Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos yang Merepresentasikan Konsep Jihad

Denotasi Pada gambar pertama, terlihat Mansoor menggenggam mic, sedang menyanyikan sebuah lagu dengan wajah yang tersenyum. Sementara itu, di gambar berikutnya, ada sekelompok orang berpakaian putih-putih, berpeci, dan berjanggut beramai-ramai menghancurkan set panggung malam itu, pada gambar ke-tiga, terlihat salah satu dari mereka terlihat berteriak-teriak sambil mengepalkan tangannya. Konotasi Konotasi yang ingin disampaikan oleh gambar ini adalah adanya kontradiksi antara dua golongan Islam, yang diwakilkan oleh Sarmad yang mencintai musik, dan orang-orang berbaju putih, berpeci, dan berjanggut tersebut, sehingga terlihat bahwa ada ketidaksukaan atau kebencian terhadap musik. Jadi, dalam hal ini adalah adanya perbedaan pemahaman tentang hukum musik dalam Islam. Pakistan adalah negara yang sejak lama bergulat dengan identitas Islam di negerinya, sejak tahun 1956 konflik antara kaum sekuler modern yang menginginkan modernisasi yang berkiblat pada barat, dan pihak tradisionalis yang diwakili pemuka agama yang konservatif. Konflik ini serta merta mempengaruhi kehidupan bernegara, karena kedua kelompok menginginkan ideologinya menjadi identitas resmi Pakistan dan secara tidak langsung berefek pada penegakan hukum-hukum yang ada di negara tersebut, sehingga secara luas mempengaruhi pemahaman tentang nilai-nilai kebenaran yang dianut masing-masing kelompok. Dapat dikatakan bahwa mereka yang cenderung konservatif, digambarkan oleh sekelompok orang yang menganggap bahwa musik dan tari-tarian adalah hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, dengan kata lain, mereka mengganggap bahwa musik itu adalah kemunkaran. Dan bahwa pemahaman mereka tentang kemunkaran adalah melarangnya, maka musik menjadi hal yang harus diberantas, sehingga mereka masuk pada istilah jihad dalam rangka amar ma‟ruf nahi munkar menegakkan kebenaran dan mencegah perbuatan keji. Putih adalah simbol dari kesucian, keluhuran, dan kebersihan. Jadi, untuk menghapuskan „kekotoran‟ tersebut, dalam hal ini dalam agama. Mitos Ada perbedaan pemahaman dalam Islam tentang musik. Musik adalah eskspresi jiwa seseorang yang tidak perlu dikaitkan dengan agama. Sementara di sisi lain, musik, tari-tarian, adalah hal yang haram yang harus dimusnahkan. Ini adalah perbedaan fiqh yang sering terjadi, bukan hanya dalam masalah musik saja. Mitos berikutnya adalah Islam masih dipahami secara simbolis, lewat pakaian yang dikenakan dan fisik mereka. Sehingga nilai-nilai dominan yang berlaku di dunia ini adalah bahwa ada sekelompok muslim yang menggunakan pakaian putih-putih dan berjenggot kerap kali melakukan kegiatan kekerasan yang oleh mereka dianggap sebagai salah satu bentuk penegakan agama Allah di muka bumi. Generalisasi ini sangat berbahaya karena tidak semua mereka yang berpakaian putih-putih dan berjanggut adalah mereka yang melakukan kekerasan atas nama Tuhan, dan identik dengan terorisme dan radikalisme. Sehingga pada akhirnya makna jihad tereduksi menjadi kekerasan atas nama agama, yang bukan makna sebenarnya. Pada akhirnya, generalisasi ini juga melahirkan citra Islam yang dianggap tidak memiliki toleransi terhadap sekelompok orang yang cenderung menyimpang dari aqidah yang mereka imani. 