Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN 3.1

44 berdasarkan intuisi, data kuantitatif dan preferensi kualitatif. PHA merupakan suatu model yang fleksibel dan memberikan gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Model ini dirancang untuk lebih menampung sifat alamiah manusia dibanding memaksa manusia ke cara berpikir yang mungkin justru berlawanan dengan hati nurani Saaty, 1993. Terdapat tiga prinsip dasar yang digunakan untuk memecahkan persoalan dalam metode Proses Hirarki Analitik, yaitu: 1. Prinsip menyusun secara hirarki, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi elemen-elemen yang terpisah-pisah 2. Prinsip menetapkan prioritas, yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya. 3. Prinsip konsistensi logis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteris yang logis.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Setiap perusahaan atau lembaga sebenarnya tanpa sadar telah menjalankan aktifitas kegiatan supply chain di perusahaannya begitu juga yang ada di Lembaga Pertanian Sehat, tetapi terkadang kegiatan tersebut tidak dikelola dengan baik sehingga kegiatan tersebut mengakibatkan borosnya biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang termasuk dengan kegiatan supply chain. Agar perusahaan selalu dapat memimpin dalam berkompetisi di pasaran, cara-cara baru yang lebih inovatif perlu ditemukan atau dikembangkan. Seiring dengan menyebarnya konsep-konsep Supply Chain Management di dunia industri baik industri manufaktur atau jasa. Untuk itu perlu dilakukan proses flowchart supply chain management di perusahaan agar mendapatkan pola baru dalam proses integrasi bisnisnya yang sesuai di perusahaannya. Diharapkan dari pola yang baru tersebut Lembaga Pertanian Sehat dapat sukses bersaing di bisnis beras, terutama beras sehat atau beras organik. Proses flowchart supply chain management yang terdapat pada Gambar 1 pada awalnya adalah menentukan misi atau tujuan seperti apa yang diharapkan. Di Lembaga Pertanian Sehat Tujuan yang ingin diharapkan ada dua, yaitu : 45 1. Mendapatkan Jalur distribusi yang Efisien 2. Mempertahankan Kualitas Beras. Setelah tujuan seperti apa yang diharapkan dibuat langkah selanjutnya adalah melakukan penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi dari tujuan-tujuan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan terapan peralatan fungsional seperti : 1. Demand management forecasting 2. Advanced planning and scheduling 3. Transportation management 4. Distribution and deployment 5. Production planning 6. Available to promise 7. Supply Chain Modeler Dari terapan peralatan fungsional di atas ada faktor yang tidak digunakan karena disesuaikan dengan keadaan yang ada pada Lembaga Pertanian Sehat dengan melihat kegiatan pengadaan produk dan jasa sebagai permasalahan yang lebih luas yang terbentang sejak pembelian bahan baku sampai dengan barang jadi diproduksi yang pada akhirnya digunakan oleh konsumen. Terapan-terapan peralatan fungsional tersebut dibagi dalam enam garis besar yang dijadikan faktor-faktor yang mempengaruhi dari tujuan Lembaga Pertanian Sehat dalam melakukan kegiatan Supply Chain Management di lembaganya. Beberapa faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu :

1. Perencanaan Plan

Analisa pada bagian ini menyangkut segala hal yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan, termasuk mengenai tingkat keberhasilan perencanaan sejalan dengan realisasinya baik dalam kegiatan perencanaan keuangan, perencanaan dalam penyusunan srategi, perencanan dalam struktur organisasi atau perencanaan yang mengenai sumber daya manusia, maupun perencanaan dalam melakukan pengukuran dan pengontrolan. Perencanaan plan dibuat sebagai kerangka kerja setiap aktifitas perusahaan. Dengan adanya perencanaan, perusahaan dapat mengukur keberhasilan dari aktifitas yang dilakukannya. Perencanaan plan biasanya dibuat berdasarkan hasil analisis ataupun data-data 46 yang dimiliki atau diperoleh perusahaan, baik mengenai kondisi internalnya maupun ektsternalnya.

2. Sumber Source

Sumber Source berkaitan dengan perolehan bahan baku untuk proses produksi perusahaan. Dalam konsep supply chain, sumber source ini lebih dispesifikasikan mengenai penyusunan strateginya, kegiatan organisasi atau sumber daya manusia SDM yang berkaitan dengan hal perolehan bahan baku, tata cara atau proses dalam perolehannya, teknologi yang digunakan, maupun tentang penilaian resiko yang menyangkut kegiatan dalam perolehan bahan baku.

