Rekayasa Ulang Perbaikan Pada Supply Chain

38 11. Ada kendala komunikasi antar organisasi. 12. Perancangan produk maupun proses tidak memperhitungkan konsep supply chain. 13. Perancangan dan operasional supply chain dibuat secara terpisah. 14. Supply chain tidak lengkap, fokusnya sering hanya pada operasi internal saja, tidak bisa membedakan antara „immediate customers‟ dengan ‘end customers ‟. Untuk mengatasi tantangan tersebut, terlebih dahulu perusahaan harus melakukan perbaikan dan membangun komitmen di lingkungan internal perusahaan tersebut, baru kemudian membangun kemitraan dan komitmen dengan mata rantai lain di lingkungan eksternal. Satu hal yang juga penting dalam mengatasi tantangan untuk penerapan supply chain management adalah mengelola informasi dalam sebuah sistem yang harus mendukung proses pengambilan keputusan di wilayah penerapan supply chain management.

3.1.7 Rekayasa Ulang Perbaikan Pada Supply Chain

Teknik rekayasa ulang reengeneering merupakan sebuah proses yang ditujukan pada perubahan produksi yang berubah secara cepat. Michael Hammer dan James Champy dalam Tunggal 2008 mendefenisikan sebagai pemikiran kembali yang fundamental dan rancangan ulang yang radikal dari proses bisnis untuk mencapai perbaikan yang dramatis dalam ukuran jaman sekarang yang kritis dari kinerja seperti biaya, kualitas pelayanan, dan kecepatan. Tiga tahap dalam proses rekayasa ulang: 1. Penemuan fakta 2. Pengidentifikasian area-area untuk perbaikan menuju proses desain ulang bisnis 3. Perbaikan-perbaikan yang kreatif Tahap-tahap fakta merupakan pengujian terhadap sistem-sistem mutakhir, prosedur-prosedur dan aliran-aliran pekerjaan. Kuncinya adalah menempatkan fakta-fakta yang terkumpul pada tahap pertama, tim rekayasa ulang mengidentifikasi bagian-bagian yang akan diperbaiki. Tim tersebut menganalisa dimana nilai ditambahkan untuk pelangan akhir dengan perhatian khusus dalam batas kontak pelanggan dan transfer informasi produk yang selama ini belum 39 efektif atau belum efisien. Setelah identifikasi, tim rekayasa ulang memasuki tahap kreatif proses perancangan ulang bisnis dan aliran informasi. Hasilnya secara fundamental mengubah sifat dasar kerja dan kinerjanya. Sumber : Douglas M.Lambert Larry C. Guinipero, and Gary J. Ridenhower, “Supply Chain Management : A Key to Achieving Business Exllence in the 21st century”, unpublished manuscript 1998 dalam Tunggal 2008 Gambar 1. Flowchart Proses Rekayasa Ulang Supply Chain Management Not acceptable Mission Statement Business Requirements Asses : 1. Culture 2. Strategies 3. Practices 4. Processes Business Requirements Partnership Organization Structure Human Resource Capabilities Information System New enterprise design for integrated process New enterprise design for integrated process 40 Bagan arus flow chart pada Gambar 1 memberikan gambaran umum proses rekayasa ulang. Organisasi harus fokus pada pernyataan misi perusahaan. Pernyataan misi tersebut menjalankan kebutuhan bisnis dalam organisasi. Selanjutnya penilaian yang lengkap berdasarkan budaya, strategi, praktik-praktik bisnis dan proses-proses perusahaan. Bila proses ini diterima, manajemen melaksanakan solusi bisnisnya melalui Supply Chain. Biasanya perbaikan-perbaikan dibutuhkan pada salah satu bagian untuk meningkatkan kinerja Supply Chain, sebagai contoh rekayasa ulang microcar Mercedez Benz, yang berdasarkan prinsip-prinsip sistem supply. Rekayasa ulang dari proses tersebut menghasilkan perwakilan lebih aktivitas- aktivitas rancangan kepada supplier, mengurangi jumlah keahlian teknik dan tenaga kerja pada pengusaha utama. Hasilnya adalah menyalurkan keuntungan dari keefesienan ini pada pelanggan dalam bentuk nilai yang meningkat. Implementasi Supply Chain Management Terintegrasi Tantangan yang paling besar Supply Chain Management adalah integrasi. Yang dimaksud dengan integrasi disini bukan dalam satu perusahaan saja, tetapi melebihi antara perusahaan sendiri dengan perusahaan di hulu dan di hilir. Integrasi ini tidak menyangkut kepemilikan ataupun dominisasi tertentu, tetapi merupakan penggabungan perusahaan dan kegiatan melalui informasi. Kegiatan Supply Chain Management telah sangat berubah berkat pengembangan dan penggunaan teknologi informasi. Integrasi Supply Chain Management mengimplikasikan integrasi proses, yang berarti kerja sama yang erat antara pembeli dan pemasok, pengembangan produk secara bersama, pengembangan sistem yang sama, dan saling berbagi informasi. Pelaksanaan Supply Chain Management membutuhkan perubahan fokus organisasi dari fungsi ke proses. Gambar 2 mengilustrasikan bagaimana masing- masing enam fungsi inti ini dipetakan dengan tujuh proses inti, sebagai contoh dalam proses manajemen hubungan pelanggan, penjualan dan pemasaran menyediakan keahlian perhitungan manajemen, engineering memberikan spesifikasi yang mendefenisikan kebutuhannya, logistik menyediakan informasi kebutuhan pelayanan pelanggan, produksi menyediakan stratgei produksi, purchasing menyediakan strategi sourcing, dan keuangan serta akuntasi 41 memberikan laporan profitabilitas pelanggan. Kebutuhan-kebutuhan customer service harus digunakan sebagai masukan-masukan produksi, sourcing dan strategi-strategi logistik. Jika mekanisme koordinasi yang pantas tidak ditempatkan melalui berbagai fungsi, proses tersebut akan menjadi tidak efektif atau tidak efesien. Dengan berfokus pada proses, semua fungsi yang menyentuh produk atau menyediakan informasi harus bekerja bersama, sebagai contoh data penjualanpemasaran hidup melalui jadwal produksi yang digunakan untuk menilai tingkat pesanan spesifik dan pengaturan waktu dari kebutuhan. Pesanan- pesanan ini menjalankan kebutuhan produksi yang pada gilirannya adalah meneruskan upstream ke supplier. Peningkatan kegunaan outsourcing telah mempercepat kebutuhan untuk mengkoordinasi proses-proses Supply Chain. Oleh karena organisasi menjadi lebih tergantung pada supplier luar, mekanisme koordinasi harus dikembangkan dalam organisasi. Sumber : Douglas M.Lambert. Larry C.Guinipero, and Gary Riderhower, “Supply Chain Management : A key to achieving Business Excellence in the 21st Century”, unpublished manuscript 1998 dalam Tunggal 2008. Gambar 2. Implementasi Supply Chain Management

3.1.8 Identifikasi Anggota Rantai Pasokan