2 Scene 2 Setelah kejadian penyerangan latihan musiknya saat malam tahun baru, Sarmad mengalami sebuah dilema akan sikap keislamannya selama ini. Maka ia menemui Maulana Tahiri, seorang tokoh Islam, yang membuat Sher Shah temannya yang juga musisi, meninggalkan kegiatan musiknya sama sekali, karena ingin menjalankan Islam dengan baik. Saat Sarmad mendatangi Maulana Tahiri di Masjid Wazir Khan, Lahore, Pakistan, ia sedang berbicara tentang kegiatan jihadnya pada seorang reporter dari Barat. Setelah mendapat pemahaman dari Maulana Tahiri, perlahan Sarmad mulai merubah dirinya dan lingkungan keluarganya. Visual Dialog Suara Type of Shot - - Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada. Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat Maulana Tahiri: from all over the world have gathered in Afghanistan adegan berada. medium close-up, sosok tubuh manusia mendominasi frame, gesture nya terlihat jelas. Denotasi Terlihat dua orang sedang berjalan di pelataran masjid, dia adalah Sarmad dan Sher Shah. Pada gambar kedua, long shot digunakan sebagai establishing shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat. Sehingga dapat terlihat tempat dimana adegan itu berada. Kemudian, diperlihatkan sosok Maulana Tahiri yang sedang diwawancarai oleh salah satu media dari Barat. Konotasi Masjid Wazir Khan di Lahore adalah masjid yang menjadi simbol Pakistan. Masjid tersebut sangat indah dan megah dengan warna merah yang kontras dengan langit yang biru. Arsitekturnya didominasi oleh detail khas Persia dan Mughal. Selain menjadi simbol di negaranya, masjid ini juga memiliki polemiknya tersendiri. Beberapa sumber dari media online mengatakan, bahwa restorasi masjid ini ternyata didanai oleh Amerika Serikat US taxpayers dalam rangka cultural funding project, dari data, dana yang dikeluarkan adalah sekitar 31,015. 60 Sehingga secara tidak langsung, konotasi yang ingin disampaikan adalah ada negara-negara tertentu yang seolah-olah memberikan bantuan atau memiliki andil dalam beberapa kegiatan jihad di negara-negara Islam. Mitos Masjid adalah salah satu simbol dari agama Islam, seperti halnya Katolik dengan Gereja, atau Budha dengan Vihara. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid juga merupakan sarana tempat kegiatan-kegiatan agama Islam dilakukan. Pengajian, misalnya. Maka, ketika sebuah masjid dijadikan sebuah sarana untuk memasukkan doktrin-doktrin tentang jihad yang keras, maka Islam lah menjadi sasarannya. Sehingga, konotasi- konotasi tentang jihad yang penuh kekerasan, 60 http:infidelsarecool.com20100830a-list-of-foreign-mosques-being-funded-by-us-taxpayers-with- cost-details diakses pada 16 Maret 2011 diwacanakan secara parsial sehingga melekat dalam konsep jihad Islam yang agung. 3 Scene 3 Setelah mengikuti beberapa pertemuan dengan Maulana Tahiri, perlahan-lahan ia mulai merubah dirinya, dimulai dari memanjangkan janggut dan menggunakan sorban serta baju panjang. Kemudian, untuk pertama kalinya Sarmad mulai mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Visual Dialog Suara Type of Shot - - - Medium shot , gesture dan ekspresi wajah ditampakkan, dan sosok manusia terlihat dalam frame Close up, memperlihatkan gambar wajah secara detail. Medium shot, memperlihatkan gambar secara netral, latar dan objek terlihat seimbang. Denotasi Dalam gambar terlihat, pada malam hari, Sarmad dan Sher Shah sedang melempari gambar- gambar di baliho yang berdiri di sekitar Lahore dengan bola tenis yang sudah dilumuri cat hitam. Gambar-gambar itu kebanyakan berupa wanita yang tidak menggunakan jilbab dan memakai pakaian yang terbuka. Pada saat itu raut wajah Sarmad terlihat masih ragu dengan apa yang ia lakukan, karenanya Sher Shah lah yang melakukan pelemparan tersebut. Konotasi Hitam adalah lambang dari keburukan, hal-hal buruk. Cat-cat yang menempel pada gambar-gambar tersebut memberikan efek psikologis pada penontonnya