaan Umum dan Konsultan Manajemen Pusat, manfaat untuk akademis) dalam merumuskan kebijakan penanggulangan kemiskinan.
1. Manfaat untuk pemerintah Kabupaten Tegal. Sebagai bahan pembinaan dan pendampingan bagi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang ada di wilayah Kabupaten Tegal, guna meningkatkan pelayanan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan, agar pengentasan kemiskinan lebih efektif dan berkelanjutan.
2. Manfaat untuk Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Jawa Tengah. Sebagai pengambilan langkah kebijakan dalam pembangunan, khususnya pada program penanggulangan kemiskinan yang terencana dan partisipatif guna perbandingan pada program-program yang ada hubungannya dengan penanggulangan kemiskinan.
3. Manfaat untuk Departemen Pekerjaan Umum. Sebagai penentu kebijakan dan perencanaan program pada P2KP di tingkat pusat untuk rencana penanggulangan kemiskinan.
4. Manfaat untuk Konsultan Manajemen Pusat (KMP). Sebagai penyelenggara dan penanggung jawab program, agar dalam pelaksanaan perencanaan program penanggulangan kemiskinan bisa dijadikan acuan program yang lebih efektif.
5. Secara akademisi. Sebagai bahan kajian keilmuan dibidang pengembangan masyarakat, khususnya pada program pemberdayaan masyarakat di perkotaan.
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan kedudukan sebagai pimpinan kolektif di tingkat Desa/Kelurahan, yang bertanggungjawab menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat, dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif yang kondusif. Untuk pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan khususnya dan pembangunan masyarakat kelurahan pada umumnya, BKM juga menjadi sumber energi dan inspirasi untuk membangun prakarsa dan kemandirian warga yang secara damai, berupaya memenuhi kebutuhan atau kepentingan warga bersama, memecahkan persoalan bersama dan menyatakan kepedulian bersama yang berkaitan dengan kemiskinan.
BKM sebagai organisasi masyarakat di tingkat Desa/ Kelurahan dengan berhimpun sesama warga setempat yang dipilih oleh masyarakat secara langsung melalui pemilihan umum dan bertumpu pada keputusan tertinggi ada di tangan anggota. Kedudukan BKM sebagai wakil masyarakat diharapkan mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar-benar terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri orang miskin, agar mampu menyelenggarakan hidup mereka secara layak. Tujuan BKM adalah membangun modal sosial ( capital social ) dengan menumbuhkan kembali nilai-nilai kemanusiaan, ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas bersama masyarakat untuk saling bekerjasama demi kebaikan, kepentingan dan kebutuhan bersama yang akan memperkuat keswadayaan masyarakat.
Kriteria Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) sebagai organisasi masyarakat, yang bertumpu pada kepentingan masyarakat miskin maka 1) lembaga yang prakarsa pembentukan maupun pengelolaannya ditentukan oleh masyarakat sendiri, 2) Kekuatan/ kewenangan dan legimitasinya bersumber dari warga masyarakat setempat, 3) Berkedudukan sebagai lembaga kepemimpinan kolektif pada pogram penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) dan sebagai perwakilan masyarakat pada tingkat Desa/Kelurahan, dengan
(24)
pengambilan keputusan tertinggi pada tangan anggota secara kolektifr, demokratis, partisipatif transparan, akuntabilitas yang berakar pada lapisan masyarakat. Dalam melakukan pelayanan masyarakat miskin, BKM mempunyai tugas pokok antara lain 1) Pemberdayaan masyarakat yaitu dengan melakukan rumusan penetapan kebijakan secara demokrasi dan partisipatif yang menyangkut kebutuhan masyarakat miskin, untuk meningkatkan kesejahteraanya melalui P2KP dan swadaya masyarakat, 2) BKM mampu mengorganisasi masyarakat untuk membuat perencanaan program penanggulangan kemiskinan dan mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif, melalui tahapan identifikasi masalah/kebutuhan, perumusan langkah-langkah pemecahan masalah, melaksanaan kegiatan pemecahan masalah, monitoring dan evaluasi. Fungsi BKM dalam menjalankan kegiatanya yaitu menghidupkan nilai-nilai luhur dalam bermasyarakat melalui modal sosial, untuk mendukung pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan berupaya membuka akses serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat, untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan, keuangan yang di bawah kendali BKM, serta memfasilitasi jejaring (networking) dengan potensi sumberdaya yang ada dimasyarakat.
Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan, salah satunya melakukan proses perencanaan. Pengertian perencanaan N.burhanudin (1984) mengatakan “proses berfikir” atau suatu”latihan intelektual” dari suatu kumpulan proses, prosedur, struktur dan teknik untuk memperoleh hasil yang terbaik.
Menurut Suharto (2006) Perencanaan pada hakekatnya merupakan usaha secara sadar, terorganisir dan terus menerus dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan juga dapat diartikan sebagai kegiatan ilmiah yang melibatkan pengolahan fakta dan situasi sebagaimana adanya yang ditujukan untuk mencari jalan keluar dalam memecahkan masalah.
Perencanaan Jangka Menengah (PJM) dapat dirumuskan menjadi 4 tahapan: 1) Identifikasi kebutuhan, 2) Perumusan langka-langkah pemecahan masalah 3) Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah 4) Monitoring Evaluasi Program (Pedoman Teknis P2KP, 1999 )
(25)
Perencanaan jangka menengah (PJM) adalah dalam rangka menerapkan pendekatan pembangunan berbasis kebutuhan riil masyarakat yang dilakukan melalui serangkaian kegiatan musyawarah atau rembug-rembug warga, untuk menyusun program penanggulangan kemiskinan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan, sebagai alat pembelajaran masyarakat, agar lebih mampu melaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan. Masyarakat Desa/Kelurahan secara bersama-sama melaksanakan penanggulangan kemiskinan yang direncanakan dengan baik, melalui perencanaan jangka menengah (PJM) periode tiga tahunan, yang mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan riil masyarakat dan mendapat dukungan baik dari masyarakat, pemerintah dan pihak swasta. Hasil dari perencanaan jangka menengah (PJM) dilaksanakan melalui program penanggulangan kemiskinan yang partisipatif, melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat. (Pedoman teknis P2KP, 2003)
2.2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat.
Pemberdayaan (empowerment) mengandung arti pengembangan masyarakat untuk memberikan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan dalam meningkatkan kapasitas atau kemampuan untuk menentukan masa depan sendiri dan berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan komunitasnya, ( Gunadi dkk, 2007)
Pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembangunan dalam masyarakat. Huraerah (2007) mengatakan bahwa konsep pemberdayaan termasuk dalam pengembangan masyarakat dan terkait dengan konsep-konsep: kemandirian (self-help), partisipasi (participation), jaringan kerja (networking) dan pemerataan (equity).
Menurut Hikmat (2006) yang mengutip pendapat Paul (1978), pemberdayaan masyarakat merupakan strategi yang sangat potensial, dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial dan transformasi budaya. Proses ini pada akhirnya, akan dapat menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat. Salah satu agen international, Bank Dunia misalnya percaya bahwa partisipasi masyarakat di dunia ketiga, merupakan sarana efektif untuk menjangkau masyarakat termiskin melalui upaya pembangkitan semangat hidup untuk dapat menolong diri sendiri.
