Daerah dan musim penangkapan ikan

Keterangan: A: berfungsi dengan baik B: berfungsi dalam keadaan rusak C: dalam keadaan baik tapi belum berfungsi D: dalam keadaan rusak dan belum berfungsi Infrastruktur perikanan yang erat kaitannya dengan pengembangan perikanan laut adalah Pelabuhan Perikanan PP atau Pangkalan Pendaratan Ikan PPI. PPI merupakan infrastruktur yang dibangun pemerintah dengan orientasi pelayanan kepada para pengguna pelabuhan guna memperlancar setiap kegiatan perikanan skala kecil dengan harapan kesejahteraan nelayan dapat terwujud Muninggar, 2008. Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Meulaboh terdiri atas dermaga, kolam pelabuhan, jalan kompleks PPI, fender pencegah benturan kapal, drainese, bollard dan lahan pelabuhan. Fasilitas fungsional terdiri atas tempat pelelangan ikan TPI, pasar ikan, perkantoran, sumber air, pabrik es, gudang es, tempat parkir dan cold storage. Fasilitas penunjang yang terdapat di Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Meulaboh meliputi semua fasilitas yang menunjang aktivitas atau secara tidak lansung dapat meningkatkan peranan pelabuhan atau para pengguna mendapatkan kenyamanan dalam melakukan aktivitas di pelabuhan dan memberi kemudahan bagi pelaku dunia usaha nelayan, pedagang, pengolah, seperti balai pertemuan nelayan, tempat ibadah, kios dan toko sarana penangkapan. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Meulaboh dapat dilihat pada Tabel 11. 1 Fasilitas pokok a. Dermaga Dermaga yang terdapat di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh memiliki panjang 800 m 2 berfungsi dengan baik dan kondisi fisiknya cukup baik Gambar 7. Kondisi seperti ini sangat diperlukan bagi aktivitas pendaratan hasil tangkapan termasuk beberapa aktivitas lain seperti persiapan perbekalan melaut. Namun nelayan sering terlambat melakukan pembongkaran hasil tangkapan karena aktivitas tambat dan pengisian perbekalan melaut masih dilakukan pada satu dermaga yang sama sehingga terlihat setiap pagi dari 05.30-08.00 WIB terlihat banyak kapal antrian yang melakukan pendaratan. Berdasarkan pengamatan di lapangan fasilitas pokok ini sangat diperlukan nelayan dan harus dilebarkan lagi serta dipisahkan antara dermaga bagi kapal bongkar hasil tangkapan dengan kapal yang melakukan persiapan perbekalan melaut dan aktivitas tambat, agar tidak terjadi antrian dan mengganggu alur pelayaran keluar masuknya kapal. Gambar 7 Dermaga PPI Meulaboh, tahun 2010 b. Kolam Pelabuhan Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Meulaboh mempunyai luas kolam pelabuhan 1000x30 meter dan kolam pelabuhan ini memanfaatkan muara sungai Krueng Cangkoi yang berbatasan dengan Desa Padang Sirahet Gambar 8. Memanfaatkan Muara Sungai Krueng Cangkoi yang dijadikan sebagai alur pelayaran menimbulkan kendala bagi kapal-kapal ukuran besar karena adanya pendangkalan akibat banyaknya sedimen yang terbawa oleh arus dari laut. Masalah yang muncul setiap tahun di PPI Meulaboh adalah terjadinya pendangkalan. Kedalaman kolam pelabuhan saat ini minus 1-1 meter, seharusnya kedalaman kolam pelabuhan untuk PPI sekurang-kurangnya 2 meter. Kondisi seperti ini menyebabkan kapal-kapal ukuran 10 GT ke atas yang akan melakukan aktivitas bongkar muat maupun persiapan perbekalan melaut sering kandas dan mengalami kebocoran sehingga merugikan nelayan. Kondisi kolam pelabuhan seperti ini menjadikan nelayan tidak ada pilihan lain kecuali menggunakannya walaupun dalam kondisi dangkal. Masalah lain yang terjadi di PPI Meulaboh, bahwa setiap kapal yang melakukan aktivitas bongkar muat harus melewati jembatan yang melintang di atas badan sungai kolam pelabuhan. Jembatan tersebut digunakan oleh masyarakat setempat sebagai penghubung dua kelurahan yaitu Padang Seurahet dan Ujung Baroh. Ketinggian jembatan tidak bisa dilalui oleh kapal ukuran 10 GT ke atas yang lewat di bawahnya. Setiap kapal harus melewati bawah jembatan untuk mencapai ke dermaga PPI Meulaboh. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap nelayan diketahui bahwa kondisi seperti ini mengakibatkan kapal-kapal melakukan bongkar muat hasil tangkapan dan persiapan perbekalan melaut tidak di dermaga, melainkan nelayan memilih melakukan bongkar muat di sisi badan sungai sepanjang kolam pelabuhan dan untuk itu nelayan harus menambah cost atau biaya lagi karena harus membayar buruh kuli untuk mengangkut hasil tangkapan ke tempat pelelangan ikan TPI. Gambar 8 Kolam Pelabuhan PPI Meulaboh, tahun 2010 c. Jalan di komplek PPI Prasarana jalan di komplek Pangkalan Pendaratan Meulaboh masih tidak ada perubahan dari tahun ke tahun Gambar 9, artinya kondisi fisik jalan berfungsi dalam keadaan rusak dan belum beraspal. Tahun 2005, jalan komplek PPI Meulaboh telah dibantu oleh BRR Aceh-Nias, namun ada sedikit perubahan anggaran biaya dari konsep kebijakan awal sehingga jalan ini tidak diaspal sampai sekarang. Kondisi jalan seperti ini sangat menyulitkan aksesibilitas ke PPI bagi pengusaha transportasi dalam mengangkut hasil tangkapan dan membawa kebutuhan nelayan sehari-hari. Gambar 9 Kondisi jalan di komplek PPI Meulaboh, tahun 2010 d. Drainase Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Meulaboh memiliki drainase atau saluran pembuangan yang mengelilingi tempat pelalengan ikan TPI dan panjangnya 300 meter. Drainase tersebut Gambar 10 berfungsi dengan baik untuk pembuangan limbah dari hasil aktivitas di PPI seperti pembersihan lantai TPI dan pencucian hasil tangkapan, namun kondisinya terlihat masih banyak sampah yang dapat menyumbat drainase. PPI Meulaboh hanya memiliki dua petugas buruh untuk mengontrol saluran parit drainase dan membersihkannya setiap hari setelah aktivitas nelayan selesai. Gambar 10 Drainase di PPI Meulaboh, tahun 2010