untuk mengidentikkan gambar-gambar tersebut sebagai sesuatu yang buruk. Adapun yang buruk atau jahiliah tersebut tentu saja tidak sesuai dengan syariat Islam, oleh karena itu harus ditunjukkan kepada masyarakat banyak dengan cara merusaknya karena perusakan tersebut bisa diartikan sebagai ketidaksukaan atau ketidaksetujuan. Sebagai salah satu negara dengan populasi muslim terbesar ke-2 setelah Indonesia, adalah wajar jika sekelompok orang di Pakistan menginginkan tegaknya syariat Islam di negaranya. Mitos Keburukan harus dilawan dengan kebaikan, sayangnya pemahaman tentang baik dan buruk seringkali disalahartikan. Pemahaman yang keras tentu akan melahirkan tindakan yang keras juga. Hanya di sedikit negara kelompok mayoritas mengatakan bahwa syariat seharusnya tidak punya peran dalam masyarakat, tetapi di kebanyakan negara, hanya minoritas yang menginginkan syariat sebagai satu-satunya sumber hukum. Di Yordania, Mesir, Pakistan, Afghanistan, dan Bangladesh. 61 Mitos dalam gambar ini juga merupakan potret golongan Islam yang dengan perasaan kepercayaannya bahwa Islam adalah agama yang paling haq, maka merusak dan memberontak dianggap masalah yang paling besar pahalanya. 4 Scene 4 Mary, setelah dipaksa menikah dengan Sarmad oleh ayahnya. Tinggal di desa FATA. Ia ditinggalkan oleh ayahnya di sana agar tidak menikah dengan Dave, pacarnya, lelaki Inggris yang bukan muslim. Pada suatu ketika, Sarmad dan Sher Shah, melakukan perjalanan ke kota. Mary yang mengetahui hal tersebut, menjadikan hal ini sebagai kesempatan untuk melarikan diri. Sayangnya, ketika ia sudah hampir lolos, kedua lelaki itu datang, dan membawa Mary kembali ke daerah itu. 61 John L. Esposito Dalia Mogahed, Saatnya Muslim Bicara Opini Umat Muslim tentang Islam, Barat, Kekerasan, HAM, dan Isu-Isu Kontemporer Lainnya, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008, h. 74. Visual Dialog Suara Type of Shot Tidak ada dialog, hanya dilatari oleh musik saja. Long shot, menunjukkan tempat dimana adegan ini berada, fisik manusia masih terlihat, dan latar panorama terlihat di dalam frame. Long shot, menunjukkan tempat dimana adegan ini berada, fisik manusia masih terlihat namun sangat kecil, dan latar panorama terlihat di dalam frame. Long shot, menunjukkan tempat dimana adegan ini berada, fisik manusia masih terlihat namun sangat kecil, dan latar panorama terlihat di dalam frame. Denotasi Pada gambar tersebut terlihat Mary menggunakan pakaian tradisional Pakistan, Burqa, untuk menutupi seluruh tubuhnya. Ia berusaha melarikan diri dari desa tempatnya tinggal, menuju bukit di mana satu-satunya transportasi yang menyambungkan desa tersebut dengan jalan umum berada. Transportasi itu berupa kereta gantung yang hanya bisa ditarik oleh orang yang berada di seberangnya. Sayangnya, proses pelarian diri itu gagal, dan Mary harus kembali lagi ke desa tersebut. Konotasi Dari gambar tersebut terlihat adanya kesungguhan mujâhadah sebuah usaha yang kuat dilakukan Mary untuk merubah keadaannya yang merasa terpenjara dalam desa itu. Kesungguhan itu terlihat dari bagaimana ia mempersiapkan dirinya untuk melarikan diri, yaitu dengan menggunakan burqa, pakaian tradisional yang sering digunakan dibeberapa daerah di Afghanistan dan Pakistan Hal ini digunakannya sebagai penyamaran untuk mengantisipasi orang- orang sekitar yang akan mengenalinya. Sehingga mereka mengira dia adalah penduduk desa biasa, dan bukan orang asing yang patut dicurigai. Hal ini sangat sesuai dengan salah satu konteks jihad yang berarti bersungguh-sungguh untuk merubah keadaan diri sendiri. Dalam surat Ar- Ra‟du ayat 