(26)
Ife (2002) memberikan definisi pemberdayaan sebagai berikut: “empowerment aims to increase the power of the disadvantaged”, pemberdayaan adalah peningkatan kekuasaan kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung.
Menurut Sumodiningrat (2007), pemberdayaan sebagai konsep alternatif pembangunan, dengan demikian menekankan otonomi pengambilan keputusan suatu kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, partisipasi, demokrasi dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung, sedangkan menurut Suharto (2005) yang mengutip pendapat Parsons (1994), mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dimana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dan saling mempengaruhi terhadap orang lain, pada kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
Haeruman dan Eriyatno (2001), mengemukakan konsep pemberdayaan sebagai alternatif bagi pembangunan ekonomi wilayah. Pada hakekatnya konsep ini memuat upaya mengentaskan kemiskinan melalui pembangunan ekonomi wilayah. Ciri pokok konsep pemberdayaan adalah pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, partisipasi aktif, demokratis dan berdasar pada isu pokok dan sumberdaya lokal.
Selanjutnya Syaroni dalam Jurnal Analisis Sosial (2002) menyatakan tentang substansi dari pemberdayaan masyarakat adalah terciptanya sebuah kesadaran kritis dan konstruktif pada segenap komunitas menghadapi eksistensinya dan masalah-masalah yang muncul baik pada masa sekarang maupun mendatang.
Dari pengertian-pengertian di atas tentang pemberdayaan masyarakat, dapat disimpulkan bahwa konsep pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana masyarakat agar mampu mengupayakan kehidupanya sendiri, menjadi lebih baik tanpa bantuan orang lain terus menerus. Dengan pemberdayaan diharapkan partisipasi masyarakat meningkat, artinya masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dinamis dan aktif berpartisipasi di dalam membangun diri mereka, tanpa mengharapkan bantuan orang lain, mampu berfikir kreatif dan inovatif, mempunyai wawasan yang luas dan mampu bekerja sama dengan pihak
(27)
lain. Hal ini juga dikemukakan oleh Suharto (2005) bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan.
2.3. Pengertian Kemiskinan
Pengertian kemiskinan menurut Sukanto (1986) diartikan sebagai suatu keadaan, dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk memelihara dirinya sendiri, yang sesuai dengan taraf kehidupan kelompok-kelompoknya dan juga tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Dari pengertian tersebut, seseorang dikatakan miskin apabila dirinya hidup tidak sesuai dengan taraf / tingkatan hidup masyarakat, dimana diri orang miskin itu berada. Suparlan ( 1986 ) lebih lanjut mengartikan kemiskinan adalah suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang, dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Menurut Sayogyo (1971) kemiskinan dapat diukur dengan memperhitungkan standar kebutuhan pokok beras. Kemiskinan dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu; 1) Golongan orang paling miskin yaitu orang yang mempunyai pendapatan beras perkapita pertahun sebanyak 270 kg, 2) Gologan orang miskin sekali yaitu orang yang memiliki pendapatan beras perkapita pertahun beras sebanyak 270 kg sampai dengan 360 kg, 3) golongan orang miskin yaitu orang yang memiliki pendapatan beras perkapita pertahun sebanyak 360 kg sampai dengan 480 kg.
Penyebab dasar Kemiskinan yaitu kegagalan kepemilikan sumberdaya (terutama lahan dan modal), terbatasnya ketersediaan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana, kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan sektor, adanya perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat dan sistem yang kurang
(28)
mendukung, belum terciptanya pemerintahan yang bersih, pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tanpa peduli lingkungan (Syaukat 2007).
Upaya mengenal dan mengidentifikasi golongan miskin dapat dikaitkan dengan permasalahan, 1) Kekurang mampuan meraih peluang ekonomi yaitu peluang bekerja/berusaha, upah rendah, malas dan sebagainya, 2) Penguasaan aset produksi yang rendah terkait dengan lahan, air, faktor produksi dan jangkauan pelayanannya, 3) Kondisi kurang gizi dan kesulitan memenuhi kebutuhan pangan dan sandang, 4) Mempunyai anak balita yang kurang gizi dan kesehatan yang rendah, 5) Kondisi perumahan tak layak huni dan kumuh, 6) Kekurang mampuan menyekolahkan anak, 7) Kekurang mampuan meraih pelayanan kesehatan, air bersih dan keserasian lingkungan, 8) Tingkat partisipasi yang rendah pada kegiatan kemasyarakatan dan organisasi sosial di desa/kelurahan (Said Rusli dkk, 1995)
Dalam kajian ini upaya Badan Keswadayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Kemiskinan akan dilihat pada fungsi BKM dalam perencanaan melalui tahapan-tahapan yaitu 1) Identifikasi Kebutuhan yang menghasilkan kriteria orang miskin, jumlah data orang miskin, kebutuhan dasar orang miskin, serta melakukan pendataan potensi yang ada di kelurahan yang bisa membantu program penanggulangan kemiskinan dan potensi di Kelurahan Pakembaran yang mendukung program penanggulangan kemiskinan yaitu sumber daya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya ekonomi, sumberdaya masyarakat, 2) Merumuskan langkah-langkah memecahan masalah melalui fokus diskusi terarah (FGD), untuk merumuskan pemecahan masalah sesuai kemampuan dan kebutuhan masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan kegiatan maka teridentifikasi jenis-jenis usulan kegiatan, rencana kegiatan yang akan di rumuskan dalam penyusunan pengajuan usulan kegiatan penanggulangan kemiskinan, penilaian kelayakan usulan kegiatan, penetapan prioritas kegiatan, penyaluran dana bantuan langsung masyarakat, pendampingan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan, 3) Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran melalui pembangunan prasarana lingkungan pada masyarakat miskin, perbaikan dan pembangunan rumah keluarga miskin, memberikan pelatihan ketrampilan kerja bagi keluarga miskin dan penyediaan dana pinjaman bergulir bagi ekonomi mikro dan menengah, 4) Monitoring dan evaluasi pada pelaksanaan kegiatan program penanggulangan kemiskinan yaitu
(29)
untuk menjaga agar kegiatan yang dijalankan masyarakat benar-benar bermanfaat, sesuai usulan kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam melaksanakan kegiatan, mendorong tumbuh kembangnya prilaku dan sikap tanggung jawab masyarakat terhadap kepercayaan yang telah diterimanya, mencegah munculnya penyalahgunaan dan penyimpangan anggaran.
(30)
BAB
III
METODOLOGI KAJIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Secara sederhana kerangka analisis disajikan sebagai berikut :
Diagram 1. Kerangka Pemikiran upaya program Penanggulangan Kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
FUNGSI PERENCANAAN JANGKA MENENGAH
Identifikasi Kebutuhan
BKM
Merumuskan langkah pemecahan masalah
Melaksanakan Kegiatan Pemecahan Masalah
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MASYARAKAT SEJAHTERA
(31)
Diagram 2. Strategi Perencanaan Jangka Menengah (PJM) dalam penanggulangan kemiskinan oleh BKM di Kelurahan Pakembaran.
