Pengujian Pra Estimasi 1. Uji Stasioneritas Data
= ∆
t
IHSG
i t
−
∑
=
Γ
1 -
k 1
i
iNAB +
+ Γ
−
∑
=
i t
1 -
k 1
i
iSBI +
Γ
−
∑
=
i t
S
1 -
k 1
i
iSBI
i t
−
∑
=
Γ
1 -
k 1
i
iER
+
+ Γ
−
∑
=
i t
1 -
k 1
i
iINF
t i
t i
t
+ Γ
+ Γ
− −
∑ ∑
= =
1 -
k 1
i 1
- k
1 i
iJII iIHSG
3.20
= ∆
t
JII
i t
−
∑
=
Γ
1 -
k 1
i
iNAB +
+ Γ
−
∑
=
i t
1 -
k 1
i
iSBI +
Γ
−
∑
=
i t
S
1 -
k 1
i
iSBI
i t
−
∑
=
Γ
1 -
k 1
i
iER
+
+ Γ
−
∑
=
i t
1 -
k 1
i
iINF
t i
t i
t
+ Γ
+ Γ
− −
∑ ∑
= =
1 -
k 1
i 1
- k
1 i
iJII iIHSG
3.21
3.3.3. Pengujian Pra Estimasi 3.3.3.1. Uji Stasioneritas Data
Dalam mengestimasi sebuah model yang akan digunakan, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah uji stasioneritas data atau disebut dengan unit root test.
Menurut Gujarati 2003, data yang stasioner akan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-rata dan berfluktuasi di sekitar nilai rata-ratanya. Untuk itu,
pengujian stasioneritas data sangat penting dilakukan apabila menggunakan data time series dalam analisis. Hal tersebut dikarenakan data time series pada umumnya
mengandung akar unit unit root dan nilai rata-rata serta variansnya berubah sepanjang waktu. Nilai yang mengandung unit root atau non-stasioner, apabila
dimasukkan dalam perhitungan statistik pada model regresi sederhana, maka kemungkinan besar estimasi akan gagal mencapai nilai yang sebenarnya atau disebut
sebagai spurious estimation Nachrowi, 2006.
Untuk menguji ada atau tidaknya akar unit pada data yang digunakan, maka dalam penelitian ini menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller ADF. Menurut
Gujarati 2003, uji stasioneritas data dengan menggunakan uji Dickey-Fuller, dimulai dari sebuah proses autoregresi orde pertama, yaitu :
Y
t
= ρY
t-1
+ μ
t
3.22 dimana :
μ
t
= white noise error term dengan mean nol dan varians konstan Kondisi di atas disebut sebagai random walk, dimana variabel Y
t
ditentukan oleh variabel sebelumnya Y
t-1
. Oleh karena itu jika nilai ρ = 1 maka persamaan 3.22 mengandung akar unit atau tidak stasioner. Kemudian persamaan 3.22 dapat
dimodifikasi dengan mengurangi Y
t-1
pada kedua sisi persamaan, sehingga persamaan 3.22 dapat diubah menjadi :
Y
t
– Y
t-1
= ρY
t-1
– Y
t-1
+ μ
t
= ρ-1Y
t-1
+ μ
t
3.23 maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut :
Δ Y
t
= δY
t-1
+ μ
t
3.24 dimana :
δ = ρ-1
Δ = perbedaan pertama first difference
Oleh karena itu hipotesis pada persamaan 3.28, H : δ = 0 melawan hipotesis
alternatifnya atau H
1
: δ 0. Nilai H : δ = 0 akan menunjukkan bahwa persamaan
tersebut tidak stasioner, sementara H
1
: δ 0 menunjukkan persamaan tersebut mengikuti proses yang stasioner. Jadi apabila kita menolak H
maka artinya data time series tersebut stasioner, dan sebaliknya.
Pada persamaan 3.28 diasumsikan bahwa error term μ
t
tidak berkorelasi. Dalam kasus error term-nya berkorelasi maka contoh persamaan yang dapat diuji
stasioneritas melalui Augmented Dickey-Fuller ADF dapat ditulis sebagai berikut Gujarati, 2003 :
Δ Y
t
= β
t
+ β
2
t + δY
t-1
+ α
i
∑
=
+ ∆
m 1
i
i -
t
Y
t
3.25
dimana : ε
t
= pure white noise error term Δ Y
t-1
= Y
t-1
- Y
t-2
, Δ Y
t-2
= Y
t-2 -
Y
t-3
, dan seterusnya. Dalam kasus persamaan seperti ini pengujian hipotesis yang dilakukan masih
sama dengan sebelumnya yaitu H adalah δ = 0 tidak stasioner dengan hipotesis
alternatifnya adalah H
1
adalah δ 0 stasioner. Artinya jika H ditolak dan menerima
H
1
maka data kita stasioner dan begitu juga sebaliknya. Uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah data time series bersifat stasioner atau tidak adalah dengan
menguji uji Ordinary Least Square OLS dan melihat nilai t statistik dari estimasi δ.
Jika δ adalah nilai dugaan dan S
δ
adalah simpangan baku dari δ maka uji statistik memiliki rumus sebagai berikut :
S t
hit
= 3.26
Apabila nilai t-statistik lebih kecil dari nilai statistik ADF dalam nilai kritikal 1 persen, 5 persen, atau 10 persen, maka keputusannya adalah tolak H
atau dengan kata lain data bersifat stasioner dan begitu juga sebaliknya.