Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Rancangan percobaan Analisis Data

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat penelitian Kebun I dan Kebun II di Dusun Tawakal, Jalan Cifor Kelurahan Bubulak RT 01RW 05 selama 2 bulan mulai dari tanggal 12 Februari 2010 sampai tanggal 12 Mei 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanaman jabon Anthocephalus cadamba yang berumur 13 bulan, pupuk NPK. Alat yang diperlukan adalah cangkul, golok, kantong plastik, timbangan, alat tulis, spidol, penggaris, tali rafia, tali, kertas label, kaliper, galah bambu, cat, kamera digital.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dibagi menjadi 2 bagian yaitu pemupukan lanjutan dan pengukuran pertumbuhan jabon pada kondisi optimum dan kurang optimum. 3.3.1 Metode pemupukan lanjutan 3.3.1.1 Survei lapang Survei lapang dilakukan untuk menentukan peralatan yang akan digunakan dalam proses pengumpulan data dan pembuatan layout penelitian. Tegakan Jabon ditanam pada tanggal 1 Januari 2009 dengan jarak tanam 3 x 3 m pada lahan seluas 2.025 m² sebelumnya pernah dilakukan pemberian pupuk NPK dan Bokasi dengan dosis masing-masing untuk NPK A = 0 gram, A 1 = 50 gram, dan A 2 = 100 gram untuk Bokasi B = 0 kg, B 2 =1 kg dan B 2 = 2 kg saat penanaman Pristyaningrum 2009. Penelitian dilakukan pada dua lokasi di dusun Tawakal, terdiri dari kebun I dan kebun II. Kebun I terletak ± 300 meter dari kebun II. Kebun I merupakan lahan dengan kondisi drainase buruk yang memiliki kedalaman air tanah yang dangkal dan tergenang dalam waktu yang lama saat musim hujan. Kebun II merupakan lahan dengan drainase yang baik, kedalaman air ±100 cm dari permukaan tanah dan terdapat sungai yang mengalir dengan lancar di dekatnya. Gambar 1 Denah Lokasi Penelitian

3.3.1.2 Persiapan pupuk NPK

Pupuk NPK yang digunakan adalah pupuk NPK 15-15-15 dengan dosis masing-masing 0 gram, 100 gram, dan 150 gram. Pupuk NPK ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik lalu dikemas satu persatu. Gambar 2 Penimbangan Pupuk A dan Persiapan Pemupukan B. A B

3.3.1.3 Pemberian pupuk di lapangan

Pupuk NPK diberikan pada 90 tanaman jabon yang telah berumur 13 bulan. Sebelum pemberian pupuk dilapangan dilakukan kegiatan penyiangan, pendangiran dan pengukuran. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma disekitar tanaman dengan diameter 100 cm. Tujuan dari penyiangan ini adalah untuk mempermudah pemupukan yang akan dilakukan. Setelah penyiangan dilakukan pendangiran. Pendangiran dilakukan didaerah pangkal batang dengan menggemburkan tanah. Pengukuran dilakukan 1 hari sebelum pemberian pupuk, hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal tanaman jabon di lapangan sebelum pemupukan lanjutan dilakukan. Satu hari sebelum pemupukan pupuk NPK yang telah ditimbang diletakkan disekitar tanaman jabon sesuai dengan layout tanaman jabon. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membenamkan pupuk NPK pada kedalaman 5-10 cm disekeliling tanaman kemudian ditutup dengan tanah secukupnya. Pemberian pupuk dilakukan pada sore hari untuk mencegah penguapan yang berlebihan dibandingkan jika dilakukan pada siang hari.

3.3.1.4 Pengukuran dan pengamatan

Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, jumlah cabang dan jumlah ruas pada setiap tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan menggunakan galah bambu yang panjangnya 10 meter dan tali plastik sepanjang 8 meter, hal ini dilakukan karena tinggi tanaman sudah mencapai 5 meter pada saat dilakukan survei. Tinggi tanaman diukur dari 5 cm diatas permukaan tanah hingga pucuk tanaman. Pengukuran diameter tanaman dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan menggunakan kaliper. Diameter tanaman diukur pada batang dengan jarak 10 cm diatas permukaan tanah. Untuk mempermudah pengukuran tinggi dan diameter digunakan cat berwarna merah untuk menandai batas pengukuran pada pangkal batang. Pengukuran jumlah cabang dan jumlah ruas yang tumbuh dilakukan pada setiap 1 bulan sekali. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pengaruh atau respon tanaman jabon terhadap pemberian pupuk lanjutan, kemudian hasil dari pengamatan dibandingkan dengan hasil pemupukan sebelumnya yang pernah dilakukan. Cara penandaan pohon dan pengukuran diameter batang dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 3 Cara Penandaan Pohon A dan Pengukuran Diameter Batang B. 3.3.2 Metode Pengukuran pertumbuhan jabon pada kondisi drainase baik, pada kondisi drainase buruk, dan pada kondisi di bawah naungan

3.3.2.1 Pengukuran pohon terbaik pada kondisi drainase buruk

Pengukuran pohon terbaik pada kondisi drainase buruk dilakukan dengan memilih lima pohon terbaik dari 90 pohon pada kebun I. Kebun I terletak di dusun Tawakal kelurahan Bubulak, memiliki drainase yang buruk. Pohon terbaik yang dipilih adalah pohon yang memiliki tinggi dan diameter terbaik diantara 90 pohon yang ada. Parameter yang diamati adalah tinggi, diameter batang, jumlah cabang, jumlah ruas, dan panjang tiap ruas tanaman. Pengukuran pohon terbaik pada kondisi drainase buruk ini dilakukan pada akhir kegiatan penelitian.

