Biaya, Penerimaan dan Insentif Finansial REDD+
Keuntungan 271.658
74.089 48.884
Keterangan: Berdasarkan harga tahun 2009
Biaya pengelolaan hutan alam produksi bersertifikat lebih tinggi dari biaya pengelolaan hutan belum bersertifikat A1. Hal tersebut disebabkan tingginya
biaya pemanenan IUPHHK A2. Faktor lain yang juga mempengaruhi besarnya biaya pengelolaan hutan alam produksi bersertifikat adalah dilakukannya
peningkatan kegiatan penanaman, perlindungan hutan, penerapan teknik RIL dan kerjasama dengan masyarakat sekitar hutan. Biaya pengelolaan hutan
bersertifikat lestari mengalami kenaikan sebesar Rp 171.378,-m
3
atau 23 dari biaya pengelolaan hutan A1. Nilai tersebut lebih tinggi dari hasil studi Darusman
dan Bahruni 2004 yang menyatakan bahwa kenaikan biaya pengelolaan hutan lestari berkisar antara IDR 26.000-44.000m
3
atau 4-6,5. Biaya pengelolaan hutan IUPHHK A2 yang lebih besar dari IUPHHK A1 mempengaruhi jumlah
keuntungan yang diterima. Rata-rata keuntungan IUPHHK A1 sebesar Rp 271.658,-m
3
dan IUPHHK A2 sebesar Rp. 74.089,-m
3
Biaya pengelolaan hutan IUPHHK B sebesar Rp 945.236,-m .
3
dengan keuntungan sebesar Rp 48.884,-m
3
. Biaya pengelolaan hutan IUPHHK B lebih tinggi dari IUPHHK A1 dan IUPHHK A2. Rata-rata kenaikan biaya pengelolaan
IUPHHK B sebesar Rp. 208.430,-m
3
terhadap A1 dan sebesar Rp. 37.052,-m
3
terhadap A2. Keuntungan IUPHHK B lebih rendah antara IDR 25.206 – 22.775m
3
5.5.2. Biaya, Penerimaan dan Insentif Finansial REDD+
atau 34-82 dari keuntungan IUPHHK A1 dan IUPHHK A2. Perbedaan keuntungan antara hutan alam produksi lestari dan hutan alam
produksi tidak lestari merupakan biaya oportunitas untuk mengikuti REDD+.
Keuntungan yang diperoleh IUPHHK A1 lebih besar dibandingkan dengan keuntungan IUPHHK A2. Perbedaan keuntungan antara IUPHHK A1 dengan
IUPHHK A2 A2-1 sebesar Rp 197.569,-m
3
. Hasil yang berbeda diperoleh dari Perbedaan keuntungan antara IUPHHK B dengan IUPHHK A2 A2-B. IUPHHK
B memiliki keuntungan yang lebih kecil dibandingkan dengan IUPHHK A2. Perbedaan keuntungan A2-B sebesar Rp 25.206,-m
3
. Perbedaan keuntungan A2-B bernilai negatif menunjukkan bahwa IUPHHK A2 yang melakukan
pengelolaan hutan alam produksi lestari memperoleh keuntungan yang lebih besar dari IUPHHK B.
Struktur biaya dalam analisis ekonomi REDD+ terdiri atas biaya oportunitas dan biaya transaksi. Biaya oportunitas merupakan biaya yang timbul
karena hilangnya kesempatan akibat alternatif penggunaan lain. Pada penelitian ini biaya oportunitas diperoleh dari perbedaan keuntungan antara IUPHHK yang
memiliki sertifikat pengelolaan hutan lestari IUPHHK A2 dan IUPHHK yang tidak atau belum memiliki sertifikat pengelolaan hutan lestari IUPHHK A1 dan
IUPHHK B. Biaya oportunitas A2-1 sebesar Rp. 39,8 milyartahun dan A2-B sebesar Rp. 5,1 milyartahun.
Perhitungan biaya transaksi dapat dihitung berdasarkan besarnya transaksi CO
2
yang ditawarkan. Menurut Antinori dan Sathaye 2007, besarnya biaya transaksi antara US 0,03 sampai dengan US 1,23tCO
2
. Berdasarkan kisaran biaya transaksi tersebut, perhitungan biaya transaksi dalam penelitian ini
menggunakan tiga pendekatan biaya yaitu US 0,03; US 1,23tCO
2
dan rata- ratanya sebesar US 0,63tCO
2
. Biaya transaksi berdasarkan simpanan CO
2
pada Tabel 43 Biaya transaksi pada A2-1 dan A2-B
A2-1 dan A2-B dapat dilihat pada Tabel 42.
Alternatif biaya transaksi tCO
2
A2-1 Rptahun A2-B Rptahun
0,03 520.919.316
701.442.241 0,63
10.939.305.635 14.730.287.063
1,23 21.357.691.953
28.759.131.885 Biaya transaksi A2-1 lebih rendah dibandingkan dengan biaya transaksi
A2-B. Hal tersebut disebabkan rendahnya simpanan CO
2
Tabel 44 Biaya total A2-1 dan A2-B yang mampu dilakukan
oleh A2-1 dibandingkan dengan A2-B. Biaya total yang harus di korbankan A2-1 dan A2-B untuk dapat mengikuti REDD+ dirangkum dalam Tabel 43.
