dan pengunjung telah gagal mengembangkan etika ekologis, yaitu kebijaksanaan moril di dalam manusia para pihak mencampurtangani ekosistem alam atau
bergaul dengan alam sekitarnya. Dengan perkataan lain ekologisme belum dipahami oleh masyarakat luas, termasuk para pihak yang bersangkutan dengan
pariwisata alam. Akibatnya sistem transportasi semrawut, keseimbangan ekosistem terganggu, obyek wisata alam rusak sehingga tidak menarik lagi,
pengunjung berjejal, vandalisme dimana-mana - di sepanjang perjalanan sampai di daerah tujuan wisata dan pada obyek wisata alam, dan polusi. Apa yang harus
dilakukan dengan belajar dari kegagalan ini adalah bahwa ilmu ekologi perlu dikembangkan dan ekologisme perlu diajarkan kepada masyarakat luas.
Oleh karenanya, seorang arsitek lanskap harus selalu menjaga integritas dari lanskap alami maupun buatan. Sebuah tapak tidak bisa lagi diperlakukan
semaunya dan anggapan bahwa sebuah tapak dapat dimiliki sepenuhnya oleh pihak tertentu dan dirancang tanpa memperhatikan sisi-sisi ekologis tidak dapat
lagi diterima. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan tapak yang baik menjadi hal yang fundamental dan harus benar-benar dipahami dan dibuat secara
berkelanjutan Simonds dan Starke, 2006. Prospektif lanskap perkotaan merupakan basis potensi bagi kawasan yang
inginmembangun dirinya sebagai sebuah pembangunan kawasan berbasis lingkungan
dan berkelanjutan.
Sustainable development
merupakan perkembangan yang melahirkan pelayanan terhadap lingkungan, sosial dan
ekonomi tanpa membahayakan keberadaan sistem alam, sosial dan lingkungan terbangun sebagi tempat hidup dan bergantung. Sustainable development
bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek dengan tidak memboroskan sumberdaya alam yang tidak terbarukan serta tidak melampaui
kapasitas dan daya dukung lingkungan Uniaty, 2008.
2.3 Rekreasi
Berdasarkan prinsip perencanaan sumber daya rekreasi yang dikeluarkan oleh Asosiasi Nasional Perencana Sumber Daya Rekreasi NARRP, sumber daya
rekreasi adalah sumber daya dalam pengaturan yang menentukan pengalaman seseorang, seperti sumber daya alam dan budaya, nilai-nilai khusus yang melekat
pada daerah, fasilitas, infrastruktur, personil, peraturan manajemen dan tindakan.
Perencanaan sumber daya rekreasi harus mempromosikan, manfaat lingkungan kesehatan manusia dan masyarakat yang bertambah dari partisipasi rekreasi
seperti kesehatan fisik dan mental yang baik, kohesi keluarga, kesopanan, integrasi sosial, perkembangan anak, stimulasi ekonomi, produktivitas kerja,
pengelolaan sumber daya, dan etika konservasi.
Menurut Gold 1980, pemerintah daerah dan pihak pengembang swasta mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan suatu kawasan rekreasi dan
pelayanan waktu luang dalam suatu kota. Seorang perencana kawasan urban dan arsitek lanskap sangatlah berperan dalam penentuan lokasi, preservasi, desain dari
sebuah ruang terbuka, pengembangan fasilitas rekreasi dan analisis program sosial untuk memenuhi kebutuhan rekreatif pengunjung. Mereka juga harus
berhubungan dengan pihak-pihak lain yang profesional di bidang taman dan kawasan rekreasi juga agen-agen yang mengatur peluang-peluang kegiatan
rekreasi.
2.4 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap
Pengelolaan lanskap atau lingkungan hidup merupakan sebuah upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan,
pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya Arifin dan Arifin,
2005. Sementara itu, Simonds dan Starke 2006 mengungkapkan bahwa pengelolaan yang efektif hendaknya dipertimbangkan sejak awal perencanaan
sehingga pelaksanaannya terprogram. Berdasarkan prinsip perencanaan sumber daya rekreasi yang dikeluarkan
oleh Asosiasi Nasional Perencana Sumber Daya Rekreasi NARRP, manajemen pada alternatif rekreasi harus jelas, komprehensif, dan menyediakan berbagai
pilihan yang layak untuk dipertimbangkan publik. Setiap alternatif dapat dibandingkan dengan tujuan yang diusulkan, kondisi masa depan yang diinginkan,
pengalaman rekreasi yang diinginkan, fasilitas, strategi manajemen dan tindakan, standar kualitas, kapasitas pengunjung, nilai ekonomi, kebutuhan anggaran yang
diproyeksikan, dan program pemantauan NARRP, www.narrp.org.
