Tanda dalam Semiotik Tinjauan Umum Semiotik 1.

1 Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto atau peta. 2 Indeks ada hubungan langsung antara tanda dan objeknya. Ia merupakan tanda yang hubungan eksistensionalnya langsung dengan objeknya. Misalnya, asap adalah indeks api dan bersin adalah indeks flu. 3 Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan kata-kata umumnya adalah simbol. Palang merah adalah simbol dan angka adalah simbol. Ikonitas melimpah ruah dalam semua wilayah representasi manusia. Foto, potret, peta, angka Romawi seperti I, II, dan III adalah wujud ikonis yang dirancang atau diciptakan agar mirip dengan sumber acuannya secara visual. Parfum, adalah ikon penciuman yang meniru wangi alamiah, zat tambahan makanan kimiawi adalah ikon pengecap yang mensimulasikan rasa makanan alamiah. Kini, ikon juga memiliki fungsi sosial dalam cakupan yang sangat luas. Misalnya ditemukan pada poster, pintu kamar mandi sebagai indikasi “pria” dan “wanita, dan sebagainya. Ikon membuktikan bahwa persepsi manusia sangatlah tinggi terhadap pola-pola berulang dalam warna, bentuk, dimensi, gerakan, bunyi, rasa, dan seterusnya. 17 Sementara indeks membuktikan bahwa manusia juga memperhatikan pola berulang dalam hubungan serta sebab-akibat yang tidak pasti dalam waktu dan ruang. Dalam hal ini, Pierce mengacu pada objek tanda sebagai “agen ulang”, karena objek ini berupa reaksi terhadap sebuah agen yang memungkinkan kita untuk menyimpulkan keberadaan-nya, mapun hubungannya dengan objek-objek lain. 17 Ibid., h. 39-40. Ada tiga jenis dasar indeks: 1 Indeks ruang, yang mengacu pada lokasi spasial sebuah benda, makhluk, dan peristiwa dalam hubungannya dengan pengguna tanda. Tanda yang dibuat dengan tangan seperti jari yang menunjuk, figure seperti anak panah, merupakan contohnya. 2 Indeks Temporal, indeks ini menghubungkan benda-benda dari segi waktu, kata keterangan seperti sebelum, sesudah, sekarang, tanggal di kalender, merupakan contohnya. 3 Indeks Persona. Indeks ini saling menghubungkan pihak-pihak yang ambil bagian dalam sebuah situasi, kata ganti seperti aku, kau, ia, adalah contohnya. Sementara simbol mewakili sumber acuannya dalam cara yang konvensional yang dibangun melalui kesepakatan sosial atau melalui saluran berupa tradisi historis. Bentuk salib dapat mewakili konsep agama Kristen, putih dapat mewakili kebersihan, kesucian, kepolosan, dan gelap mewakili kotor, ternoda, dan sebagainya. 18

3. Representasi dalam Semiotik

Dalam kajian semiotik modern, istilah representasi menjadi suatu hal yang sangat penting. Karena semiotik bekerja dengan menggunakan tanda gambar, bunyi, dan lain-lain untuk menggabungkan, menggambarkan, memotret, atau mereproduksi sesuatu yang dilihat, diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu. 19 Dengan kata lain, representasi juga merupakan sebuah proses bagaimana sebuah referen mendapatkan bentuk tertentu dengan tanda-tanda. 20 Hal ini bisa dicirikan dengan sebagai proses membangun suatu bentuk X dalam rangkan mengarahkan perhatian ke sesuatu, Y, yang ada baik dalam bentuk material 18 Ibid., h. 43-44 19 Ibid.,, h. 24. 20 Danesi, Semiotika Media, h. 280. maupun konseptual, dengan cara tertentu, yaitu X = Y. Meskipun demikian, upaya menggambarkan arti X = Y bukan suatu hal yang mudah. Maksud dari pembuat bentuk, konteks historis dan sosial yang terkait dengan terbuatnya bentuk ini, tujuan pembuatannya dan seterusnya merupakan faktor-faktor kompleks yang memasuki gambaran tersebut. 21 Tanda tidak pernah benar-benar mengatakan kebenaran secara keseluruhan. Tanda me-mediasi kenyataan kepada kita, karena tanda secara niscaya membentuk berbagai pilihan yang sesuai dari lingkungan hal-hal yang diketahui yang tak terhingga kemungkinannya. Oleh karena itu, representasi yang diberikan pada sesuatu merupakan proses mediasi. 22 Representasi merupakan bentuk konkret penanda yang berasal dari konsep abstrak. Beberapa diantaranya dangkal atau tidak kontroversial. Akan tetapi, beberapa representasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan budaya dan politik. Karena representasi tidak terhindarkan untuk terlibat dalam proses seleksi sehingga beberapa tanda tertentu lebih istimewa daripada yang lain, ini terkait dengan bagaimana konsep tersebut direpresentasikan dalam media berita, film, atau bahkan dalam percakapan sehari-hari. 23

4. Model-Model dalam Semiotik

Analisis dalam semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda teks, iklan, berita. Model-model dalam 21 Ibid., h. 3-4. 22 Ibid., h. 20-21 23 John Hartley, Communication, Cultural, and Media Studies: Konsep Kunci, Yogyakarta, Jalasutra, 2009, h.265-266. semiotik mengacu pada proses komunikasi yang disebut Fiske 1990 sebagai pembangkit makna the generation of meaning, bukan model-model sebelumnya yang cenderung linear. Fiske menyebutnya sebagai „model-model struktural‟, di mana setiap anak panah menunjukkan relasi di antara unsur-unsur penciptaan makna. Model sruktural ini tidak mengasumsikan adanya serangkaian tahap atau langkah yang dilalui pesan, melainkan lebih memusatkan perhatian pada analisis serangkaian relasi terstruktur yang memungkinkan sebuah pesan menandai sesuatu. 24 Dari terminologi di atas, peneliti dapat mengasosiasikan bahwa untuk menemukan makna tersebut, dibutuhkan sebuah model. Ada dua model makna yang sangat berpengaruh. Pertama, model dari filsuf dan ahli logika, CS Pierce, Ogden, dan Richard. Kedua, model dari ahli linguistik Ferdinand de Saussere. Namun, dalam penelitian ini kedua model tersebut tidak akan dibahas begitu mendalam, karena peneliti akan menggunakan model semiotik Roland Barthes, yang merupakan penerus pemikiran Saussure. Seperti telah disebutkan sebelumnya Pierce telah mengungkapkan tiga elemen semiotik yang utama, yaitu tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda interpretant. Tiga elemen ini disebut Pierce sebagai teori segitiga makna, atau triangle of meaning Fiske, 1990 Littlejohm, 1998. Maka, persoalannya adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. 25 Hubungan ketiga elemen ini digambarkan Pierce sebagai berikut: 24 Tommy Suprapto, M.S., Pengantar Ilmu Komunikasi Dan Peran Manajemen dalam Komunikasi , Yogyakarta: CAPS, 2011, h.94. 25 Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si., Teknis Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, h.265.