11, Allah berfirman:             Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri. ” QS 13:11 Mitos Daerah FATA adalah daerah yang berbatasan langsung dengan Afghanistan, secara tidak langsung, kulturnya sangat dekat dengan negara yang menjadi markas Thaliban itu. Mitos yang terlihat adalah keterkungkungan orang muslim di dalam sebuah lingkungan yang dianggap menjalankan ajaran agama yang terlalu keras. Potret Mary di dalam desa tersebut juga menjelaskan bahwa terjadi bias gender, di mana dalam kelompok ini perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki sehingga kehidupannya harus dibatasi oleh peraturan-peraturan yang dianggap mengungkung kebebasan dan hak-hak mereka sebagai perempuan. Penggunaan sistem pingitan dan keharusan menggunakan pakaian panjang dan cadar seperti ini sebenarnya merupakan adat istiadat yang lazim di Pakistan. Sehingga, kemudian juga melahirakan mitos bahwa wanita yang berhijab atau menggunakan jilbab dijadikan lambang status inferior perempuan di dunia muslim. 5 Scene 5 Adegan dimulai dari kota Chicago, Amerika Serikat. Mansoor, yang masih meneruskan hasrat bermusiknya, pergi ke Chicago untuk melanjutkan sekolah musik. Di sana, ia satu-satunya orang asia, dan juga satu-satunya yang muslim. Namun, didorong oleh keseriusannya mengejar cita-citanya itu, latar belakang dirinya yang berbeda tidak dijadikan penghalang. Visual Dialog Suara Type of Shot - Mansoor mulai menyanyikan lagu berbahasa Urdu Suara-suara alat musik lain bercampur dengan piano yang dimainkan Mansoor. Long shot, menunjukkan tempat dimana adegan ini berada, fisik manusia masih terlihat namun sangat kecil, sementara latar mendominasi. Medium close up, profil subyek ditonjolkan, namun latar dapat terlihat dengan baik Medium close up, profil subyek ditonjolkan, namun latar dapat terlihat dengan baik Denotasi Mansoor yang sangat mencintai musik, dengan tekad dan harapannya yang besar pergi ke Amerika Serikat, tepatnya ia masuk ke The School of Music, Chicago. Murid-murid lain yang berbeda kultur dengannya bercampur di situ. Pada awal pertama perkuliahan, masing-masing orang harus memperkenalkan musik mereka, sebagai satu- satunya orang Asia, Mansoor menyanyikan lagu berbahasa urdu, yang berasal dari negaranya sendiri, Pakistan. Konotasi AS adalah negara multikultur yang mengklaim dirinya sebagai negara demokrasi, yang terbuka pada semua perbedaan apapun. Di sini diperlihatkan bahwa perbedaan bisa menjadi hal yang indah, lewat harmoni yang digabungkan antara musik Asia Mansoor dan alat-alat musik lain. AS juga dianggap dapat menjadikan hidupnya lebih baik. Meski tidak secara langsung bersinggungan dengan konteks jihad, perjuangan yang dilakukan Mansoor untuk dirinya sendiri ini membuktikan adanya suatu kesungguhan yang dilakukannya dalam rangka mengejar ilmu yang ia inginkan. Meskipun harus bermil-mil jauhnya dari negaranya, Pakistan. Jadi dapat terlihat bahwa Mansoor berjihad dengan caranya sendiri, dengan menyebarkan musiknya ia akan ada pesan kebaikan meskipun bukan berupa dakwah yang nyata, yang dapat tersampaikan. Mitos Mansoor adalah seorang Pakistan yang akan membawa identitas muslimnya dimanapun ia berada, tanpa simbol-simbol yang sudah umum melekat pada orang Islam, seperti janggut, peci, atau jubah. 