Persiapan Kolam Teknik Pendederan Ikan Gurame

17 menggambarkan para pembudidaya tergolong tradisional adalah pada aspek utama kegiatan budidaya yakni padat tebar. Korelasi antara padat tebar dengan luas lahan yang dimiliki oleh para pembudidaya di Desa Petir tidak teratur Gambar 2. Seharusnya semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin banyak jumlah benih yang ditebar. Sehubungan dengan kurangnya memperhitungkan jumlah benih yang ditebar, maka output benih yang dihasilkan oleh para pembudidaya di Desa Petir belum optimal. Sehingga jumlah output benih yang dihasilkan di Desa Petir hanya mencapai 133.500 ekor per musim tanam. Pelatihan ataupun penyuluhan yang diadakan oleh dinas terkait baik itu dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor maupun dari KKP jarang mereka ikuti. Hal ini terbukti dengan 75 atau sebanyak 12 orang belum pernah mengikuti pelatihan dan 25 atau sebanyak 4 orang pernah mengikuti pelatihan. Para pembudidaya gurame di Desa Petir ini memiliki kolam sendiri untuk melakukan usaha budidaya gurame dan sebagian besar mereka menggarap sendiri untuk melakukan usaha.

3.3 Teknik Pendederan Ikan Gurame

Pendederan merupakan kegiatan lanjutan setelah proses pembenihan. Kegiatan pendederan yang dilakukan di Desa Petir dimulai dari pendederan tahap ke 3 hingga tahap ke 5. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional 2000 pendederan tahap 3 dimulai dari ukuran kuacikuku kelingking 2-4 cm sampai jempol 4-6 cm, pendederan tahap 4 dimulai dari jempol 4-6 cm sampai silet 6- 8 cm dan tahap 5 dimulai dari silet 6-8 cm sampai korekjinggo 8-11 cm. Adapun tahapan kegiatan pendederan ikan berdasarkan petunjuk teknis budidaya Direktorat Jendral Perikanan Budidaya 2010 dan disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan di Desa Petir kegiatan pendederan terdiri atas persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan ikan, pemberian pakan, pencegahan hama penyakit, pemanenan dan pemasaran.

3.3.1 Persiapan Kolam

Persiapan kolam dilakukan untuk menyiapkan proses budidaya. Kolam yang digunakan oleh para pembudidaya gurame di Desa Petir yakni berupa kolam tanah dengan ukuran per kolam seluas 80-400 m 2 . Pada tahapan persiapan kolam 18 ini yang pertama kali dilakukan adalah pengeringan wadah dengan cara membuka saluran outlet Gambar 3a dan menutup saluran inlet. Untuk saluran inlet dan outlet digunakan pipa PVC dengan ukuran 3-4 inch karena pipa PVC bersifat tahan lama dan tidak mudah lapuk. Kolam yang sudah kering dibiarkan selama 5 hari. Setelah itu tanah dicangkul lalu diratakan kembali dengan tujuan ketika nanti diairi, tanah menjadi lembut dan lubang-lubang tanah akan tertutup sehingga air tidak akan keluar akibat bocor dari pori-pori tersebut. Selanjutnya tahapan kedua adalah pemeriksaan pematang. Pematang merupakan hal yang sangat penting. Ukuran pematang disesuaikan dengan luas kolam. Semakin luas kolam maka pematang yang dibuat lebih lebar. Pematang yang dibuat dari tanah biasanya ditumbuhi rumput, oleh karena itu rumput yang tumbuh disekitar pematang dibersihkan terlebih dahulu. Berikutnya adalah pembuatan kemalir Gambar 3b. Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan mudah di ambil. Setelah proses pengeringan dan perbaikan pematang dilakukan kemudian kolam diberi kapur dengan tujuan untuk meningkatkan pH air, meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, menetralisir senyawa-senyawa beracun baik organik maupun non anorganik, merangsang populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah. Proses pengapuran dilakukan dengan cara menebarkannya pada sisi kolam. Dosis kapur yang digunakan oleh para pembudidaya secara keseluruhan belum memenuhi standar nasional karena masih ada yang menggunakan kapur melebihi standar yang ditetapkan. a b Gambar 3. Saluran Outlet a dan Kemalir dalam Kolam Pendederan Gurame di Desa Petir b 19 Dosis penggunaan kapur yang digunakan oleh para pembudidaya beragam. Dosis terkecil adalah 0,05 kgm 2 dan terbesar adalah 0,15 kgm 2 . Jumlah kapur yang diberikan dihitung berdasarkan luas lahan. Adapun penggunaan kapur jika dihubungkan dengan luas lahan terlihat bahwa semakin luas lahan maka jumlah kapur yang diberikan semakin banyak, namun pada Gambar 4 terlihat adanya korelasi yang tidak teratur, karena pembudidaya di Desa Petir menentukan dosis kapur berdasarkan pengalaman. Sehingga jika dibandingkan dengan Badan Standarisasi Nasional 2000 dosis kapur untuk proses pendederan ikan gurame yang digunakan sebaiknya tidak boleh melebihi ataupun kurang dari 50 grm 2 atau 0,05 kgm 2 Gambar 4. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Kapur di Desa Petir, Kecamatan Dramaga . Proses selanjutnya adalah pemupukan, yakni dengan mencampurkan urea 1 kg, TSP 1,5 kg dan postal secukupnya. Dosis pemberian pupuk anorganik yang dilakukan oleh para pembudidaya Desa Petir rata-rata hampir sama. Tujuan dari pemupukan ini adalah untuk menumbuhkan pakan alami didalam wadah. Secara aktual penggunaan urea di Desa Petir didasarkan pada jumlah kolam yang dimiliki dan tidak memperhitungkan luasan kolam. Untuk satu kolam diberikan urea sebanyak 1,5 kg. Banyaknya penggunaan urea yang diberikan seharusnya berhubungan dengan luas lahan yang dimiliki. Semakin luas lahan maka penggunaan urea semakin banyak, akan tetapi korelasi antara urea dan luas lahan memiliki hubungan yang berbeda-beda Gambar 5a. Selanjutnya adalah pemberian TSP. Pemberian TSP secara keseluruhan untuk masing-masing 20 pemudidaya yakni sama yakni 1 kg. Sehingga apabila dilihat pada Gambar 5b korelasi antara luas lahan dengan pemberian TSP tidak berpengaruh. a b Gambar 5. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Urea a dan Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan TSP b Setelah proses pemupukan selesai maka dilakukan pengisian air. Sumber air yang digunakan di Desa Petir untuk budidaya ikan berasal dari air permukaan. Air permukaan merupakan air yang mengalir masuk ke kolam mengikuti arah gravitasi dari saluran irigasi yang dialirkan dari mata air ataupun dari sungai. Air yang baik yaitu tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologi dari alam, industri, pemukiman dan pertanian Badan Standardisasi Nasional, 2006. Pengisian air pada tahapan awal dilakukan hingga mencapai tinggi 60 cm dan berikutnya setelah ukuran gurame bertambah pengisian air hingga mencapai 80 cm.

3.3.2 Penebaran Benih