3.3.2.2 Pengukuran pohon terjelek pada kondisi drainase buruk

Pengukuran pohon terjelek pada kondisi drainase buruk dilakukan dengan memilih lima pohon paling jelek dari 90 pohon pada kebun I. Pengukuran A B di lakukan pada akhir kegiatan penelitian. Parameter yang diamati adalah tinggi, diameter, jumlah cabang, dan jumlah ruas.

3.3.2.3 Pengukuran pohon terbaik pada kondisi drainase baik

Pengukuran pohon terbaik pada kondisi drainase baik dilakukan di kebun II. Kebun II berjarak ±500 m dari kebun I, dan keduanya terletak di dusun Tawakal kelurahan Bubulak. Pengukuran pohon terbaik pada kondisi drainase baik dilakukan dengan memilih lima pohon terbaik pada tegakan jabon di kebun II. Tegakan jabon pada kebun I dan kebun II memiliki umur yang sama. Parameter yang diamati dalam pengukuran pohon terbaik pada kondisi drainase baik adalah tinggi, diameter batang, jumlah cabang, dan jumlah ruas. Pengukuran dilakukan pada akhir kegiatan penelitian.

3.3.2.4 Pengukuran pohon di bawah naungan

Pengukuran pohon di bawah naungan di lakukan dengan memilih lima pohon yang berada di bawah naungan berjarak 1 – 2 meter dari pohon naungan. Pengukuran ini dilakukan di kebun II yang berjarak ±500 meter dari kebun I di dusun Tawakal kelurahan Bubulak. Parameter yang diamati adalah tinggi, diameter batang, jumlah cabang, dan jumlah ruas. Pengukuran dilakukan pada akhir kegiatan penelitian.

3.3.2.5 Pengukuran kedalaman air tanah pada kondisi drainase buruk

Pengukuran kedalaman air tanah dilakukan pada empat sumur yang berdiameter 60 cm dengan kedalaman ±150 cm di empat sudut lokasi penelitian pada kebun I pada kondisi drainase buruk. Pengukuran kedalaman air tanah dilakukan dengan menggunakan pengaris dan dilakukan diakhir kegiatan penelitian.

3.4 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 3 perlakuan dan 30 kali ulangan. Sehingga keseluruhannya terdapat 90 tanaman percobaan. Perlakuannya adalah sebagai berikut: A = Pupuk NPK 0 gram kontrol A 1 = Pupuk NPK 100 gram A 2 = Pupuk NPK 150 gram Pupuk dikemas kedalam bungkus plastik transparan yang telah ditimbang menggunakan timbangan analitik, masing-masing perlakuan berjumlah 30 bungkus. Model persamaan linier yang digunakan adalah Mattjik 2006 : Keterangan : i = 1,2,3 dan j = 1,2,…30 Yi = Nilai pengamatan pada faktor perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j µ = Rataan umum αi = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Pengaruh acakgalat atau nilai kesalahan percobaan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

3.5 Analisis Data

Data hasil pengukuran dianalisis menggunakan Microsoft Office Excel, software SAS 9.0 dan Minitab 15. Analisis sidik ragam dengan uji F terhadap variabel yang diamati dilakukan dengan mengetahui pengaruh interaksi antara berbagai perlakuan yang diberikan, dengan ketentuan sebagai berikut: a Tidak signifikan: Pemberian pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jabon, dimana [Pr-value 0,05 α] b Signifikan: Paling sedikit ada 1 dimana τi ≠ 0, dimana [Pr-value 0,05 α] Jika hasil analisis sidik ragam berpengaruh signifikan, maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan melakukan Uji Duncan karena perlakuan tidak hanya membandingkan dengan kontrol saja, tetapi juga antar perlakuan dosis pupuk yang berbeda untuk mengetahui apakah ada perbedaan diantara keduanya. Yij = µ + αi + εij

BAB IV KONDISI UMUM

4.1 Letak Geografis

Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48 BT dan 6’ 26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah kabupaten Bogor serta lokasinya dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, pariwisata Bappeda 2009.

4.2 Wilayah Administrasi

Menurut Bappeda 2009 luas wilayah Kota Bogor adalah 11.850 ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Secara administrasi kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 32 desa, 210 dusun, 623 RW, 2,712 RT dan dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Bogor Barat, Dusun Tawakal, Jalan Cifor Kelurahan Bubulak RT 01RW 05.

4.3 Iklim dan Topografi

Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dpl dan maksimum 330 m dpl. Curah hujan rata-rata di wilayah kota bogor berkisar antara 3.000 sampai 4.000 mmtahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 250-335 mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Oktober sekitar 346 mm. Temperatur rata-rata wilayah kota Bogor 26 C. Jenis tanah hampir di seluruh wilayah Bogor adalah Latosol cokelat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus dan bersifat agak peka terhadap erosi Bappeda 2009.