6 Scene 6 Kelompok Maulana Tahiri, melakukan jihad melawan sesama orang Pakistan yang berbeda kelompok dengan mereka, karena mereka dianggap sebagai kaki tangan Amerika. Visual Dialog Suara Type of Shot Maulana Tahiri: we prefer to be martyr of Islam Sher Shah: Shout in God‟s name Pengikut Maulana Tahiri: God is great Medium Close-up, meperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak terlalu dominan. Medium Shot, meperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominant dalam frame. Close up, memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas dan fokus Denotasi Gambar ini memperlihatkan sebuah persiapan yang dilakukan oleh Maulana Tahiri sebelum mereka melakukan perang. Ia terlihat berbicara dan memotivasi para pengikutnya untuk menjadi martyr syuhada di jalan Allah. Sementara para pengikutnya merespon dengan meneriakkan nama Tuhan sebelum melakukan jihad. Konotasi Meneriakkan nama Tuhan, berarti menganggap apa yang mereka lakukan ini adalah perjuangan yang dilakukan atas nama Tuhan. Dengan kata lain, jihad adalah perjuangan yang dilakukan atas nama Allah swt, meskipun yang dilawan adalah saudara mereka sendiri, sesama muslim. Selain itu, di sini terlihat dapat melihat adanya ketaatan yang kuat pada pemimpin pergerakannya, terlihat dari keseriusan mereka mendengarkan pengarahan dari Maulana Tahiri. Orang-orang Barat para orientalis biasa menyebut hal ini sebagai sebuah taklid ketaatan buta. Mitos Mitos dalam gambar ini adalah salah satu konstruksi konsep jihad yang diidentikkan dengan holy war atau perang suci. Frasa ini memang dikenal di negara-negara yang di dalamnya terdapat kelompok-kelompok Islam yang cenderung keras, atau media menyebutnya sebagai radikal dan ekstrimis. Dalam sebuah jejak pendapat di Gallup pada tahun 2001, 10.004 orang dewasa di negara berpenduduk mayoritas muslim diberi pertanyaan tentang makna jihad. Di empat negara Arab Lebanon, Kuwait, Yordania, dan Maroko jawaban yang paling sering digunakan adalah “kewajiban kepada Allah”, “tugas suci”, atau Ibadah kepada Allah tanpa menghubungkannya dengan peperangan. Sementara itu, di tiga negara non-Arab Pakistan, Iran, dan Turki, sejumlah kecil responden yang cukup signifikan menyatakan bahwa jihad adalah “mengorbankan nyawa sendiri demi kepentingan Islam Allah keadilan atau perang melawan musuh Islam. 62 62 Ibid., h. 45 Sayyid Qutb mengatakan bahwa jihad dengan tujuan membela diri adalah penyesatan opini barat untuk melemahkan konsep jihad yang ada dalam Islam. Karena, jihad dalam Islam tidak ada hubungannya dengan peperangan-peperangan manusia zaman kini. 7 Scene 7 Setelah mendapat instruksi dan melakukan persiapan untuk perang dari Maulana Tahiri sebelumnya. Akhirnya, untuk pertama kalinya Sarmad menjalani jihad pertamanya di daerah Nangarhar, Afghanistan, bersama Sher Shah dan kelompok Maulana Tahiri yang memang sudah sering melakukan kegiatan semacam itu. Visual Dialog Suara Type of Shot Suara tembakan bergemuruh Sher Shah: this is Jihad Holy war - Long shot, menunjukkan tempat dimana adegan ini berada, sehingga latar sangat mendominasi. Medium close up, profil subyek ditonjolkan, namun latar dapat terlihat dengan baik Medium close up, profil subyek ditonjolkan, namun latar dapat terlihat dengan baik Denotasi Suasana perang antar kelompok tersebut terlihat sangat dahsyat, debu-debu mesiu dan bom terlihat mengepul menutupi bangunan. Berlindung di balik tembok, Sarmad masih diliputi keraguan yang besar tentang apa yang ia lakukan, terlihat dari raut wajahnya yang diliputi ketegangan bercampur dengan menahan tangis. Sementara Sher Shah, terlihat lebih berani dan ia menuntun Sarmad untuk melakukan hal yang sama, dengan cara mencontohkan bagaimana ia membunuh musuh mereka dengan menembaknya. Konotasi Konotasi yang terlihat dalam adegan ini adalah jihad dalam makna perang dan kegiatan- kegiaan yang berbau militer. Ini terlihat dari senjata- senjata yang digunakan, juga