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH
BKM
2.Perumusan langkah-langkah pemecahan masalah yaitu melalui FGD untuk perumusan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat serta menyusun langkah pemecahan masalah.
1. Identifikasi Kebutuhan yaitu mengadakan pertemuan warga pada tingkat RT untuk menyerap aspirasi masyarakat tentang kebutuhan dan masalah yang dirasakan
3. Melaksanakan kegiatan pemecahan masalah
/kebutuhan yaitu 1)dibentuk kelompok usaha 2)
Menyusun tata kerja kelompok swadaya masyarakat.
4.Monitoring dan evaluasi yaitu secara berkala BKM bersama kelompok swadaya masyarakat berkumpul untuk mengevaluasi usahanya.
(32)
Tabel: 1. Kelengkapan penyusunan strategi upaya penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kelurahan Pakembaran sebagai berikut : No Tahapan penanggulang an kemiskinan oleh BKM
Parameter Sumber Data Hasil yang di capai
1 2 3 4 5
1 Fungsi BKM dalam
Identifikasi Kebutuhan
- BKM bersama masyarakat sebagai relawan
mengadakan pertemuan dan identifikasi pada tiap-tiap RT
- Keterlibatan masyarakat miskin dalam pertemuan pada tiap-tiap RT, untuk memberikan aspirasi yang menyangkut diri orang miskin.
- - Warga miskin pada tiap-tiap RT
- Tokoh
masyarakat dan perangkat kelurahan. - Profil kelurahan
- terpenuhi data orang miskin, kebutuhan dasar orang miskin, Kriteria orang miskin. - terdatanya relawan dan potensi masyarakat pada tiap-tiap RT.
2 Fungsi BKM dalam
Perumusan langkah-langkah pemecahan masalah
- melakukan fokus diskusi terarah (FGD) untuk merumuskan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sendiri.
- Menyusun langkah-langkah pemecahan masalah oleh BKM bersama masyarakat secara partisipatif.
- Hasil identifikasi oleh BKM bersama masyarakat secara partisipatif
- Adanya kesepakan masyarakat di tingkat Kelurahan dalam upaya penanggulanga n kemiskinan melalui program P2KP
3 Fungsi BKM dalam pelaksanakan kegiatan pemecahan masalah - merencanakan program pembangunan prasarana lingkungan - merencanakan program pembangunan rumah keluarga miskin. - Merencanakan
program pemberdayaan sosial.
- Merencanakan program pemberian modal bergulir bagi ekonomi mikro dan menengah.
- Hasil identifikasi BKM dengan relawan
- Hasil FGD masyarakat Kelurahan Pakembaran. - PJM Pronangkis.
- Program penanggulanga n kemiskinan yang berpihak pada masyarakat miskin melalui dan P2KP dan swadaya masyarakat
4 Fungsi BKM dalam
melaksanakan monitoring dan evaluasi
- Dilaksanakan secara berkala oleh BKM melalui pertemuan dengan kelompok swadaya masyarakat (KSM)
-Anggota BKM -Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan sesuai kebutuhan masyarakat miskin.
(33)
Penjelasan pada kerangka pemikiran yantu: Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan organisasi masyararakat / institusi lokal yang dimiliki, dikelola dan diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan bersama masyarakat. BKM lebih menunjukkan wujud sebagai paguyuban atau perkumpulan masyarakat, peran serta fungsi kemandirian dan keswadayaan yang dipercaya masyarakat mampu menggali aspirasi masyarakat miskin, melalui program penanggulangan kemiskinan perkotaan. Untuk mengoptimalkan kerja BKM dalam penanggulangan kemiskinan maka diperlukan perencanaan, fungsi BKM dalam upaya penanggulangan kemiskinan adalah melakukan 1) Identifikasi kebutuhan masyarakat miskin dan pendataan potensi Kelurahan Pakembaran, 2) Perumusan langkah-langkah pemecahan masalah 3) Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah, 4) Monitoring dan Evaluasi.
Identifikasi kebutuhan menghasilkan kriteria kemiskinan yang ada di Kelurahan Pakembaran yaitu jumlah data orang miskin di Kelurahan Pakembaran pada tiap-tiap RT dan kebutuhan dasar masyarakat miskin (papan, sandang, pangan, modal). Pendataan potensi pada masyarakat untuk memperoleh gambaran, mengenai kondisi yang ada di Kelurahan Pakembaran, yang bisa membantu program penanggulangan kemiskinan (pronangkis).
Pada dasarnya tujuaan identifikasi kebutuhan yaitu untuk memfasilitasi masyarakat agar mampu membudayakan prilaku kemandirian dan bertumpu pada potensi masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan, serta memperbaiki kualilitas kehidupan dan lingkungannya. Identifikasi kebutuhan juga meningkatkan orientasi pembangunan masyarakat, untuk senantiasa bertumpu pada akar permasalahan serta kebutuhan riil dan melihat potensi mereka, kemudian dicarikan jalan pemecahannya secara bersama-sama, meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memberikan pemilihan alternatif-alternatif pemecahan, yang dianggap paling dapat membantu memecahkan permasalahan oleh masyarakat sesuai potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya manusia, potensi sumberdaya ekonomi dan potensi sumberdaya masyarakat yang ada. Identifikasi juga Mendorang masyarakat merumuskan rencana penanggulangan kemiskinan, berdasarkan prioritas persoalan, potensi dan kebutuhan riil yang ada untuk mendorong terwujudnya gerakan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.
(34)
Perumusan langkah-langkah pemecahan masalah oleh BKM bersama masyarakat, menghasilkan data orang miskin dan kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin di Kelurahan Pakembaran, serta mendata potensi kelurahan sebagai swadaya masyarakat yang dijadikan sumber pertolongan, untuk memecahkan masalah kemiskinan. Sumber pertolongan dari luar kelurahan yang sangat penting untuk membantu penanggulangan kemiskinan yaitu dana bantuan stimulan dari pemerintah melalui dana P2KP, BKM kemudian mengadakan pertemuan warga, untuk menentukan prioritas masalah kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin, dengan mengadakan rembug warga atau diskusi terarah (FGD) pada tiap-tiap RT yang akan dijadikan rumusan pemecahan masalah penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran, melalui dana bantuan pemerintah dan swadaya masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah pada program penanggulangan kemiskinan, dilakukan untuk menentukan arah dan tujuan kegiatan penanggulangan kemiskinan masyarakat di Kelurahan Pakembaran, dengan teridentifikasi jenis-jenis usulan dan rencana kegiatan berdasarkan pada kekuatan dan potensi yang ada serta kebutuhan riil masyarakat, dalam rencana program penanggulangan kemiskinan sesuai klasifikasi swadaya masyarakat, bantuan langsung masyarakat dari program P2KP serta anggaran APBD. Pelaksanaan perencanaan mencakup beberapa kegiatan utama yaitu 1) Penyusunan dan pengajuan usulan kegiatan penanggulangan kemiskinan, 2) Penilaian kelayakan usulan kegiatan, 3) Penetapan prioritas usulan kegiatan, 4) Penyaluran dana bantuan langsung masyarakat, 5) Pendampingan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan.
