42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b Sediaan kombinasi yang mengandung dua atau lebih zat aktif yang
berasal dari level empat yang berbeda maka menggunakan kode seri 50 pada level kelima.
c Sediaan kombinasi yang mengandung obat psikoleptik yang tidak
masuk dalam klasifikasi N05 – psikoleptik atau N06 – psikoanaleptik
maka diklasifikasikan dalam level lima yang terpisah menggunakan seri 70.
WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology, 2014.
2.8 Unit Pengukuran DDD
Defined Daily Dose DDD merupakan unit satuan yang digunakan dalam sistem ATCDDD. DDD diasumsikan sebagai dosis pemeliharaan rata-
rata perhari yang digunakan untuk indikasi utamanya orang dewasa. DDD hanya dimiliki oleh obat yang mempunyai kode ATC WHO, 2006.Unit ini
memiliki keunggulan yaitu dapat merefleksikan dosis obat secara global tanpa dipengaruhi oleh variasi genetik dari setiap etnik. DDD tidak diberikan untuk
sediaan topical, sera, vaksin, agen antineoplastik, ekstrak allergen, anastesi umum dan lokal, serta media kontras. Analisis penggunaan obat dalam unit
kuantitas dapat
membantu dalam
mengidentifikasi penggunaan
yang overuse dan underuse dalam pengobatan sendiri dan kelompok WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology, 2014.
Jumlah unit DDD yang direkomendasikan pada pengobatan mungkin dinyatakan dalam satuan gram untuk sediaan padat oral seperti tablet dan
kapsul, atau milliliter untuk sediaan cair oral dan sediaan injeksi. Perubahan data penggunaan dapat diperoleh dari data catatan inventaris farmasi atau data
statistik pejualan yang akan menunjukan nilai DDD kasar untuk mengidentifikasi seberapa potensial terapi harian dari pengobatan yang
diperoleh, terdistribusi atau yang dikonsumsi. Unit DDD dapat digunakan untuk membandingkan penggunaan obat
yang berbeda dalam satu kelompok terapi yang sama, dimana mempunyai
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kesamaan efikasi tapi berbeda dalam dosis kebutuhan, atau pengobatan dalam terapi yang berbeda. Penggunaan obat dapat dibandingkan setiap waktu untuk
memonitor tujuan dan untuk menjamin dari adanya intervensi komite terapi medik dalam meningkatan pengggunaan obat. Klasifikasi ATC dan metode
DDD biasa digunakan untuk membandingkan konsumsi penggunaan obat antar negara. Apabila diterapkan di lingkungan rumah sakit maka perhitungan
DDD100-patient days atau DDD100 bed days adalah yang paling direkomendasikan. Sementara untuk perhitungan antar negara biasanya
digunakan DDD100-inhibitans per day atau DDD per inhibitans per year.Sebagai contoh, nilai 10 DDDs1000 inhabitantsday dapat di artikan
bahwa 1 dari populasi rata-rata mendapatkan terapi obat tersebut setiap harinya WHO, 2003.Penetapan DDD ditetapkan dengan prinsip umum
sebagai berikut : a
Dosis rata-rata yang digunakan untuk indikasi utama pada orang dewasa. Orang dewasa dianggap memiliki berat badan 70 kg. Pada
keadaan yang khusus, terutama untuk anak-anak seperti mixture, suppositoria digunakan DDD untuk orang dewasa. Kecuali yang
dibuat khusus untuk anak-anak, seperti hormon pertumbuhan dan tablet fluoride.
b Dosis pemeliharaan dosis terapi jangka panjang lebih diutamakan
dalam menetapkan DDD daripada dosis inisial. Beberapa obat digunakan dalam dosis yang berbeda tetapi tidak direfleksikan
dalam DDD. c
DDD biasanya ditetapkan berdasarkan kekuatan zat aktif dalam sediaan. Zat aktif dalam bentuk garam biasanya tidak memberikan
DDD yang berbeda kecuali untuk beberapa obat pengecualian. d
Pada umumnya dosis yang digunakan adalah dosis pengobatan, namun jika indikasi utama obat adalah untuk profilaksis maka
dosis inilah yang digunakan, misalnya tablet fluoride A01AA01 dan beberapa antimalaria.
