Benih dan bibit Penanaman

4. Tidak memerlukan pemangkasan karena cabang akan rontok sendiri saat tumbuh self pruning. 5. Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan sengon. 6. Jabon termasuk tumbuhan pionir dan dapat tumbuh dilahan terbuka atau kritis, seperti tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, dan tanah berbatu. 7. Tanaman jabon relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit bila dibandingkan dengan sengon.

2.1.5 Silvikultur

Bibit jabon dapat diperoleh dari permudaan alam maupun buatan Direktorat Jenderal Kehutanan 1980. Permudaan alam dijumpai di tempat- tempat terbuka terutama di hutan bekas tebangan, jalan sarad atau bekas perladangan. Sedangkan permudaan buatan dilakukan dengan menyemaikan biji. Perbanyakan jabon dapat dilakukan dengan stump maupun stek pucuk dan relatif mudah dilakukan. Jarak tanam yang dapat digunakan adalah 3 x 2 m dapat digunakan untuk penanaman jabon Martawidjaya et al. 2005.

2.1.5.1 Benih dan bibit

Pada umumnya jabon berbuah dalam bulan Juli-Agustus Direktorat Jenderal Kehutanan 1980. Cara untuk mengumpulkan biji jabon adalah buahnya yang sudah masak diperam menggunakan saringan halus dan membiarkan daging buah lunak dalam wadah yang berisi air selama 5-7 hari kemudian diremas dengan kedua tangan sampai hancur, biji-biji yang baik akan berkumpul didasar baskom kemudian dibuang bagian yang terapung, kemudian biji-biji dikumpulkan dan disaring untuk menghilangkan airnya. Pengeringan dilakukan kering udara selama 2 hari dan dibersihkan dengan saringan halus. Biji dimasukkan ke dalam kaleng atau botol yang tertutup rapat. Penyimpanan benih dilakukan di tempat yang sejuk agar daya kecambahnya dapat bertahan selama 1 tahun 25-35 sedangkan biji yang disimpan selama 2,5 bulan mempunyai daya kecambah 70. Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan 1980 penyemaian benih dilakukan dalam bak penaburan. Pada bagian bawah bak diberi lubang halus yang cukup banyak agar air yang berlebihan dapat mengalir keluar dan untuk memasukkan air waktu perendaman. Bak penaburan dapat dibuat dari papan dan bagian bawahnya anyaman bambu. Bak kecambah diberi naungan atap yang dapat dibuka agar bak kecambah mendapat sinar matahari langsung dan terlindungi dari hujan deras. Penyiraman dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00-08.00 dan sore hari antara pukul 16.00-18.00 dengan cara merendam bak kecambah ke dalam bak air atau menggunakan semprotan halus. Bibit jabon dapat disapih setelah berumur 1-1,5 bulan atau setelah tingginya mencapai 3-5 cm dan telah berdaun empat lebar.

2.1.5.2 Penanaman

Sistem penanaman jabon ada beberapa macam yaitu tumpangsari, cemplongan dan jalur yang pemilihannya ditentukan oleh ketersediaan biaya, tenaga kerja, keadaan tanah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya Direktorat Jenderal Kehutanan 1980. Pada sistem penanaman tumpangsari, dapat menanam tanaman pangan palawija yang berumur semusim diantara tanaman pokok dan tanaman sela. Cara cemplongan tanaman pokok ditanam pada lubang piringan di dalam larikan yang sudah disiapkan, pembersihan lapangan hanya terbatas pada piringan tanaman masing-masing lubang tanam. Cara cemplongan diterapkan pada lapangan yang ditumbuhi rumput-rumput dengan tinggi rata-rata 50 cm. Penanaman dengan sistem jalur yaitu membuat tanaman pada sistem jalur, pelaksanaannya sama seperti sistem cemplongan hanya saja pada sistem jalur pembersihan lapangan dilakukan sepanjang larikan. Bibit jabon yang siap ditanam di lapangan adalah bibit yang berumur 3 bulan Pollard 1969. Waktu penanaman bibit jabon di lapangan yang baik dilakukan pada permulaan musim hujan dan curah hujan sudah cukup banyak sehingga tanah telah cukup lembab agar pertumbuhan bibit dapat lebih tahan pada permulaannya. Jabon tidak menuntut persyaratan tumbuh yang tinggi, akan tetapi untuk investasi sebaiknya dilakukan pada tanah yang subur dan drainase baik. Jarak tanam 3 x 2 m atau 5 x 5 m tergantung tujuan penanaman, murni atau tumpang sari. Lubang tanam 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm tergantung kondisi tanah Direktorat Jenderal Kehutanan 1980.

2.1.5.3 Pemeliharaan