Peluang Insentif Finansial dari REDD+ bagi Hutan Alam Produksi Lestari

sebesar Rp. 168,05 milyartahun pada harga kompensasi US 12tCO 2 dan beban biaya transaksi paling rendah 0,03tCO 2 Insentif finansial paling rendah dari REDD+ yang diterima A2-B sebesar Rp. 116,61 rupiahtahun pada harga kompensasi US 6tCO . 2 dan beban biaya transaksi tertinggi. Insentif tertinggi A2-B sebesar Rp. 284,9 milyartahun pada harga kompensasi US 12tCO 2 Perhitungan nilai ekonomi karbon menunjukkan adanya peluang bagi hutan alam produksi lestari untuk memperoleh insentif tambahan dari perdagangan karbon skema REDD+. Peluang insentif tersebut memberikan gambaran bahwa hutan alam produksi lestari dapat mengikuti perdagangan karbon karena memiliki simpanan karbon yang lebih besar dari hutan alam produksi tidak lestari sebagai garis dasar dan memperoleh kompensasi dari simpanan CO dan biaya transaksi paling rendah. Insentif finansial A2-B lebih besar dari A2-1. Besarnya insentif yang akan diterima A2-B dipengaruhi oleh biaya total mengikuti REDD+ yang lebih rendah dari biaya total A2-1 bahkan ada yang bernilai negatif. 2 Titik impas tertinggi terjadi pada harga US 3,52tCO yang lebih besar dari biaya yang harus dikorbankan untuk mengikuti REDD+. 2 untuk A2-1 dan harga US 1,01tCO 2 untuk A2-B. Jika biaya untuk mengikuti REDD+ adalah biaya yang paling rendah maka titik impas terjadi pada harga US 2,32tCO 2 untuk A2-1 dan harga US 0,19tCO 2 5.5.3. Peluang Insentif Finansial dari REDD+ bagi Hutan Alam Produksi Lestari untuk A2-B. Insentif finansial dari REDD+ dapat diterima jika harga kompensasi reduksi emisi karbon diatas harga titik impasnya. Pengelolaan hutan lestari merupakan salah satu mekanisme pengurangan emisi karbon dalam skema REDD+. Pengelola hutan alam produksi dapat berperan aktif dalam upaya penurunan emisi karbon melalui pengelolaan hutan alam produksi secara lestari. Pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan suatu kawasan hutan alam produksi dikelola secara lestari adalah memiliki sertifikat hutan lestari. Dalam penelitian ini, IUPHHK yang dikelola secara konvensional IUPHHK A1 dan IUPHHK B di asumsikan sebagai sebuah skenario Business as Usual BAU dan dijadikan sebagai garis dasar perhitungan karbon. Sedangkan IUPHHK yang memiliki sertifikat IUPHHK A2 merupakan IUPHHK yang memiliki komitmen dan upaya yang kuat untuk menerapkan pengelolaan hutan secara lestari. Komitmen dan upaya tersebut merupakan additionality yang dapat diajukan untuk mengikuti proyek perdagangan karbon melalui mekanisme REDD+. Menurut salah satu Lembaga Sertifikasi di Indonesia 2008, manajemen IUPHHK A2 mempunyai komitmen yang kuat dalam pencapaian sertifikasi pengelolaan hutan alam produksi lestari PHAPL, hal ini dibuktikan dengan kesungguhan dalam mempersiapkan dokumentasi dan lapangan, penyusunan tim sertifikasi yang cukup solid dalam jangka beberapa tahun untuk memperoleh sertifikat PHAPL. Beberapa hal lain yang menjadi kekuatan IUPHHK A2 untuk pencapaian PHAPL yaitu: • Jajaran manajemen sampai karyawan di bawah turut terlibat dalam menyiapkan sertifikasi dalam mencoba untuk melaksanakan praktek-praktek pengelolaan hutan yang baik dan memperbaiki secara berkelanjutan pada pengelolaan hutannya • Memperkerjakan karyawan yang cukup banyak jumlahnya yang berdampak pada terbukanya peluang kerja di daerah dan juga meningkatnya pendapatan masyarakat secara umum • Program community development PMDH selalu menjadi bagian dari kegiatan perusahaan untuk pemberdayaan masyarakat Hutan alam produksi yang dikelola secara lestari mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan hutan alam produksi tidak lestari, di antaranya 1 mampu mempertahankan kelestarian produksi jangka panjang sehingga dapat terus menyediakan lapangan pekerjaan 2 Mampu meminimalkan kerusakan tegakan tinggal 3 Mampu mereduksi laju degradasi 4 Mampu meningkatkan stok tegakan dari kegiatan penanaman yang lebih besar 5 Mampu mencegah kehilangan pendapatan negara . Menurut Malsheimer, et. al. 2009, hutan yang dikelola menyerap karbon lebih banyak daripada hutan yang tidak di kelola karena hutan yang dikelola berisi pohon muda lebih banyak sehingga memiliki kapasitas penyerapan yang lebih tinggi. Berdasarkan Permenhut No. P.36Menhut-II2009, hutan produksi lestari IUPHHK A2 dapat mengikuti usaha pemanfaatan Penyerapan karbon dan atau penyimpanan Karbon UP RAP-KARBON danatau UP PAN-KARBON. Kegiatan usaha RAP-KARBON yang dilakukan IUPHHK A2 yaitu: • Penanaman dan pemeliharaan pada areal hutan alam produksi. • Penanaman pada jalur tanam pada sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ. • Peningkatan riap tegakan dengan penerapan teknik silvikultur intensif. IUPHHK A2 juga melakukan kegiatan PAN-KARBON terkait pengelolaan hutan alam produksi lestari, yaitu: • Menerapkan penebangan ramah lingkungan dengan teknik RIL • Melakukan pemeliharaan dan pengamanan pada jalur antar • Melakukan perlindungan dan pengamanan pada areal yang berfungsi perlindungan • Melakukan perlindungan dan pengamanan pada seluruh areal hutan. Kegiatan UP RAP-KARBON DAN UP PAN-KARBON pada hutan alam produksi lestari menghasilkan simpanan karbon pada A2-1 dan A2-B sebesar 532.807 tontahun dan 717.450 tontahun. Pengelolaan hutan alam produksi lestari mampu mereduksi emisi karbon dan menghindarkan kehilangan tegakan akibat pemanenan dan degradasi hutan. Hasil perhitungan nilai ekonomi karbon memberikan gambaran bahwa pengelola hutan alam produksi lestari memiliki peluang untuk mendapatkan insentif berupa manfaat finansial dari skema REDD+. Insentif dari REDD+ tersebut diharapkan cukup mampu menguatkan pengelolaan hutan alam produksi lestari. Titik impas tertinggi untuk mengikuti REDD+ terjadi pada harga US 1,01- 3,52ton CO 2 . Insentif finansial akan diterima pengelolaan hutan alam produksi lestari jika harga kompensasi CO 2 diatas nilai titik impasnya. Hasil penelitian Antinori dan Sathaye 2007 menegaskan bahwa titik impas pada pilihan penggunaan lahan untuk hutan alam produksi dan REDD+ terjadi pada harga US 2,85tCO 2 . Nilai kompensasi yang lebih rendah diperoleh dari studi Sasaki dan Yoshimoto 2010 yang menyatakan bahwa harga kompensasi agar hutan lestari mendapatkan insentif finansial dari REDD+ sebesar US 2tCO 2 . 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan