Impulse Response Function Innovation Accounting

Kondisi ini juga diperkuat bahwasanya reksadana syariah di Indonesia didominasi oleh reksadana yang menginvestasikan dananya melalui efek bersifat utang. Dengan porsi dana investasi yang lebih sedikit terhadap efek berbentuk saham, maka JII dinilai sangat kecil pengaruhnya terhadap reksa dana syariah. Model VAR Vector Auto Regression yang dikombinasikan dengan Vector Error Correction Model VECM digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel makroekonomi terhadap reksa dana syariah di Indonesia. Pengaruh dan peranan shock variabel makroekonomi terhadap reksa dana syariah dapat diidentifikasi melalui guncangan struktural dengan menggunakan cholesky decomposition. Tahapan analisis selanjutnya yang akan digunakan adalah Impulse Response Function IRF dan Forecast Error Variance Decomposition FEVD.

5.4. Innovation Accounting

5.4.1. Impulse Response Function

Analisis IRF akan menjelaskan dampak dari guncangan shock pada satu variabel terhadap variabel lain, dimana dalam analisis ini tidak hanya dalam waktu pendek tetapi dapat menganalisis untuk beberapa horizon ke depan bulanan sebagai informasi jangka panjang. Dapat dilihat pada analisis ini respon dinamika setiap variabel apabila ada inovasi shock tertentu sebesar satu standar error pada setiap persamaan. Sumbu horizontal merupakan periode dalam bulanan, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan nilai respon dalam standar deviasi yang dapat dikonversi dalam bentuk persentase. Dalam analisis ini digunakan variabel Nilai Aktiva Bersih NAB reksadana syariah yang dipengaruhi oleh adanya guncangan shock variabel-variabel makroekonomi. Terdapat enam variabel makroekonomi pada analisis IRF dalam model penelitian, yaitu suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS, nilai tukar rupiah tehadap dollar AS KURS, inflasi INF, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG, dan Jakarta Islamic Index JII. 5.5.1.1. Respon Dinamis Guncangan Makroekonomi terhadap Nilai Aktiva Bersih NAB Reksadana Syariah Seperti terlihat seperti gambar 6, guncangan SBI sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua, guncangan SBI sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami penurunan sebesar 0,047683 persen. Guncangan SBI sebesar satu standar deviasi terus membuat penurunan pada NAB reksadana syariah hingga mencapai titik terendah pada bulan ke dua belas dengan penurunan sebesar 0,242479 persen. Kemudian guncangan SBI sebesar satu standar deviasi mencapai kestabilan pada bulan ke tiga belas dengan rata-rata penurunan 0,24 persen. Guncangan terhadap SBI sangat berpengaruh terhadap keputusan investor untuk berinvestasi atau tidak melalui reksadana syariah. SBI merupakan operasi moneter bank sentral yang memiliki dana serapan yang sangat besar. Sehingga pergerakannya akan berpengaruh terhadap pergerakan variabel makroekonomi lainnya, SBIS menjadi salah satunya. SBI dan SBIS memiliki pergerakan yang relatif sama, maka ketika shock diberikan pada SBI, sehingga SBI menjadi sangat rendah, akan memberikan sinyal kepada investor bahwa SBIS akan mengalami penurunan yang sama. Dengan rendahnya SBI dan SBIS, maka investor akan mencari alternatif investasi lain yang lebih menguntungkan. Para investor akan menarik dana yang dimilikinya di dalam reksadana syariah, sehingga NAB reksadana syariah akan menurun. Guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua, guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami penurunan sebesar 0,009761 persen. Guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi terus membuat penurunan pada NAB reksadana syariah hingga mencapai puncaknya pada bulan ke sepuluh dengan penurunan sebesar 0,179831 persen. Penurunan NAB reksadana syariah sempat berkurang dari bulan ke sebelas hingga bulan ketujuh belas hingga sebesar 0,163673 persen. Guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mencapai kestabilan pada bulan kedelapan dengan rata-rata penurunan sebesar 0,17 persen. Guncangan terhadap SBIS sangat berpengaruh terhadap keputusan investor untuk berinvestasi atau tidak melalui reksadana syariah. Ketika shock diberikan pada SBIS, sehingga SBIS menjadi sangat rendah, investor akan mencari alternatif investasi