Pemantauan dan evaluasi pada pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui bantuan langsung masyarakat (BLM) dikerjakan masyarakat untuk memperbaiki kesejahteraannya, serta menanggulangi kemiskinan yang dihadapinya. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkala oleh BKM, melalui pertemuan kegiatan kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang pada masing-masing RT dalam pelaksanaan kegiatan bantuan langsung masyarakat, menjaga agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan atau dikelola masyarakat benar-benar bermanfaat sesuai usulan kegiatan yang disetujui BKM, serta dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam melaksanakan kegiatan.
(35)
Tujuan Pemantauan dan evaluasi pada program penanggulangan kemiskinan yaitu mendorong tumbuh kembangnya prilaku dan sikap tanggung jawab masyarakat terhadap kepercayaan yang telah diterimanya untuk mencegah munculnya penyimpangan dan penyalahgunaan dana, maupun kegiatan serta mengupayakan agar secara cepat, dilakukan tindakan perbaikan terhadap penyimpangan yang terlanjur terjadi dan proses pembelajaran untuk memampukan peran masyarakat dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan. Waktu pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan bantuan langsung masyarakat, mulai dilakukan sejak diterimanya dana BKM oleh masyarakat dan selanjutnya dilakukan secara berkelanjutan.
3.2. Lokasi Waktu Kajian
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal merupakan obyek kajian, dipilih karena beberapa alasan sebagai berikut :
1. Menindaklanjuti pemetaan sosial pada kegiatan Praktek Lapangan pertama (PL-1) yang dilakukan sebelumnya di Kelurahan Pakembaran, penulis menemukan suatu bentuk kelembagaan dalam program penanggulangan kemiskinan, yang saat ini sangat digalakkan pemerintah untuk menolong masyarakat miskin secara partisipatif. Hasil evaluasi pada program pengembangan masyarakat pada bagian PL-2 yang dilakukan pada tempat yang sama, untuk melihat BKM Kelurahan Pakembaran memiliki beberapa kekurangan dalam pengelolaan organisasinya.
2. Adanya permintaan dari pengurus BKM Kelurahan Pakembaran, untuk bersama-sama merumuskan program penanggulangan kemiskinan, agar BKM lebih berfungsi dalam memberdayakan masyarakat miskin.
3. Lokasinya yang berada di tengah-tengah ibu kota Kabupaten yang mudah dijangkau, memudahkan kajian dilakukan secara intensif serta pemantauan dan evaluasi bagi program-program yang dilakukan ke depan
(36)
Rangkaian kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat (KPM) di atas secara lengkap dapat dilihat dari bagan jadwal dibawah ini :
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kajian pengembangan Masyarakat
No Kegiatan
2008 2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
1 Pemetaan sosial Desa(PL-1) 2 Evaluasi
Program(PL-2) 3 Penyusunan
Proposal Kajian 4 Seminar
Proposal kajian 5 Pengumpulan
data lapangan 6 Pengolahan dan
analisis data 7 Penulisan
Laporan 8 Seminar
Akademik 9 Ujian Akhir 10 Perbaikan
3.3. Strategi Kajian
.
Sesuai dengan maksud dan tujuan kajian, maka kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang menekankan pada makna penalaran serta definisi suatu situasi tertentu (dalam kontek tertentu ) dan lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ( Sarwono, 1995 ). Peneliti untuk mendapatkan data pada fungsi BKM dalam penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran, dilakukanya dengan mengadakan wawancara dan observasi langsung pada anggota BKM, fasilitator kelurahan, aparat kelurahan, sejumlah tokoh masyarakat, beberapa masyarakat miskin disemua RT serta penanggung jawab operasional kecamatan (PJOK) Kecamatan Slawi. Dalam melakukan kajian, peneliti juga mempelajari data-data dokumentasi BKM”Kembar Sejahtera” untuk dijadikan data pendukung yang bisa digunakan
(37)
kajian, sehingga membantu permasalahan yang dirasakan oleh BKM, dengan demikian kedepan dapat dilakukan perbaikan-perbaikan dalam melakukan penanggulangan kemiskinan.
Pilihan lokasi dan komunitas subyek kajian didasarkan oleh lokasi kerja P2KP dalam rangka memberdayakan masyarakat miskin di perkotaan, yaitu terdapat keaneka ragaman yang tinggi dalam kegiatan usaha masyarakat. Berdasarkan permasalahan di atas, maka kajian dilaksanakan di Kelurakan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal. melalui pendekatan kualitatif, agar pelaksanaan kajian bisa mendekati kebenaran.
Kajian pengembangan masyarakat pada fungsi BKM di Kelurahan Pakembaran bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, maka anggota BKM perlu untuk membuat perencanaan program yang partisipatif, sehingga program penanggulangan kemiskinan benar-benar dilaksanakan BKM bersama masyarakat untuk membantu masyarakat miskin.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahapan (1) Studi Dokumentasi yaitu mengumpulkan data sekunder dengan mempelajari dokumen-dokumen/ data yang dijadikan kegiatan pemberdayaan BKM Kelurahan Pakembaran, khususnya kelengkapan administrasi dan dokumen pendukung program penanggulangan kemiskinan oleh BKM Kelurahan Pakembaran (2) Wawancara secara individu ( anggota BKM dan anggota KSM) untuk mengumpulkan data primer, diikuti wawancara mendalam dan wawacara kelompok khusus anggota BKM, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat, serta warga masyarakat miskin.
3.5. Metode Analisa Data
Menurut Sugiyono (2007: 244) menyatakan bahwa analisis data kualitatif telah dimulai merumuskan dan menjelaskan masalah selama proses penelitian berlangsung hingga penelitian berakhir, proses analisa data merupakan proses mencari dan menyusun data yang diperoleh di lapangan secara sistematis. Data yang diperoleh melalui hasil wawancara mendalam, catatan lapangan, dokumentasi dan FGD diorganisasikan ke dalam bentuk kategori, kemudian dipilih yang paling penting dan akan dipelajari untuk kemudian dirumuskan ke
(38)
dalam kesimpulan sehingga mudah dipahami baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Untuk menganalisa program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran maka dilihat dari fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat dalam melaksanakan kegiatan program melalui tahapan perencanaan jangka menengah, kemudian disusun strategi penguatan kelembagaan dalam proses penanggulangan kemiskinan, yang dilakukan BKM sehingga lebih berfungsi dalam memberdayakan masyarakat miskin.
3.6. Penyusunan Strategi
Penyusunan Strategi penanggulangan kemiskinan dilakukan tahapan-tahapan pelaksanaan program, melalui diskusi partisipatif oleh BKM bersama masyarakat, kemudian disusun suatu program bersama masyarakat melalui 3 program yaitu asistensi sosial dan jaminan sosial, program pemberdayaan sosial, program peningkatan ekonomi mikro dan menengah melalui kelompok swadaya masyarakat.
(39)
BAB I
V
KONDISI FISIK DAN SOSIAL
KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI
KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH
4.1. Kondisi Geografis Kelurahan Pakembaran
Di Kecamatan Slawi terdapat 5 Kelurahan dan 5 Desa. Batas wilayah Kelurahan Pakembaran terletak di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah. Wilayan Kelurahan Pakembaran berbatasan dengan 5 Desa dan Kelurahan, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Trayeman, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kalisapu, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Slawi Wetan dan Slawi Kulon dan sebelah Barat berbatasan Desa Pedagangan. Kelurahan Pakembaran secara administrasi terbagi atas 9 Rukun Warga(RW), sebelah selatan terdiri dari RW I, RW III, RW VIII, RW, IV, RW V sebelah utara terdiri dari RW II, RW VI, RW VII, RW IX dan 35 Rukun Tetangga (RT) dengan luas wilayah mencapai 138,500 Ha. Dari luas wilayah tersebut merupakan wilayah pemukiman penduduk 99.170 Ha, prasarana umum 27 000 Ha, lahan pertanian 11,500 Ha, Perkantoran 0,480 Ha, Taman 8, 430 Ha. Jarak tempuh Kelurahan Pakembaran ke Ibu Kota Kecamatan adalah 1, 5 kilometer, lama tempuh dengan menggunakan kendaraan umum atau becak 0,30 km / jam. Untuk ke Kota Kabupaten dengan menggunakan kendaraan umum atau becak dengan jarak 1,5 kilo meter, lama tempuh 00,20 / jam. Oleh karena itu Letak geografis yang strategis tersebut maka masyarakat Kelurahan Pakembaran mudah mengakses kegiatan ekonomi atau melakukan aktifitas karena Kelurahan Pakembaran di tengah-tengah kota Kabupaten.
Kelurahan Pakembaran dengan bentangan wilayah daerah datar dengan suhu rata 36 derajat celcius, dari daratan ke permukaan laut berjarak 25 kilo meter dengan jalan datar, jenis kandungan tanah merah dan abu-abu kedalaman 12 meter mempunyai kandungan zat besi, untuk lahan pertanian masyarakat bercocok tanam palawija dan padi. Disekitar pemukiman masyarakat terdapat tanaman perdu, menggambarkan wilayah Kelurahan Pakembaran adalah tanah yang subur, iklim yang sejuk, karena di sebelah selatan Kabupaten Tegal adalah gunung slamet, dengan lama tempuh 3 jam atau 80 kilometer dari Kelurahan Pakembaran,
(40)
maka Kelurahan Pakembaran masuk dalam kaki gunung slamet, sedangkan 25 kilometer ke utara masuk Kota Tegal merupakan pantai utara jawa.
Wilayah Kelurahan Pakembaran, merupakan daerah urban dari desa-desa wilayah Kabupaten Tegal, dengan akses jalan yang menghubungkan dari desa-desa tingkat Kecamatan Slawi sangat terjangkau, karena dilalui jalan raya yang sudah beraspal semua dengan sarana transportasi kendaraan bermotor, mobil, angkutan kota, dokar sepeda ontel, bus yang bisa menghubungkan antar Kabupaten. Kelurahan Pakembaran merupakan daerah yang memiliki potensi tanah yang datar, salah satu Kelurahan dari 5 Kelurahan dan 5 Desa di Kecamatan Slawi, yang masuk dalam Ibu Kota Kabupaten dan memiliki lokasi / komplek ruko serta toko-toko kelontong dan pasar swalayan yang tidak dimiliki oleh Kelurahan lain di Kecamatan Slawi, selain pusat perniagaan sebagian wilayah digunakan perkantoran tingkat Pemerintah Daerah ada di Kelurahan Pakembaran dan aset jalan untuk melakukan aktifitas penduduk sudah beraspal dan pavingisasi pada jalan gang.
Hubungan antara masyarakat Kelurahan Pakembaran dengan ekosistem setempat, dapat dilihat dari bagaimana masyarakat memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam yang terdapat dilingkungannya, masyarakat masih beranggapan bahwa alam sebagai sumber penyedia kebutuhan hidup, secara umum hubungan dengan lingkungan baik menyangkut sistem ekonomi, sistem sosial, maupun kelembagaan yang ada dimasyarakat cukup baik, masyarakat tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengakses sumberdaya alam yang terdapat dilingkungan. Sumberdaya lahan yang ada di Kelurahan Pakembaran adalah memiliki luas wilayah 138,500 ha dan pemanfaatanya untuk pemukiman 99,170 ha, untuk prasarana umum dan prasarana ekonomi 25,500 ha, pertanian 11,500 ha, dari 11,50 lahan pertanian sebagian besar dimiliki oleh golongan lapisan atas. Selain lahan pertanian masih ada potensi lahan kering yang bisa dimanfaatkan.
Fasilitas fisik perekonomian yang ada di Kelurahan Pakembaran sangat beragam diantaranya sebagai berikut ( tabel 3)
(41)
Tabel : 3 Data Lembaga perekonomian Penduduk, jumlah usaha dan tenaga kerja tahun 2008.
nomor Jenis Lembaga Ekonomi Jumlah
usaha Juml Tenaga Kerja
1 Industri Makanan ( roti) 1 10 orang 2 Industri
kerajinan(batako)
3 12 orang
3 Industri mebelair 1 5 orang
4 Usaha perdagangan kecil 125 500 orang
5 Warung makan/minum 50 150 orang
6 Kios kelontong 30 90 orang
7 Bengkel 10 30 orang
8 Toko swalayan 2 400 orang
9 Usaha sablon 3 10 orang
10 percetakan 2 5 orang
Sumber data profil Kelurahan Pakembaran 2008
Dari tabel 3 menggambarkan fasilitas perekonomian dan berpotensi untuk di kembangkan.
4.2 Sistem Sosial
Data kependudukan Kelurahan Pakembaran sampai tanggal 14 januari 2008 mencapai 7.781 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 1.920 KK yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 3.680 jiwa atau 47,29 persen dan penduduk perempuan 4,101 jiwa atau 52,71 persen, dari jumlah penduduk tersebut terdapat keluarga miskin sebanyak 601 kepala keluarga (KK) dengan jumlah anggota keluarga miskin 981 Jiwa.
Penduduk Kelurahan Pakembaran sesuai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif seimbang, ratio jenis kelamin dapat dihitung menurut perbandingan jumlah laki-laki dengan perempuan. Ratio jenis kelamin di Kelurahan Pakembaran dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 3.680 jiwa atau 47,29 persen dan jumlah penduduk perempuan 4.101 jiwa atau 52,71 persen dengan perbandingan sex ratio sebesar 89, berarti bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 89 orang penduduk laki-laki, artinya kemungkinan mortalitas penduduk perempuan Kelurahan Pakembaran lebih tinggi di bandingkan penduduk laki-laki, hal ini bisa juga disebabkan adanya faktor penduduk laki-laki lebih tinggi melakukan migrasi dari pada penduduk perempuan.
