27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.4
Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi JNC VII, 2007.
Modifikasi gaya hidup Rekomendasi
Perkiraan penurunan tekanan darah sistolik
Penurunan berat badan Mempertahankan berat badan ideal BMI
18,5-24,9 kgm
2
5-20 mmHg10 kg penurunan berat
badan DIET makanan sesuai
DASH Konsumsi diet kaya buah, sayur, dan produk
susu rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh dan lemak total yang sedikit
8-14 mmHg
Diet rendah natrium Mengurangi asupan natrium hingga ≤100
mmol per hari 2,4 g Na atau 6 g NaCl 2-8 mmHg
Olahraga Rutin olahraga aerobik seperti jalan cepat
minimal 30 menit per hari 4-9 mmHg
Mengurangi konsumsi alkohol
Membatasi konsumsi alkohol, tidak lebih dari 1 oz atau 30 ml etanol; 24 oz bir, 10 oz
wine, atau 3 oz 80-proof whiskey perhari untuk pria dan setengahnya untuk wanita dan
orang dengan berat badan rendah 2-4 mmHg
2.8 Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endotel arteri dan mempercepat aterosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah perifer.Hipertensiadalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular
stroke, transient ischemic attack, penyakit arteri koroner infark miokard, angina, gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi Dosh, 2001.
a. Stroke
Stroke merupakan kerusakan organ target pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi. Hipertensi mengakibatkan arteri-arteri yang mendarahi otak
mengalami hipertropi atau penebalan sehingga menyebabkan terjadinya aterosklerosis melalui efek penekanan pada sel endotellapisan dalam
dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
cepat. Akibatnya, aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya termasuk otak akan berkurang sehingga otak tidak mendapat suplai oksigen
yang cukup. Kebutuhan oksigen yang tidak mencukupi menyebabkan terjadinya stroke AHA, 2011.
Resiko dan keuntungan menurunkan tekanan darah semasa stroke akut masih belum jelas; pengontrolan tekanan darah sampai kira-kira
160100mmHg sangat penting sampai kondisi pasien stabil atau membaik. Kambuhnya stroke berkurang dengan penggunaan kombinasi ACEI dan
diuretik tipe tiazid Haynes RB et.al., 2002. b.
Penyakit Ginjal Kronis Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan parenkim
atau arteri renal. Pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis, tujuan terapeutiknya adalah untuk memperlambat deteriorasi fungsi ginjal dan
mencegah penyakit kardiovaskular. Hipertensi terdeteksi pada mayoritas pasien dengan penyakit ginjal kronis dan pengontrolan tekanan darahnya
harus agresif, sering dengan dua atau lebih obat untuk mencapai target tekanan darah 13080 mmHg KDOQI, 2004.
ACEI dan ARB mempunyai efek melindungi ginjal renoprotektif dalam progres penyakit ginjal diabetes dan non-diabetes Bakris GL et al.,
2000. Salah satu dari kedua obat ini harus digunakan sebagai terapi lini pertama untuk mengontrol tekanan darah dan memelihara fungsi ginjal pada
pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis. Naiknya serum kreatinin sebatas 35 diatas baseline dengan ACEI dan ARB dapat diterima dan
bukan alasan untuk menghentikan pengobatan kecuali bila terjadi hiperkalemia. Karena pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis
memerlukan beberapa obat antihipertensi, diuretik dan kelas obat antihipertensi ketiga diperlukan beta blocker atau CCB. Diuretik tiazid
dapat digunakan tetapi tidak seefektif diuretik loop bila clearence kreatinin 30 mlmin. Untuk penyakit ginjal lanjut perkiraan GFR30 mlmin per
1.73m3, setara dengan serum kreatinin 2.5 –3.0mgdl, dosis diuretik loop
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
furosemid lebih tinggi, bila perlu dikombinasi dengan obat lain Gijn JV, 2002.
c. Gagal Jantung
Gagal jantung, dalam bentuk disfungsi vetrikular sistolik atau diastolik, terutama sebagai akibat dari hipertensi sistolik dan penyakit
jantung iskemik. Lima kelas obat didaftarkan untuk indikasi khusus gagal jantung. Rekomendasi ini khususnya untuk gagal jantung sistolik, dimana
kelainan fisiologi utama adalah berkurangnya kontraktilitas jantung. Pada gambar 2.5 terlihat proses-proses yang terjadi akibat dari hipertensi sampai
ke gagal gantung. ACEI adalah pilihan obat utama berdasarkan hasil dari beberapa studi yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas.
Diuretik juga merupakan terapi lini pertama karena mengurangi edema dengan menyebabkan diuresis. ACEI harus dimulai dengan dosis
rendah.Pada pasien dengan gagal jantung, terutama pada pasien dengan eksaserbasi akut. Gagal jantung menginduksi suatu kondisi renin tinggi,
sehingga memulai ACEI pada kondisi ini akan menyebabkan efek dosis pertama yang menonjol dan memungkinan hipotensi ortostatik.