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e Bentuk stereoisomerik yang berbeda memberikan DDD dan kode
ATC yang berbeda. f
Untuk beberapa golongan sediaan obat, diciptakan prinsip khusus untuk menetapkan DDD.
g Prodrug yang tidak diberikan kode ATC yang berbeda tidak
memiliki DDD yang berbeda pula. h
DDD untuk suatu obat dalam berbagai kekuatan sediaan adalah sama. DDD yang berbeda diberikan untuk sediaan yang
bioavailabilitasnya berbeda karena rute pemberian yang berbeda atau bentuk sediaan dengan indikasi utama yang berbeda.
i Sediaan parenteral dengan rute administrasi yang berbeda memiliki
DDD yang sama. DDD untuk sediaan kombinasi didasarkan pada prinsip utama yaitu
perhitungan kombinasi sebagai satu dosis harian tanpa memperhatikan jumlah zat aktif yang terkandung dalam kombinasi. Jika pengobatan pasien
menggunakan dua sediaan dengan masing-masing satu zat aktif tunggal maka DDD akan dihitung dari masing-masing sedian dengan zat aktif tunggal
secara terpisah. Namun jika pengoabtan pasien menggunakan satu sediaan kombinasi yang mengandung dua zat aktif maka DDD akan lebih kecil karena
digunakan DDD untuk kombinasi. Contoh I:
Pengobatan dengan dua sediaan , masing-masing mengandung satu zat aktif:
Sediaan A: tablet mengandung 20 mg senyawa X DDD =20 mg Sediaan B: tablet mengandung 25 mg senyawa Y DDD =25 mg
Dosis regimen 1 tablet A dan 1 tablet B sehari, maka dihitung konsusminya adalah 2 DDD.
Contoh II:
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengobatan dengan satu sediaan kombinasi yang mengandung dua zat aktif:
Sediaan C: tablet mengandung 20 mg senyawa X dan 12,5 mg senyawa Y.
DDD dari senyawa kombinasi adalah 1 UD unit dose = 1 tablet. Dosis regimen 1 tablet C sehari maka dihitung 1 DDD meskipun
setara dengan 1,5 DDD zat aktif tunggal WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology, 2014.
Prinsip penetapan DDD untuk senyawa kombinasi adalah sebagai berikut: a
Untuk sediaan kombinasi selain yang digunakan untuk hipertensi dimana zat aktif utamanya terdapat dalam kode ATC kombinasi seri
50 dan 70 dan untuk beberapa kombinasi level empat, DDD sediaan kombinasi tersebut sama dengan DDD zat akif utamanya.
b Untuk sediaan kombinasi yang digunakan untuk hipertensi kelompok
ATC C02, C03, C07, C08 dan C09, DDD didasarkan jumlah rata-rata interval dosis per hari. Hal ini berarti DDD 1 tablet untuk sediaan yang
diebrikan 1 kali sehari, DDD 2 tablet untuk sediaan yang diberikan 2 kali sehari, dan DDD 3 tablet untuk sediaan yang diberikan 3 kali
sehari, dan seterusnya. Perhitungan Kuantitas Penggunaan obat dengan unit pengukuran DDD dapat
dilakukan sebagai berikut : a
Dihitung data total penggunaan obat dalam unit; tablet, vial dan kekuatan; g, iu dan kemudian disesuaikan dengan ATC.
b Dihitung total kuantitas yang dikonsumsi unit dikali dengan
kekuatan c
Dibagi total kuantitas dengan DDD yang ditetapkan DDD definitif d
Dibagi kuantiti total DDD dengan jumlah pasien WHO, 2006.
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.9 DU 90