(42)
Sedangkan struktur umur dapat diketahui besarnya rasio beban tanggungan, kelompok umur non produktif adalah kelompok umur yang berumur 0 -14 tahun dan diatas 65 tahun, di Kelurahan Pakembaran penduduk usia 0-14 tahun sejumlah 2.961 orang dan kelompok penduduk yang berumur lebih dari 65 tahun keatas sebanyak 364 orang sehingga ratio beban tanggungan (RBT) sebesar 90,5 persen artinya tiap 1000 orang yang produktif di Kelurahan Pakembaran menanggung 995 orang yang tidak produktif, Secara sederhana rasio beban tanggungan merupakan beben yang ditanggung penduduk usia produktif atas penduduk usia non produktif. Berdasarkan Internasional Labour Organization ( ILO) penduduk umur produktif dihitung pada rentang usia 15 – 64 tahun ( Sakernas, 2007)
Tabel : 4 Komposisi Penduduk tahun 2008 menurut umur, jenis kemamin dan sex ratio di Kelurahan Pakembaran
No Komposisi penduduk
Jenis kelamin
Jumlah Sex Ratio L P
1 0-4 488 490 978 99
2 4-9 531 520 1051 102
3 10-14 482 450 932 107
4 15-19 472 499 971 94
5 20-24 368 416 784 88
6 25-29 70 160 230 43
7 30-34 177 240 417 73
8 35-39 181 190 371 95
9 40-44 137 231 368 59
10 45-49 149 189 338 78
11 50-54 116 210 326 35
12 55-59 103 167 270 62
13 60-64 222 159 384 139
14 65 keatas 184 180 364 102
jumlah 3.680 4.101 7.781 89,7
Sumber data : Data Profil Kelurahan Pakembaran 2008
Pendidikan merupakan aset penting agar menjadi tenaga kerja yang terdidik dan terampil sebagai salah satu modal pembangunan, yang merupakan sumber daya lokal di Kelurahan Pakembaran. Data pada 1 januari 2008 jumlah usia kerja 4.459 atau 74,15 persen ( usia 15-64 ) dengan berbagai latar belakang pendidikan mulai dari tamat Sekolah Dasar sampai Sarjana ada di Kelurahan Pakembaran, tingginya angka usia kerja yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keterampilan dapat menjadi beban bagi proses pembangunan itu sendiri, maka perlu adanya langkah atau upaya memberdayakan masyarakat pada usia kerja baik menyangkut aspek pendidikan, sosial, ekonomi, teknologi. Tingkat pendidikan penduduk juga sangat berpengaruh pada kemampuan diri seseorang,
(43)
untuk menentukan suatu tujuan, prilaku dan tingkat pekerjaan. Pemetaan sosial pada penduduk di Kelurahan Pakembaran menunjukkan berbagai lapisan tingkat pendidikan pada komposisi penduduk sebagai berikut :
Tabel : 5 Komposisi Penduduk tahun 2008 Menurut Tingkat Pendidikan, jumlah dan presentase di Kelurahan Pakembaran
nomor Tingkat pendidikan jumlah %
1 Pendidikan usia dini dan TK 459 5,9
2 Pernah sekolah SD tdk tamat 266 2,9
3 Tamat SD/sederajat 1. 667 21,42
4 Tamat SLTP 2.562 32,9
5 Tamat SLTA 1.913 24,5
6 Tamat D1 271 3,48
7 Tamat D2 022 2,59
8 Tamat D3 221 2,84
9 Tamat S1 50 0,64
10 Tamat S2 20 0,25
jumlah 7.781 100 % Sumber data profil Kelurahan Pakembaran 2008
Dari data tersebut tingkat pendidikan SLTP presentasinya paling tinggi dan tingkat pendidikan SLTA pada urutan ke 2, pendidikan Sekolah Dasar ada pada urutan ke 3, artinya bahwa rendahnya pendidikan menentukan seseorang pada kemampuan untuk mengakses sesuatu kegiatan dan rendahnya pendidikan juga menentukan lapangan pekerjaan, serta mata pencaharian karena sesuai dengan program wajib belajar 9 tahun, baru memenuhi program baca dan tulis, belum mampu untuk mengakses keterampilan yang akan bersaing untuk mengisi pasar kerja.
Dengan penduduk 7.781 dan luas 138.500 Ha, merupakan potensi yang sangat berarti bagi pembangunan, apabila sumberdaya manusianya dikelola dengan baik, yaitu adanya perhatian yang serius dari pemerintah, maupun stakeholders yang peduli terhadap kehidupan penduduk Kelurahan Pakembaran. Agar mereka bisa hidup sejahtera, maka perlu adanya pemberdayaan dan perhatian semua pihak turut serta dalam membantu meningkatkan kualitas penduduk, melalui pendidikan pelatihan keterampilan pembuatan KUBE, membuka lapangan pekerjaan disektor formal maupun informal.
Sumberdaya yang tak kalah penting di Kelurahan Pakembaran adalah modal ekonomi dan modal sosial yang dimiliki masyarakat. Modal ekonomi menyangkut aset masyarakat yang kaitanya dengan materi, serta usaha yang dikelola
(44)
masyarakat di Kelurahan Pakembaran, sebagai investasi seperti komplek ruko, usaha pedagang kaki lima, pedagang keliling, arisan ibu-ibu dan bapak-bapak pada tingkat RT dan RW, modal pinjaman bergulir untuk KSM yang dikelola BKM, merupakan modal yang bisa dijadikan sumberdaya lokal. Modal sosial merupakan sifat kebersamaan pada kehidupan dimasyarakat untuk terciptanya kerukunan (gotong royong) dimasyarakat tanpa adanya persaingan, di samping itu adanya ikatan sosial di dalam kelembagaan masyarakat, perkumpulan dan kelompok-kelompok yang terbentuk karena adanya kepercayaan, kerjasama dan jaringan yang terbentuk dengan baik, sehingga keberadaan berbagai kegiatan ekonomi lokal dapat terus berkembang. Di Kelurahan Pakembaran terdapat kelompok swadaya masyarakat (KSM) sebanyak 31 kelompok yang beranggotakan 309 orang dengan aneka ragam usaha masyarakat dan difasilitasi modal pemerintah untuk usaha ini merupakan aset bagi pemerintah, dalam pemberdayaan masyarakat.
Mata pencaharian penduduk Kelurahan Pakembaran, terdiri dari buruh/swasta, buruh tani, pedagang, petani, pengusaha, pengrajin, PNS, TNI/POLRI dan lain-lain.
Tabel 6 : Data Jenis Mata pencaharian, presentase dan jumlah masyarakat Kelurahan Pakembaran tahun 2008.