efek yang ditimbulkan, seperti kehancuran pada bangunan-bangunan. Dalam perang juga diperbolehkan membunuh musuh karena tujuan perang memang memperoleh kemenangan. Lewat tokoh Sarmad yang terlihat bimbang dan ketakutan dalam melaksanakan jihad pertamanya itulah yang oleh sutradara film ini, seolah menggambarkan ada kesalahan interpretasi dalam jihad yang mereka yakini, sehingga pengimplementasiannya pun menjadi tidak sesuai dengan konsep jihad Islam yang komprehensif dan humanis. Mitos Keragaman makna jihad dalam Islam melahirkan implementasi yang berbeda-beda pula. Salah satunya adalah pengkonotasian jihad sebagai perang suci atau holy war. Padahal, dibagian manapun di dalam Al-Qur`an, jihad tidak dihubungkan atau disamakan dengan frasa “perang suci”. 63 Karena, makna suci itu seharusnya karena jihad merupakan perjuangan yang dilakukan untuk cita-cita yang suci, yakni menegakkan agama Allah, namun itu bukan berarti perang. 8 Scene 8 63 Ibid., h. 39 Sarmad yang masih diliputi ketakutan, menemukan seorang musuh yang tergeletak di dekatnya. Sarmad mengira laki-laki itu sudah meninggal dan ia mendekatinya. Nyatanya, laki-laki itu hanya berpura-pura meninggal malah berbalik menyerang Sarmad sehingga mereka mengalami pergulatan. Visual Dialog Suara Type of Shot Sarmad: Sher Shah, No - - Medium close up, profil subyek ditonjolkan, namun latar dapat terlihat dengan baik Long shot, menunjukkan tubuh fisik manusia masih tampak jelas, namun latar masih mendominasi. Medium close up, profil subyek ditonjolkan, namun latar dapat terlihat dengan baik Denotasi Pada gambar pertama, terlihat Sarmad dicekik oleh musuhnya itu, ia memanggil-manggil Sher Shah untuk menolongnya. Tetapi Sher Shah hanya berdiam diri sambil menggenggam senjatanya dan menunggu Sarmad menyelamatkan dirinya sendiri. Di adegan berikutnya, terlihat bahwa Sarmad sudah berbalik mencekik lawannya tersebut. Laki-laki itu terlihat sangat kesakitan dan akhirnya dia meninggal. Konotasi Seperti gambar sebelumnya, Shooaib Mansoor kembali memperlihatkan konotasi jihad sebagai perang karena salah satu dari bentuk perang merujuk kepada mempertahankan diri dan perlawanan yang bersifat tindakan fisik. Gambar di mana Sarmad akhirnya membunuh laki-laki tersebut, juga merupakan isyarat bahwa membunuh dalam peperangan adalah tidak apa-apa, meskipun mereka adalah saudaranya sesama Pakistan, dan sesama muslim. Mitos Gambar ini menunjukkan mitos modern tentang konsep jihad dalam Islam yang lahir dari pemahaman tentang orang yang tidak sesuai aqidah- nya berarti digolongkan kafir. Seperti yang dikatakan sebelumnya, kelompok ini dianggap sebagai kaki tangan Amerika. Sehingga, Mitos ini lahir dari kebencian mereka yang berakar pada kebencian akan nilai-nilai dan budaya yang dianggap dapat menyesatkan kaum muslimin, dan bahwa mereka berada di balik beberapa penindasan yang dilakukan Amerika kepada negara-negara muslim. Ini persepsi yang dipakai oleh golongan yang diwakili oleh tokoh Sher Shah dan Maulana Tahiri di atas, maka ketika golongan lain dianggap kafir, tentu saja mereka merupakan salah satu yang boleh dibunuh. 