Sedangkan untuk pemeliharaan lanskap adalah suatu upaya untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar
kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancangan atau desain semula Arifin dan Arifin, 2005.
Pemeliharaan taman
meliputi pembersihan
areal taman,
penyiangan, penggemburan tanah, penyiraman, pemangkasan, pengendalian hama dan
penyakit, pemupukan, pemindahan tanaman, pembibitan dan pemeliharaan peralatan.
Prinsip-prinsip pemeliharaan taman untuk mencapai efektivitas di dalam pemeliharaan taman antara lain :
1. Penetapan tujuan dan standar pemeliharaan. 2. Pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis, baik waktu, tenaga, peralatan
maupun bahan. 3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasarkan pada rencana pemeliharaan
telah disusun. 4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan taman harus didasarkan pada kebijaksanaan
dan prioritas yang benar. 5. Penekanan pada pemeliharaan pencegahan.
6. Sistem pemeliharaan harus diorganisasikan dengan baik. 7. Dana harus cukup tersedia untuk mendukung program pemeliharaan yang
telah ditetapkan. 8. Ketersediaan tenaga kerja yang cukup untuk menjalankan fungsi-fungsi
pemeliharaan. 9. Program pemeliharaan harus dirancang melindungi lingkungan alami.
10. Pengelola pemeliharan taman bertanggung jawab terhadap keamanan umum dan para operator pemelihara taman.
11. Pemeliharaan harus menjadi pertimbangan dalam perencanaan awal. 12. Operator pemeliharaan bertanggung jawab pada pengelola pemeliharaan
taman. Di dalam lanskap dikenal adanya pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik.
Menurut Arifin dan Arifin 2005, pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu pada tujuan desain semula, karenanya pada waktu tertentu perlu
diadakan suatu evaluasi. Sedangkan pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman untuk mengimbangi pemeliharaan ideal sehingga taman tetap rapi, indah,
asri dan nyaman. Pemeliharaan ideal didukung oleh upaya-upaya seperti berikut:
1. Perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana sehingga memudahkan pemeliharaan fisik.
2. Penggunaan elemen taman, baik elemen keras maupun elemen tanaman, hendaknya yang tidak sulit dicari agar tidak menyulitkan dalam penggantian
atau penyulaman tanaman. 3. Pemilihan sistem struktur yang kuat dan awet serta pemilihan bahan-bahan
perkerasan yang sesuai. 4. Pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga alur kegiatan di
dalam taman selalu lancar. 5. Perlengkapan taman yang memadai, meliputi penerangan lampu pada malam
hari, jaringan utilitas yang ada di bawah taman direncanakan dengan baik sehingga tidak terjadi bongkar pasang pada permukaan tanah.
Kapasitas kerja para operator taman mempengaruhi efisiensi biaya pemeliharaan taman. Tenaga kerja yang efektif sesuai dengan kemampuan tenaga
dan keterampilan membuat anggaran pemeliharaan optimal Efisiensi dan efektivitas pemeliharaan taman dipengaruhi oleh penguasaan teknik pemeliharaan
yang baik dan peralatan yang memadai. Oleh karena itu, pemelihara taman hendaknya memiliki peralatan pemeliharaan yang tepat, mengetahui jenis
peralatan yang digunakan, fungsi, serta kerjanya. Efektivitas kerja operator pemeliharaan taman menurut Arifin dan Arifin 2005 sangat ditentukan oleh:
1. Motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki para pegawai pemeliharaan taman.
2. Sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman. 3. Ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Tingkat pengawasan pekerjaan di lapang. 5. Kelancaran komunikasi antara pimpinan manajer dengan para mandor serta
antara mandor dengan operator pemeliharaan taman di lapang.
BAB III METODOLOGI