Penghargaan-Penghargaan Film In The Name of God

akhirnya memilih jalan berbeda atas pandangan mereka tentang Islam. Sarmad yang masuk gerakan Islam keras di Pakistan, terlibat dalam gerakan-gerakan kelompok tersebut yang berorientasi pada jihad serta Mansoor yang mengikuti kecintaannya pada musik, tetap menjadi pribadi muslim bebas yang melakukan apapun yang menyenangkan hatinya. Di Eropa ada Mary, wanita Pakistan yang sama sekali tidak mengenal Islam karena sekian lama tinggal di Inggris, bersama ayahnya, seorang Pakistan yang tinggal bersama seorang wanita Inggris tanpa menikah. Alur cerita secara keseluruhan terbagi menjadi tahap permulaan, pertengahan, dan penutupan. Pada tahap permulaan, adalah perkenalan tentang tokoh-tokoh, Shoaib Mansoor, sutradara film ini sengaja membelah-belah cerita antara Mansoor, Sarmad, dan Mary dan memotret latar belakang ketiganya, mulai dari keluarga dan kultur tempat tinggal. Pada tahap pertengahan, konflik mulai bermunculan dan mencapai klimaksnya. Penulis mencatat ada beberapa adegan klimaks dalam film ini, pertama ketika Mary dipaksa menikah oleh Sarmad, sepupunya sendiri, di desa yang terletak di daerah antara perbatasan Afghanistan dan Pakistan. Karena, atas usul Maulana Tahiri, ulama yang menjadi panutannya, ia harus menikah dengan Mary untuk menyelematkan perempuan itu. Kedua, saat Mansoor dituduh sebagai teroris karena dia seorang muslim, dan dia disiksa oleh kepolisian Amerika hingga otaknya mengalami cacat permanen. Dan ketiga, ketika Mary membawa ayah dan sepupunya ke pengadilan di Pakistan atas kejahatan kemanusiaan mereka yang dilakukan atas nama Tuhan. Selain itu, konflik batin dalam diri Sarmad antara pandangannya tentang Islam, terutama jihad, yang bertentangan dengan konsep jihad dan penegakan islam yang dilakukan Maulana Tahiri. Klimaks yang begitu banyak dalam film ini, menjadikan film ini sangat menarik. Apalagi ketika film ditutup dengan adegan yang merepresentasikan isi film secara keseluruhan, lewat penjelasan dari Maulana Wali, seorang Islam yang menempatkan Islam dalam pokok yang sebenarnya. Islam yang humanis, moderat, dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilanya tanpa harus takluk pada modernitas dan pemahaman fanatis. Secara umum plot film ini menggunakan pola linier. Seperti diungkapkan oleh Himawan Pratista dalam bukunya Memahami Film. Pola linier memiliki hubungan kausalitas jalinan suatu peristiwa dengan peristiwa lain misalnya A-B-C-D-E, maka urutan waktu cerita juga A-B-C-D-E. 59 Teknik kilas balik flashback, hanya sekali digunakan, yaitu pada saat adegan pembuka film ini ketika Janie, istri Mansoor diberitahu oleh pihak rumah sakit di Chicago bahwa Mansoor harus dideportasi ke Pakistan karena kerusakan permanen pada otaknya akibat penyiksaan kepolisian Amerika yang menuduhnya teroris. Pasca penangkapan brutal setelah terjadinya kejadian Serangan 11 September 2001. Setelah itu film mundur, ke awal di mana semua tokoh diperkenalkan di negaranya masing-masing, bergulat dengan konflik mereka, dan ditutup oleh kesimpulan film yang diwakili oleh penjelasan dari Maulana Wali, dan kembali pada adegan di Amerika tersebut. Jadi, meskipun film ini memiliki multi plot tiga cerita atau lebih yang saling berkaitan, tetapi alur cerita berjalan menerus linier sehingga, alur ceritanya tetap mudah diikuti. Tanpa bermaksud mengurangi esensi cerita secara keseluruhan, peneliti akhirnya dapat mengidentifikasi 10 scene yang berkaitan dengan rumusan masalah yang ingin 59 Himawan Pratista, Memahami Film, Yogyakarta, Homerian Pustaka, 2009, h. 37.