9 Scene 9 Setelah laki-laki itu terbunuh, Sarmad masih tidak mempercayai apa yang ia lakukan dengan membunuh laki-laki tersebut. Meskipun dalam konteks ia membela dirinya sendiri. Sher Shah yang sejak tadi hanya diam saja melihat pergulatan Sarmad dengan lelaki itu, akhirnya mendatanginya. Visual Dialog Suara Type of Shot Sher Shah: finally you‟ve become a man Sarmad: what kind of Jihad is this? Medium close-up, jarak ini meperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan Medium close-up, jarak ini meperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sher Shah berteriak: Sarmad, stop Sarmad Seperti dalam adegan percakapan normal. Long shot, menunjukkan tempat dimana adegan ini berada, sehingga latar sangat mendominasi dan fisik manusia terlihat kecil. Denotasi Sarmad terlihat masih shock dengan apa yang ia lakukan. Tetapi Sher Shah, malah memuji perbuatannya itu dengan mengatakan bahwa akhirnya dia menjadi seorang laki-laki. Sementara Sarmad yang masih diliputi kekalutan akibat membunuh laki-laki itu, merasa sangat marah dan mencengkram baju Sher Shah. Ia mempertanyakan jihad apa ini yang sebenarnya ia lakukan, didorong rasa ketakutan dan rasa bersalahnya ia malah melarikan diri dari arena jihad. Konotasi Islam adalah agama yang humanis dan universal. Jadi mengikuti ajaran Islam adalah mengikuti kebenaran dengan atas dasar kepuasan dalam memilih, sehingga pada akhirnya dalam menjalankan apa-apa yang disyariatkan, ia seharusnya memberikan ketenangan dan kedamaian kepada mereka yang melakukannya, dan bukan mempertanyakan apa yang ia lakukan atau malah meninggalkan Islam yang penuh rahmat ini. Sehingga, konotasi yang terlihat dalam gambar ini adalah bahwa jihad yang berkonotasi perang ternyata tidak selamanya membawa kita kepada ketenangan karena sudah menjalankan perintah Allah. Lewat tokoh Sarmad inilah, Shooaib Mansoor seolah memberikan salah satu konfirmasi tentang konsep jihad yang dipahami oleh sekelompok muslim ini. Kalau, perbuatan ini memang dilakukan atas nama Allah, dan untuk Allah, juga untuk menegakkan agama-Nya, mengapa mereka harus membunuh saudara mereka yang sesama muslim juga, dan mengapa hati Sarmad begitu memberontak dengan keadaan itu. Mitos Penafsiran tentang ajaran-ajaran Islam begitu beragam. Dalam masalah fiqh atau syariat misalnya, antara imam yang satu dan yang lain bisa berbeda. Tetapi, ketika perbedaan tersebut berakar pada masalah ideologi atau aqidah, hal ini bisa menjadi rumit karena masing-masing akan mempertahankan ideologi yang diyakini, sehingga penafsiran tentang Islam menjadi parsial. 10 Scene 10 Mary akhirnya berhasil keluar dari desa dibantu oleh pamannya yang merupakan ayah dari Sarmad serta di bawah pengawasan pemerintah Inggris. Setelah mengalami proses persidangan terkait dengan pelanggaran hak asasi yang dilakukan oleh Sarmad dan ayahnya, ia malah kembali ke desa FATA dan mengajar orang-orang di sana. Visual Dialog Suara Type of Shot - - - Medium Shot, memperlihatkan gambar yang netral. Medium Shot, Pada jarak ini meperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah mulai tampak. Medium Close-up, meperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Denotasi Mary kembali ke desa FATA dan mendirikan sekolah di sana, sekolah itu adalah bekas bangunan kosong yang tidak terpakai lagi sehingga ia harus membersihkannya terlebih dahulu. Di dorong rasa peduli yang ia miliki, meskipun sendirian, ia tetap terlihat bersemangat menjadikan tempat tersebut tempat yang layak untuk dijadikan sarana belajar. Dalam gambar berikutnya terlihat wajah-wajah gembira dari perempuan-perempuan di desa itu, karena mengetahui Mary kembali dan mengajar di sana. Konotasi Rasulullah saw. pernah bersabda, ”Barang siapa yang memasuki masjid kami ini masjid Nabawi dengan tujuan mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka ia laksana orang yang berjihad di jalan Allah Ta‟ala. Dan barang siapa yang memasukinya dengan tujuan selain itu, maka ia laksana orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya” Hadits Hasan diriwayatkan oleh ibnu Hibban Tanpa mengurangi