lain yang lebih menguntungkan. Para investor akan menarik dana yang dimilikinya di dalam reksadana syariah, sehingga NAB reksa dana syariah akan menurun. Guncangan KURS sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua guncangan KURS sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami peningkatan sebesar 0,008528 persen. Kemudian guncangan KURS sebesar satu standar deviasi akan membuat peningkatan terhadap NAB reksadana syariah sebesar 0,023925 persen pada bulan ketiga dan mencapai kestabilan pada bulan kesembilan dengan peningkatan rata-rata sebesar 0,17 persen. Guncangan KURS akan membuat KURS terdepresiasi. Peningkatan Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menandakan bahwa semakin murah harga rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS sehingga terjadi aliran modal masuk capital inflow ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan akan rupiah. Capital Inflow kemudian akan meningkatkan NAB reksadana syariah. Guncangan INF sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua guncangan INF sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami peningkatan sebesar 0,003579 persen. Kemudian guncangan INF sebesar satu standar deviasi akan membuat penurunan terhadap NAB reksadana syariah sebesar 0,016183 persen pada bulan ke tiga, guncangan INF sebesar satu standar deviasi terus membuat penurunan pada NAB reksadana syariah dan mencapai kestabilan pada bulan ke sembilan dengan penurunan rata-rata sebesar 0,17 persen. Guncangan inflasi pada awalnya akan direspon oleh para investor untuk menanamkan modalnya melalui reksadana syariah karena guncangan inflasi akan direspon oleh bank sentral dengan menaikkan bonus untuk mengurangi jumlah uang beredar. Kenaikan bonus inilah yang menjadi insentif bagi para investor yang mengingkinkan return yang tinggi, sehingga NAB reksadana syariah akan meningkat. Namun guncangan inflasi yang tidak terkendali pada lag selanjutnya akan menurunkan NAB reksadana syariah. Hal ini dikarenakan inflasi yang terus terjadi tanpa kendali akan mempengaruhi nilai riil terhadap return yang diperoleh oleh para investor, daya beli para investor akan menurun sehingga akan mengurangi minat berinvestasi melalui reksadana syariah sehingga NAB reksadana syariah mengalami penurunan. Guncangan IHSG sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua guncangan IHSG sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami peningkatan sebesar 0,030986 persen. guncangan IHSG sebesar satu standar deviasi terus membuat peningkatan pada NAB reksadana syariah hingga bulan ke enam sebesar 0,000334 persen. Kemudian guncangan IHSG sebesar satu standar deviasi akan membuat penurunan terhadap NAB reksadana syariah sebesar 0,014390 persen pada bulan ke tujuh, guncangan IHSG sebesar satu standar deviasi terus membuat penurunan pada NAB reksadana syariah dan mencapai kestabilan pada bulan kesepuluh dengan penurunan rata-rata sebesar 0,04 persen. Guncangan JII sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua guncangan JII sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami peningkatan sebesar 0,001895 persen. guncangan JII sebesar satu standar deviasi kemudian mengalami penurunan pada NAB reksadana syariah pada bulan ke tiga sebesar 0,018366 persen hingga bulan kelima sebesar 0,005959 persen. Kemudian guncangan JII sebesar satu standar deviasi membuat peningkatan kembali terhadap NAB reksadana syariah sebesar 0,000334 persen pada bulan keenam, guncangan JII sebesar satu standar deviasi terus membuat peningkatan pada NAB reksadana syariah dan mencapai kestabilan pada bulan kesembilan dengan peningkatan rata-rata sebesar 0,02 persen. Berdasarkan hasil analisis impulse response tersebut, maka dapat dilihat bahwa inovasi atau guncangan dari variabel makroekonomi SBI, SBIS, KURS, INF, IHSG, dan JII memberikan dampak terhadap NAB reksadana syariah. Inovasi atau guncangan dari variabel makroekonomi dalam jangka panjang memengaruhi reksadana syariah berupa peningkatan atau penurunan NAB reksadana syariah dan mencapai kestabilan rata-rata setelah melewati periode kesepuluh. Gambar 4. Respon NAB Reksadana Syariah terhadap Guncangan Variabel Makroekonomi Sumber : Lampiran 7

5.4.2. Forecast Error Variance Decomposition FEVD