3. Pembuatan Make

Pada faktor pembuatan make terdapat kegiatan produksi. Menurut Buffa 1996 kegiatan produksi merupakan alat yang digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang atau jasa sebagai keluarannya. Untuk dapat melakukan kegiatan produksi maka harus dibuat suatu strategi untuk mengatur ketepatan dan kesesuaian proses kegiatan sehingga dapat berjalan dengan lancar. Adapun strategi yang baik harus di dukung dengan sumber daya manusia maupun struktur organisasi yang tepat. Pada kegiatan proses produksi, ketepatan, kesesuaian dan keefesienan penggunaan alat harus diperhatikan, oleh karena itu diperlukan suatu tindakan untuk mengukur dan mengontrol sistem produksi, dan pada akhirnya dilakukanlah suatu penilaian terhadap aktivitas produksi tersebut.

4. Agen Agent

Agen Agent merupakan bagian dari konsep supply chain. Adapun peranannya sebagai retail outlets, yang juga merupakan pemain utama dalam hubungan supply chain. Untuk dapat mengetahui keberadaan agen, maka pada penelitian ini dilakukan analisa mengenai segala hal yang berkaitan dengan proses penjualan beras SAE di tingkat agent. Adapun yang dianalisa tentang strategi agen, organisasi atau sumber daya manusia yang ada di dalamnya, manajemen persedian barang yang dilakukan oleh agen, dan yang terakhir melakukan penilaian resiko. 47

5. Transportasi Transportation

Sistem transportasi merupakan sistem yang mengatur dan melakukan pengiriman. Kegiatan transportasi agar berjalan dapat efisien dan efektif maka diperlukan penyusunan strategi, pengaturan konsolidasi pesanan, perencanaan, pengarahan pengiriman, pemilihan jalan dan menentukan tarif pengiriman, pemilihan sarana pengangkutan, tindakan menerima dan melakukan verifikasi produk di tempat pelanggan, dan mengevaluasi keberhasilan pengangkut. Jika sistem transportasi dapat efektif dan efesien maka dapat terciptanya penghematan biaya. Oleh karena itu sistem transportasi harus juga diperhatikan, sehingga terciptanya kesesuaian dan ketepatan penggunaan dan adanya penghematan waktu.

6. Penjualan Sell

Penjualan merupakan aktifitas yang memasarkan dan menjual produk yang dihasilkan ke pelanggan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu diperlukan strategi agar dapat mencapai sasaran penjualan yang diinginkan, keadaan organisasi dan sumber daya manusia yang mendukung sehingga dalam proses kegiatannya dapat berjalan dengan lancar. Untuk dapat mengetahui keberhasilan aktifitas penjualan, maka diperlukan pengukuran dan pengontrolan serta penilaian terhadap aktifitas tersebut. Pada penelitian ini dibuat suatu model AHP yang dapat membantu untuk menentukan prioritas kegiatan supply chain lembaga agar tercapainya keefisienan di Lembaga Pertanian Sehat, sehingga setiap anggota jaringan supply chain mata rantai mendapatkan revenue yang lebih tinggi dari kegiatan yang dilakukannya, setelah semua tahapan dibuat diharapkan Lembaga Pertanian Sehat memiliki pola baru dalam proses integrasi bisnis baru yang lebih efisien. Secara ringkas, kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut : 48 Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Ketidakefisienan dalam Kegiatan dan Hasil Produksi yang Berimplikasi Pada Peningkatan Biaya Produksi di Lembaga Pertanian Sehat AHP Kondisi Supply Chain yang Optimal Petani LPS Agen Konsumen Penggilingan Menetapkan Tujuan 1. Mendapatkan Jalur Distribusi yang Efisien 2. Mempertahankan Kualitas Beras Faktor-Faktor : 1. Perencanaan 2. Sumber 3. Pembuatan 4. Toko 5. Transportasi 6. Penjualan

IV. METODE PENELITIAN 4.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Lembaga Pertanian Sehat yang terletak di Jl. Rancamaya No 22 Harjasari, Bogor Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Lembaga Pertanian Sehat merupakan salah satu lembaga yang mandiri dan profesional dalam bidang penelitian, pemberdayaan dan usaha pertanian sehat yang memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial bagi petani dan masyarakat umum. Pengumpulan data dilaksanakan bulan Maret hingga Juli 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer, berupa informasi tentang Lembaga Pertanian Sehat yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada pihak Lembaga Pertanian Sehat maupun hasil pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku, majalah “Padi”, internet, Badan Pusat Statistika, Bank Pengetahuan Padi Indonesia, perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data.

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan pihak Lembaga Pertanian Sehat yang mengetahui permasalahan kegiatan Supply Chain Management secara langsung. Penggumpulan data tersebut untuk mengetahui kegiatan Supply Chain Management, faktor-faktor yang berperan dalam kegiatan Supply Chain Management. Pengisian kuisioner dilakukan oleh tiga orang terpilih yang mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan Supply Chain Management Beras SAE di Lembaga Pertanian Sehat. Ketiga koresponden sengaja dipilih dikarenakan job description mereka yang berkaitan langsung dengan kegiatan