Nomor Mata Pencaharian Jumlah %
1 Petani 450 5,78
2 Buruh Tani 1.350 17,34
3 Buruh /swasta 2.420 31,10
4 Pegawai negeri 53 0,68
5 Pedagang 520 6,68
6 Pengrajin 135 1,73
7 Montir 20 0,25
8 Dokter 3 0,03
9 Penjahit 10 0,12
10 Tukang batu 55 0,70
11 Tukang kayu 35 0,44
12 Sopir 17 0,21
13 Pengemudi becak 24 0,30
14 TNI/POLRI 85 1,09
15 Pengusaha 147 1,88
16 Pensiun 101 1,29
Jumlah 5.425 100 Sumber data profil Kelurahan Pakembaran 2008
(45)
Penduduk Kelurahan Pakembaran sebagian besar bermata pencaharian pokok buruh, terdiri dari buruh swasta sebesar 2.420 atau 31,10 persen dan buruh tani 1.350 orang atau 17,34 persen, ada keterkaitan dengan tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Pakembaran. Dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tidak adanya modal usaha yang bisa dijadikan mata pencaharian, maka penduduk Kelurahan Pakembaran banyak yang bekerja pada sektor jasa dan dagang, karena sumberdaya ekonomi lebih menjanjikan yaitu kehidupan masyarakatnya berada pada wilayah kota Kabupaten Tegal yang terdapat komplek rumah toko dan pusat perbelanjaan.
Untuk mendukung kerja pemerintahan di Kelurahan Pakembaran secara alamiah masyarakat membentuk kelembagaan dan organisasi sosial, muncul dan terbentuknya kelembagaan masyarakat, adanya inisiatif masyarakat dibentuk karena kebutuhan bersama, semakin maju perkembangan masyarakat semakin banyak dan komplek kelembagaan dibentuk. Pembentukan kelembagaan berorientasi pada tujuan pelayanan, pemenuhan kebutuhan dan sifat keanggotaan dalam kelembagaan.
Lembaga kemasyarakatan dan organisasi sosial yang ada di Kelurahan Pakembaran sebagai berikut :
a. Lembaga ketahanan masyarakat desa . Sebagai lembaga pertimbangan bagi pemerintah kelurahan untuk melakukan rembug warga sebelum diputuskan untuk diambil kebijan dan keputusan desa/kelurahan.
b. Lembaga Pemerintahan. Kelurahan, Rukun warga, Rukun tetangga, masing-masing lembaga mempunyai forum, untuk tingkat Kelurahan ada forum Kelurahan, yang dihadiri oleh seluruh ketua RW/RT, tokoh masyarakat, tokoh agama.
c. Badan Keswadayaan Masyarakat. Merupakan lembaga Independen yang dalam pola kerjanya untuk mengelola kegiatan yang berkaitan dengan program P2KP yang ada pada tingkat Kelurahan.
d. Kelompok Swadaya Masyarakat. Sebagai kelembagaan yang ada masyarakat kelurahan berfungsi untuk pemberdayaan pada masyarakat miskin yang dibentuk oleh BKM sebagai penerima dan pelaku program P2KP.
e. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Sebagai wadah organisasi wanita yang ada dimasing-masing RT/RW.
(46)
f. Posyandu. Kelembagaan masyarakat yang berfungsi untuk membantu masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak sebagai pertolongan yang berkelanjutan.
g Lembaga Pendidikan Agama / orgasisasi keagamaan. Berfungsi untuk mendidik dan membimbing masyarakat yang merupakan kelembagaan sosial secara independen
h. Karang Taruna. Merupkan lembaga kepemudaan untuk menjaring dan membina pemuda di tingkat kelurahan untuk meningkatkan kreatifitas remaja. i. Kelompok Pengajian / jamiahan. Kelembagaan Yang berfungsi untuk
membimbing bagi warga yang beragama Islam.
4.3. Nilai ( Kultur ) Masyarakat Kelurahan Pakembaran
Nilai dapat diartikan sebagai kepercayaan, pilihan, atau asumsi tentang apa yang baik untuk manusia. Nilai sosial/ masyarakat diartikan sebagai sikap dan perasaan yang diterima oleh masyarakat sebagai dasar untuk merumuskan apa yang benar dan penting, di samping itu nilai sosial dapat juga dirumuskan sebagai petunjuk atau tafsiran secara sosial terhadap suatu obyek baik yang bersifat material, maupun yang non material. Pada nilai ( kultur ) masyarakat Kelurahan Pakembaran terdiri dari agama, budaya dan lapisan masyarakat.
Masyarakat Kelurahan Pakembaran dalam kehidupan sehari-hari, lebih kental dengan kehidupan masyarakat agamis dan mayoritas masyarakatnya beragama islam, terlihat pada tiap-tiap RW terdapat masjid dan Taman Pendidikan Al- Qur’an (TPQ) serta berbagai kegiatan agama islam dimasyarakat sangat kental, sehingga tokoh agama juga memiliki tingkat penghargaan yang tinggi dimata masyarakat seperti ustadz dan kyai. Budaya masyarakat Kelurahan Pakembaran mengutamakan kerukunan dan hidup bermasyarakat, menjadikan modal sosial yang harus ditumbuh kembangkan, pada kegiatan masyarakat seperti Karang Taruna, ikatan remaja masjid, kegiatan ibu dan bapak-bapak dalam pengajian, paguyuban kematian dan lansia tingkat desa, paguyuban tahlilan, Kelompok Swadaya Masyarakat, Badan Keswadayaan Masyarakat.
Pelapisan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya di dalam proses pertumbuhan masyarakat, namun dapat pula terjadi dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan (seperti keluarga yang mampu membiayai
(47)
anak-anaknya melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi dan menjadi pegawai atau memperoleh pekerjaan yang lebih layak). Ukuran yang digunakan masyarakat untuk melihat apakah keluarga tersebut punya apa tidak pada pelapisan sosial masyarakat Kelurahan Pakembaran, yang paling atas adalah kepemimpinan formal( Kelurahan) dan selajutnya kepemimpinan informal seperti tokoh masyarakat ( anggota TNI, POLRI, PNS, tokoh politik dan pensiunan ), lapisan berikutnya adalah tokoh agama ( kyai, ustad ), pada tokoh informal tersebut merupakan panutan masyarakat dan juga sebagai kepanjangan tangan, aparat Kelurahan Pakembaran untuk menentukan arah pembangunan, selanjutnya orang-orang yang dipandang cukup dan menjadi relawan.
Masyarakat Kelurahan Pakembaran menaruh rasa hormat terhadap seseorang yang memiliki jabatan, baik jabatan ditempatnya bekerja, jabatan dalam kepengrusan RT/RW, lembaga agama, lembaga pemerintah maupun kegiatan-kegiatan organisasi lainya, baik jabatan formal maupun jabatan informal. Masyarakat menaruh kepercayaan yang tinggi sehingga setiap kata dan perbuatannya dihargai dan dilaksanakan, terlebih kepada orang yang memiliki kepedulian yang tinggi dalam pengembangan masyarakat, Tokoh-tokoh tersebut diantaranya ketua RT, ketua RW, aparat kelurahan. Tokoh-tokoh pada jabatan formal memiliki peranan dalam masyarakat terutama yang menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat administratif, misalnya masyarakat membutuhkan surat-surat untuk kepentingan mengurus akte kelahiran, akte jual beli tanah, pembuatan KTP surat keterangan tidak mampu dan sebagainya, sedangkan tokoh-tokoh pada jabatan informal seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, pengurus lembaga keuangan setempat.
