dapat ikut serta dalam perdagangan karbon skema REDD+. Informasi tentang kelayakan untuk mengikuti REDD+ sangat diperlukan oleh pengelola hutan.
Tabel berikut memberikan informasi tentang perbandingan keuntungan bersih berbagai pilihan penggunaan lahan hasil studi Sasaki dan Yoshimoto 2010.
Tabel 4 Keuntungan bersih dari berbagai pilihan penggunaan lahan
Pilihan Penggunaan lahan ha
-1
Pendapatan Biaya
Keuntungan BAU-timber
6.556,83 5.125,63
1.431,19 - Company
4.312,20 5.054,87
-742,67 - Government
2.244,63 70,76
2.173,87 REDD-plus
7.820,57 5.419,92
2.400,65 Hutan tanaman Jati
1.000,00 41,25
958,75 Hutan Tanaman Eucalyptus dan Akasia
61,60 688,88
-627,28 Kebun Karet
- Kasus 1 MAFF, 2006
- Kasus 2 Marubeni, 2004
1.200,00 1.200,00
211,93 250,50
988,07 949,50
Kebun Kelapa Sawit 747,60
852,49 -104,89
Harga karbon untuk kalkulasi pendapatan pada REDD+ adalah 2,00t
-1
CO
2
Sumber: Sasaki dan Yoshimoto 2010
Keuntungan bersih pengelolaan hutan produksi lestari dengan REDD+ lebih besar dari pengelolaan hutan konvensional. Besarnya perbedaan
keuntungan bersih mencapai 67,74 dari keuntungan besih pengelolaan hutan konvensional. Pendapatan dari kegiatan pengelolaan hutan produksi lestari dan
REDD+ diperoleh dari penebangan kayu yang masak tebang sebesar 30 dan kompensasi dari kemampuan mempertahankan simpanan karbon Sasaki dan
Yoshimoto 2010. Hasil penelitian Antinori dan Sathaye 2007 di Cameroon menunjukkan
bahwa besarnya biaya transaksi untuk penerapan REDD+ masih kurang menentu. Tercatat dari 11 hutan produksi yang menjadi contoh dalam penelitian
tersebut, biaya transaksinya berkisar antara US 0,03 sampai US 1,23ton CO
2.
Titik impas break event mengikuti REDD+ pada harga US 2,85 tCO
2
2.4. Nilai Ekonomi Karbon Hutan
dan economic return untuk pengelolaan hutan alam dipengaruhi oleh biaya, harga
kayu dan harga karbon.
Perhitungan neraca karbon mencakup tahapan berikut: 1 Penetapan garis dasar baseline 2 kuantifikasi aliran karbon yang dihasilkan dalam proyek
3 perhitungan additionality besarnya pengaruh tambahan proyek dari perbedaan antara karbon yang diperoleh dengan garis dasarnya.
Perhitungan nilai ekonomi karbon umumnya terdiri atas 2 macam yaitu: 1. Biaya oportunitas opportunity cost
Biaya oportunitas adalah biaya kesempatan yang hilang dari alternatif penggunaan lain.
2. Biaya transaksi transaction cost Biaya transaksi adalah biaya pencapaian dan penguatan kesepakatan seperti
biaya mendapatkan informasi, biaya tawar menawar, biaya untuk meyakinkan suatu kesepakatan. Biaya transaksi dikorbankan untuk kepentingan proyek
mulai dari perencanaan, implementasi dan monitoring. Biaya transaksi menurut Kanounnikoff 2008 meliputi biaya a Informasi dan pengadaan b
Implementasi c Monitoring d Penyelenggaraan dan perlindungan e Verifikasi dan sertifikasi.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di hutan alam produksi lestari dan hutan alam produksi tidak lestari di wilayah Kalimantan. Pendekatan yang digunakan untuk
hutan alam produksi lestari dalam penelitian ini adalah hutan alam produksi bersertifikat hutan lestari. Pada hutan alam produksi lestari diambil data sebelum
memiliki sertifikat A1 dan sesudah memiliki sertifikat A2. Hutan alam produksi yang tidak bersertifikat mewakili hutan alam produksi yang pengelolaan hutannya
tidak lestari B. Hasil perhitungan perbedaan simpanan biomassa, karbon dan CO
2
antara IUPHHK A2 dan IUPHHK A1 diberi simbol A2-1 dan hasil perbedaan simpanan biomassa, karbon dan CO
2
3.2. Alur Pikir Penelitian
antara IUPHHK A2 dan IUPHHK B diberi simbol A2-B. Penelitian dilaksanakan selama enam 6 bulan, mulai dari bulan
Mei sampai dengan Oktober 2011.
Pengelolaan hutan lestari mampu mempertahankan kontinuitas produksi dan keseimbangan fungsi ekologis serta mampu membina hubungan sosial yang
baik Imai et al. 2009. Keutamaan hutan lestari dalam memperhatikan keseimbangan produksi, ekologis dan sosial Bahruni 2011 memperoleh
apresiasi pada COP XIII dengan memasukkan pengelolaan hutan lestari sebagai salah satu mekanisme reduksi emisi karbon dan memiliki peluang untuk
memperoleh insentif finansial dari perdagangan karbon skema REDD+. Menindak lanjuti peluang insentif yang ditawarkan dalam REDD+, perlu
dipersiapkan data dan informasi yang menjadi unsur pokok dalam perdagangan karbon tersebut. Data karbon tersimpan dari pengelolaan hutan lestari
merupakan informasi penting untuk dapat mengikuti REDD+. Selain data tentang simpanan karbon, kuantifikasi kehilangan keuntungan karena melakukan
pengelolaan hutan alam produksi secara lestari juga perlu diketahui agar mempunyai gambaran besarnya biaya oportunitas. Sehubungan dengan insentif
dari mekanisme REDD+ bagi pengelolaan hutan lestari, maka tambahan biaya transaksi untuk mengikuti REDD+ juga harus dipertimbangkan sehingga manfaat
finansial dari mekanisme tersebut dapat diprediksi. Secara skematis, kerangka pikir penelitian tentang insentif finansial terhadap hutan alam produksi lestari dari
perdagangan karbon skema REDD+ diringkas pada Gambar 2.
IUPHHK
Sebelum Sertifikasi A1 Setelah Sertifikasi A2
Belum Sertifikasi B
Komparasi Identifikasi Kegiatan Pengelolaan Hutan
IUPHHK A IUPHHK B
A2 A1, B
A2 ≤ A1, B
A2 A1,
B A2
A1, B A2
≤ A1, B A2
A1, B A2
≤ A1, B Produksi
IUPHHK A1,
A2, B Perlindungan Hutan
IUPHHK A1,
A2, B Biaya produksi
IUPHHK A1,
A2, B Penanaman
IUPHHK A1,
A2, B Pendapatan
IUPHHK A1,
A2, B
Gambar 2 Diagram alir kerangka pikir penelitian
Kelayakan mengikuti REDD+ Upaya Perbaikan
Simpanan Karbon Analisis Nilai Ekonomi Karbon
Analisis Ekonomi Total Simpanan Karbon
Simpanan Karbon Simpanan Karbon
A2 A1, B
A2 ≤ A1, B
A2 ≤ A1, B
3.3. Metode Penelitian