A2-1 Rptahun
A2-B Rptahun
40.318.713.095 4.375.930.125
50.737.099.414 9.652.914.698
61.155.485.732 23.681.759.520
Biaya total yang harus dikorbankan untuk mengikuti perdagangan karbon skema REDD+ merupakan penjumlahan dari biaya oportunitas dan biaya
transaksi. Biaya total untuk mengikuti REDD+ pada A2-1 lebih tinggi daripada A2-B karena biaya oportunitas A2-B bernilai negatif.
Penerimaan dari kompensasi simpanan CO
2
pengelolaan hutan alam produksi lestari berdasarkan pendekatan harga hipotetik menurut Pirard 2005
yaitu US 6, US 9 dan US 12ton CO
2
. Penerimaan yang diperoleh dari simpanan CO
2
sebesar 1.955.403 ton CO
2
tahun pada A2-1 dan sebesar 2.633.041 ton CO
2
tahun pada A2-B ditampilkan pada Tabel 44. Tabel 45 Penerimaan dari kompensasi simpanan CO
2
IUPHHK
pada A2-1 dan A2-B
Harga kompensasi simpanan CO
2
6 Rp 53.280,- 9 Rp 79.920,-
12 Rp 106.560,- A2-1
104.183.863.187 156.275.794.780
208.367.726.373
A2-B
140.288.448.221 210.432.672.331
280.576.896.442 Penerimaan A2-B pada perdagangan karbon skema REDD+ untuk setiap
level harga kompensasi lebih tinggi daripada penerimaan A2-1. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan kemampuan reduksi emisi karbon A2-1 dan
A2-B yang dipengaruhi oleh garis dasar yang digunakan untuk menentukan additionality untuk mengikuti REDD+.
Insentif yang dapat diperoleh dari keikutsertaan hutan bersertifikat dalam perdagangan karbon skema REDD+ dipengaruhi oleh biaya yang harus
ditanggung untuk mengikuti REDD+ biaya oportunitas dan biaya transaksi dan harga kompensasi karbon. Insentif finansial A2-1 dan A2-B pada perdagangan
karbon skema REDD+ disajikan pada Tabel 45. Tabel 46 Insentif finansial A2-1-A2-B dari REDD+
IUPHHK Harga kompensasi
6 Rp 53.280,- 9 Rp 79.920,-
12 Rp 106.560,-
A2-1 63.865.150.092
115.957.081.685 168.049.013.278
53.446.763.773 105.538.695.366
157.630.626.959 43.028.377.454
95.120.309.047 147.212.240.641
A2-B 144.664.378.345
214.808.602.456 284.952.826.566
130.635.533.523 200.779.757.634
270.923.981.744 116.606.688.701
186.750.912.812 256.895.136.922
Tabel 45 menunjukkan bahwa A2-1 dan A2-B memiliki peluang menerima insentif finansial dari perdagangan karbon skema REDD+ pada semua harga
kompensasi yang disimulasikan. Nilai insentif finansial paling rendah yang diterima A2-1 sebesar Rp. 43,03 milyartahun pada kompensasi harga US
6tCO
2
dengan biaya transaksi tertinggi US 1,23tCO
2
dan insentif tertinggi
sebesar Rp. 168,05 milyartahun pada harga kompensasi US 12tCO
2
dan beban biaya transaksi paling rendah 0,03tCO
2
Insentif finansial paling rendah dari REDD+ yang diterima A2-B sebesar Rp. 116,61 rupiahtahun pada harga kompensasi US 6tCO
.
2
dan beban biaya transaksi tertinggi. Insentif tertinggi A2-B sebesar Rp. 284,9 milyartahun pada
harga kompensasi US 12tCO
2
Perhitungan nilai ekonomi karbon menunjukkan adanya peluang bagi hutan alam produksi lestari untuk memperoleh insentif tambahan dari
perdagangan karbon skema REDD+. Peluang insentif tersebut memberikan gambaran bahwa hutan alam produksi lestari dapat mengikuti perdagangan
karbon karena memiliki simpanan karbon yang lebih besar dari hutan alam produksi tidak lestari sebagai garis dasar dan memperoleh kompensasi dari
simpanan CO dan biaya transaksi paling rendah. Insentif
finansial A2-B lebih besar dari A2-1. Besarnya insentif yang akan diterima A2-B dipengaruhi oleh biaya total mengikuti REDD+ yang lebih rendah dari biaya total
A2-1 bahkan ada yang bernilai negatif.
2
Titik impas tertinggi terjadi pada harga US 3,52tCO yang lebih besar dari biaya yang harus dikorbankan untuk
mengikuti REDD+.
2
untuk A2-1 dan harga US 1,01tCO
2
untuk A2-B. Jika biaya untuk mengikuti REDD+ adalah biaya yang paling rendah maka titik impas terjadi pada harga US 2,32tCO
2
untuk A2-1 dan harga US 0,19tCO
2
5.5.3. Peluang Insentif Finansial dari REDD+ bagi Hutan Alam Produksi Lestari