Pelapisan sosial masyarakat Kelurahan Pakembaran ditentukan juga pada tingkat pendidikan, masyarakat memandang bahwa seseorang melalui pendidikan akan mempunyai wawasan, pola berfikir, dan cara seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapainya. Masyarakat menyadari semakin tinggi pendidikan, maka kemampuan seseorang untuk mengolah informasi berbagai sudut pandang, sehingga dapat menangani masalah dengan tepat. Dalam pelapisan sosial di Kelurahan Pakembaran, tokoh-tokoh dengan berbagai karastetistik baik secara formal maupun informal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya bahu membahu bersama masyarakat dalam pengembangan kegiatan-kegiatan yang
(48)
dirasakan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tokok-tokoh farmal dan informal bersama-sama menentukan prioritas pembangunan di wilayah masing-masing untuk diusulkan dan dijalankan sebagai program pembangunan. Pembahasan mengenai pelaksanaan pembangunan diwujudkan dengan adanya kegiatan bulanan pada tingkat RT dan RW yang diikuti oleh tokoh masyarakat dan masyarakat dimasing-masing RW.
Jejaring Sosial terbentuk karena lapisan-lapisan masyarakat, yang membentuk komunitas untuk suatu tujuan, jejaring sosial terbentuk bisa secara formal maupun alamiah, dari pengamatan di Kelurahan Pakembaran jejaring sosial secara formal, manakala ada kepentingan Pemerintah untuk menentukan pembangunan masyarakat, maka perlu adanya musyawarah bersama melalui tokoh formal dan informal, kegiatan rutin dalam jejaring sosial dilakukan oleh tokoh masyarakat melalui pertemuan rutin RT dan RW dilakukan tiap bulan sekali dan jejaring informal dilakukan melalui pengajian mingguan ibu-ibu pengajian tahlilan oleh bapak-bapak.
Fungsi kontrol lembaga masyarakat pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga masyarakat, maupun organisasi sosial merupakan kegiatan rutin masyarakat, yang tanpa adanya pembinaan dari pemerintah kelurahan, mereka sudah aktif dengan cara kekerabatan dan kekeluargaan yang mengutamakan kebersamaan (gotong royong) pada masyarakat Kelurahan Pakembaran. Aturan-aturan masyarakat yang ditetapkan baik secara tertulis seperti ( Aturan-aturan yang ada pada tataran RT/RW LKMD, lembaga keuangan di tingkat kelurahan ) maupun tidak tertulis ( ikatan ibu-ibu dan bapak dalan pertemuan pengajian mingguan, kegiatan kebersihan lingkungan pada tingkat RT dan RW ) mengacu pada kelembagaan yang mereka bentuk, masih terasa adanya kebersamaan sebagai modal sosial yang dilestarikan masyarakat.
Jejaring sosial yang paling dominan yang dimiliki masyarakat Kelurahan Pakembaran adalah gotong royong dan kekerabatan ( persaudaraan) baik di tingkat tetangga, kelompok pengajian dan organisasi kelembagaan di tingkat Kelurahan yang diikat adanya arisan pada anggotanya, merupakan modal dasar bagi Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah daerah untuk memberdayakan masyarakat melalui program-programnya. Seperti penuturan salah seorang informen (MR) berikut :
(49)
“...kelurahan pakembaran merupakan daerah urban bagi daerah wilayah Kabupaten Tegal, banyak pendatang yang mencari penghasilan dan bekerja di wilayah kelurahan pakembaran, karena sebagai pusat perbelanjaan dan pasar tradisional, walaupun pakembaran banyak masyarakat pendatang, namun kerukunan warga masyarakatnya tetap terjaga, bahkan masyarakat pendatang setiap ada kegiatan masyarakat ikut di dalamnya, biasanya kegiatan yang mengikat masyarakat kelurahan pakembaran yang bersifat keagamaan dan pertemuan warga untuk membahas pembangunan “
Fungsi pengurus RT dan RW terhadap kegiatan masyarakat sangat dominan, aturan yang dibuat masyarakat untuk disepakati bersama dan dilakukan untuk kepentingan masyarakat, misalnya ( kegiatan kerja bakti bersama, pembagian kapling bersih lingkungan ) pengaruh ketua RT/RW serta ketua lembaga di Kelurahan Pakembaran sangat dipatuhi oleh warganya.
(50)
BAB V
FUNGSI BKM DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN.
Tahapan utama pada program penanggulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah membuat perencanaan program, oleh panitia pelaksanaan penanggulangan kemiskinan yang terdiri dari anggota BKM dan unsur masyarakat / relawan untuk menyusun perencanaan jangka menengah (PJM) dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
5.1. Identifikasi Masalah/Kebutuhan .
Pelaksanaan identifikasi masalah/kebutuhan bertujuan untuk memperoleh data riil masyarakat miskin dimasing-masing RT, yang dilakukan oleh BKM bersama masyarakat Kelurahan Pakembaran. Pelaksanaannya dimulai dari pertemuan warga pada tingkat RT dan mempelajari data profil kelurahan kemudian BKM bersama masyarakat merencanakan program penanggulangan kemiskinan dengan melihat, 1) Permasalahan sosial masyarakat miskin yang harus diselesaikan bersama, melalui program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dengan dukungan masyarakat dan potensi yang dimilikinya, 2) Keadaan atau kejadian yang menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi miskin dan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat yang mendukung terjadinya kemiskinan, 3 ) Tingkat kebutuhan dasar masyarakat miskin ( perumahan, pekerjaan, modal usaha ) yang harus dimiliki, 4) Lingkungan pemukiman yang tidak layak sehingga pencemaran dan kerusakan alam berdampak pada masyarakat miskin semakin menderita.
Proses identifikasi oleh BKM Kelurahan Pakembaran dilaksanakan pada pertemuan warga tingkat RT yang dihadiri pula oleh masyarakat miskin, pelaksanaanya melalui dua tahapan sebagai tahapan pengungkapan kebutuhan dasar atau permasalahan yang dirasakan masyarakat miskin yaitu ; 1) Tahap identifikasi. Bertujuan untuk pengungkapan masalah/ kebutuhan data masyarakat miskin dan identifikasi kebutuhan penunjang bagi masyarakat miskin berupa usulan pembangunan infrastruktur lingkungan masyarakat miskin dimasing-masing RT, 2) Melakukan pengamatan langsung dilingkungan masyarakat, untuk memperoleh data masyarakat miskin, serta masalah yang dirasakan bagi
(1)
L
A
PIRAN FOTO
KEGIATAN KAJIAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
(2)
L
A
MPIRAN FOTO KEGIATAN
Wawancara mendalam bersama anggota BKM Kel.Pakembaran
(3)
Anggota BKM Pakembaran dalam pertemuan rutin untuk merencanakan program-programnya.
(4)
(5)
(6)
Bangunan rumah keluarga miskin yang dibiayai oleh P2KP
TAHAP PERBAIKAN GUMAH GAKIN MELALUI P2KP DI KELURAHAN PAMENBARAN