Terapi dengan beta blocker digunakan untuk mengobati gagal jantung sistolik untuk pasien-pasien yang sudah mendapat standar terapi dengan
ACEI dan Furosemid. Studi menunjukkan beta blocker menurunkan mortalitas dan morbiditas AHA, 2011. Dosis beta blocker haruslah tepat
karena beresiko menginduksi eksaserbasi gagal jantung akut. Dosis awal harus sangat rendah, jauh dibawah dosis untuk mengobati darah tinggi, dan
dititrasi secara perlahan-lahan ke dosis yang lebih tinggi. ARB dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk pasien-pasien
yang tidak dapat menoleransi ACEI. Untuk pasien dengan disfungsi ventrikular yang simptomatik atau dengan penyakit jantung tahap akhir,
ACEI, beta blocker, ARB, dan antagonis aldosterone direkomendasikan bersamaan dengan diuretik loop furosemid.
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.5 Mekanisme Terjadinya Gagal Jantung Akibat Hipertensi.
d. Pasca Infark Miokard
Hipertensi adalah faktor resiko yang kuat untuk infark miokard.Sekali pasien mengalami infark miokard, pengontrolan tekanan darah sangat
penting sebagai pencegahan sekunder untuk mencegah kejadian kardiovaskular berikutnya.Guideline untuk pasca infark miokard oleh
American College
of CardiologyAmerican
Heart Association
merekomendasikan terapi dengan beta blocker tanpa aktifitas intrinsik simpatomimetik dan ACEI AHA, 2011.
Beta blocker menurunkan stimulasi adrenergik jantung cardiac adrenergic stimulation dan pada trial klinis beta blocker telah menunjukkan
penurunan resiko infark miokard berikutnya atau kematian jantung tiba-tiba KDOQI, 2004. ACE inhibitor memperbaiki cardiac remodeling, fungsi
jantung dan menurunkan kejadian kardiovaskular setelah infark miokard Yusuf et.al., 2000.
Penanganan menurunan tekanan darah pada komplikasi hipertensi dapat memberikan penurunan insidensi stroke sebesar 35-40, infark
miokard 20-25, dan gagal jantung lebih dari dari 50. Diperkirakan
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bahwa pada pasien dengan hipertensi stadium 1 yang disertai dengan faktor resiko penyakit kardiovaskuler, jika dapat menurunkan tekanan darahnya
sebesar 12 mmHg selama 10 tahun akan mencegah angka kematian 1 dari 11 pasien yang diobati Arif M dkk, 2001.
Komplikasi penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh hipertensi seperti gagal jantung, penyakit jantung koroner, infark miokard dan stroke
memiliki algoritma terapi yang berbeda seperti terlihat pada Gambar 2.6 dibawah ini:
Gambar 2.6 Algoritma terapi hipertensi berdasarkan komplikasi penyakit Dipiro
et.al., 2008. KOMPLIKASI
PENYAKIT
Gangguan ventrikel
Penyakit jantung
Diabetes mellitus
Penyakit ginjal
Stroke
Infark miokard
Kombinasi diuretik dan
ACEi lalu tambahkan
β-blocker β-blocker
lalu tambahkan
ACEi atau ARB
ACEi atau
ARB ACEi
atau ARB
Kombinasi diuretik
dan ACEi atau ARB
β-blocker lalu
tambahkan ACEi atau
ARB
ARB atau antagonis
aldosteron Antagonis
aldosteron
CCB atau diuretik
Diuretik
β-blocker atau CCB
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.5 Strategi dosis untuk obat-obat antihipertensi JNC VIII, 2013
Strategi Deskripsi
Keterangan A
Mulai dengan satu obat, tingkatkan
hingga dosis maksimum, dan
kemudian tambah dengan obat kedua
Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan obat pertama, tingkatkan dosis obat pertama sampai dosis maksimum yang
direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan. Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan satu obat
walaupun dosisnya sudah ditingkatkan sampai dosis maksimum yang direkomendasikan, tambahkan obat kedua sesuai algoritma tiazid-
gol.duretik, CCB, ACEI, atau ARB dan tingkatkan dosis obat kedua sampai dosis maksimum yang direkomendasikan untuk mencapai tekanan
darah yang diharapkan. Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan dua obat, pilih
obat ketiga dari algoritma tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB hindari kombinasi ACEI dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai
dosis maksimum yang direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan.
B Mulai dengan satu
obat, dan kemudian tambah obat kedua
sebelum obat pertama mencapai
dosis maksimum Mulai dengan satu obat kemudian tambahkan obat kedua sebelum obat
pertama mencapai dosis maksimum yang direkomendasikan, kemudian tingkatkan kedua obat hingga dosis maksimum yang disarankan untuk
mencapai tekanan darah yang diharapkan. Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan 2 obat, pilih obat ketiga dari algoritma
tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB, hindari kombinasi ACEI dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai dosis maksimum yang
direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan.
C Mulai dengan dua
obat pada waktu yang sama, baik
sebagai 2 pil yang terpisah atau sebagai
kombinasi pil tunggal
Mulai terapi dengan 2 obat secara bersamaan, baik sebagai 2 obat yang terpisah atau sebagai kombinasi pil tunggal.
Beberapa anggota komite meny arankan mulai terapi dengan ≥2 obat
ketika tekanan darah sistolik 160 mm Hg dan atau tekanan darah diastolik 100 mm Hg, atau jika tekanan darah sistolik 20 mm Hg di
atas tekanan darah yang diharapkan dan atau tekanan darah diastolik 10 mm Hg di atas tekanan darah yang diharapkan. Jika tujuan tekanan
darah tidak tercapai dengan 2 obat, pilih obat ketiga dari algoritma tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB, hindari kombinasi ACEI
dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai dosis maksimum yang direkomendasikan
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.8 Review literatur