keagungan jihad fi sabilillah, dalam rangka menegakkan keadilan di bumi, hal ini seolah ingin memberikan sebuah gambaran bahwa jihad tanpa mengangkat senjata juga sama beratnya dengan bentuk jihad tersebut. Ini terlihat dari pengorbanan Mary yang meninggalkan keluarga dan orang-orang terkasihnya untuk mencurahkan pengetahuan yang ia punya kepada orang-orang yang memerlukan di sana. Karena, musuh yang nyata itu juga termasuk tantangan yang dihadapi dunia Islam saat ini, salah satunya adalah masih banyaknya kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Mitos Dalam realitas modern, konstruksi tentang masyarakat Islam seperti yang diwakilkan oleh penduduk desa tersebut, diidentikkan dengan mereka yang memiliki penafsiran hidup yang sukar dalam melakukan aktifitas masyarakat. Salah satunya lewat larangan mempelajari hal-hal yang tidak berkaitan dengan ilmu agama.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah peneliti menganalisis data berupa rangkaian scene dalam film In The Name of God dengan mencari makna denotasi, konotasi, dan mitos yang dianggap merepresentasikan konsep jihad Islam, maka peneliti merumuskan beberapa hal yaitu: 1. Makna Denotasi Makna denotasi dalam penelitian ini adalah gambaran tentang potret kehidupan orang-orang muslim, khususnya Pakistan, di tiga benua di dunia. Sehingga, ada tiga lokasi yang diwakilkan oleh masing-masing tokohnya, Pertama, Mary atau Mariam yang berasal dari Inggris, Kedua, Sarmad di Pakistan, dan Mansoor, kakak Sarmad yang menuntut ilmu musik di Chicago, Amerika Serikat. 2. Makna Konotasi Sehingga, Makna konotasi yang terlihat dalam film ini adalah perjuangan yang dilakukan oleh tiga orang tersebut terkait dengan identitas islam yang ada pada diri mereka dan pengimplementasiannya dalam kehidupan. Lebih khusus lagi, Sarmad berjuang dengan berpegangan pada konsep jihad Islam yang ditawarkan oleh Maulana Tahiri, yaitu jihad yang berupa perang fisik untuk menegakkan agama Islam, ini terlihat dalam beberapa scene saat ia melakukan jihad di Afghanistan. Sedangkan Mary bejuang untuk mengeluarkan dirinya dari pernikahan paksa dan dari keterkungkungan di desa FATA, sedangkan Mansoor berjuang untuk mencapai cita-citanya di Amerika. 3. Mitos Ada beberapa mitos yang terlihat dalam film ini, yaitu tentang wacana tentang jihad dalam agama Islam yang berarti peperangan dan jihad yang dianggap sebagai holy war atau perang suci. Secara singkat, mitos yang ada dalam film ini adalah kepercayaan tentang nilai-nilai kebenaran dalam agama Islam yang disalahgunakan untuk melakukan jihad atas nama Tuhan. Dari ketiga makna di atas, maka peneliti dapat mengatakan bahwa representasi konsep jihad dalam film In The Name of God ini berupa jihad yang dimaknai sebagai peperangan, jihad dalam menuntut ilmu, dan jihad untuk mempertahankan diri dari ketidakadilan yang menimpa seseorang. Di sini, Shooaib Mansoor memang lebih menonjolkan jihad yang berkonotasi pada peperangan, karena potret kultur yang diambil adalah sekelompok orang Pakistan yang tinggal di dekat perkampungan Thaliban, sehingga kalaupun pemahaman mereka tentang jihad cukup keras, maka itu adalah hal yang wajar. Adapun Mary dan Mansoor yang hidupnya sudah terwarnai oleh kultur Eropa dan Amerika yang dianggap mengagungkan demokrasi, persamaan hak, dan kebebasan, tidak mengenal konsep jihad yang seperti itu.

B. Saran

Terkait dengan penelitian ini ada beberapa saran yang penulis dapat sampaikan: 1. Sebelum menonton sebuah film, kita harus siap dihadapkan dengan stereotype - streotype yang akan dibuat oleh sutradaranya sebagai penggambaran realitas yang