Sistem kelembagaan nelayan di Kabupaten Aceh Barat

c. Perkantoran Fasilitas fungsional perkantoran seluas 128 m 2 di Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Meulaboh Gambar 15 dibangun kembali pada tahun 2005 dengan bantuan dari BRR badan rehabilitasi dan rekontruksi Aceh-Nias dan sampai saat ini berada dalam kondisi baik tapi belum berfungsi. Berdasarkan wawancara di lapangan, diperoleh informasi bahwa Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Aceh Barat tidak pernah menggunakan dan tidak ada aktivitas di kantor setiap hari. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pihak dinas kelautan dan perikanan tidak tahu dengan kondisi para nelayan dan perkembangan aktivitas-aktivitas di PPI Meulaboh. Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat harus mengambil sikap tegas kepada setiap instansi terkait karena tidak sesuai lagi dengan keputusan Bupati Aceh Barat No 205 tahun 2005 tentang uraian tugas dan fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat, yang salah satu tugasnya adalah pemeliharaan dan perawatan terhadap sarana dan prasarana aset dinas. Gambar 15 Kantor PPI Meulaboh, tahun 2010 d. Sumber air Fasilitas fungsional lain di PPI Meulaboh adalah sumber air yang diperlukan untuk semua aktivitas PPI Meulaboh. Sumber air bersih berasal dari sumur bor yang kondisiya baik. Air tersebut ditampung dalam tangki dengan kapasitas 2.000 liter airhari. Air bersih di PPI diperlukan untuk perbekalan melaut kapal perikanan, pencucian TPI, membersihkan dermaga. Namun demikian masih diperlukan satudua lagi sumber air bersih agar kebutuhannya terpenuhi dengan baik sehingga nelayan atau petugas kebersihan bisa melakukan aktivitasnya dengan lancar tanpa harus membuat jadwal tertentu seperti yang terjadi saat ini. e. Pabrik Es Fasilitas fungsional lain di PPI Meulaboh adalah pabrik es dan gudang es yang kondisinya berfungsi baik sebagai sarana penyediaan es untuk memenuhi kebutuhan nelayan setiap hari. Es diperlukan agar mutu hasil tangkapan tetap terjaga dengan baik. Pabrik es balok di PPI Meulaboh berukuran 80m 2 , beroperasi dengan kapasitas produksi 10 tonhari sehingga keperluan es oleh nelayan bisa terpenuhi dengan baik. Fasilitas ini cukup penting sebagai bahan perbekalan yang digunakan nelayan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan. Es diangkut dengan becak becak motor langsung menuju armada-armada penangkapan yang akan beroperasi di laut. Pabrik es yang ada di areal komplek PPI Meulaboh hanya satu, yang kadang-kadang rusak sehingga tidak bisa berproduksi. Apabila pabrik es tidak berproduksi maka para nelayan harus memesan di pabrik es lain yang jauh dari PPI Meulaboh sehingga harus mengeluarkan biaya lagi. Hal ini berakibat bertambahnya biaya operasional dan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh bahan perbekalan es. f. Cold storage Cold storage merupakan sarana yang dibangun dengan tujuan menjaga mutu hasil tangkapan. Cold storage ini salah satu fasilitas yang dimiliki oleh PPI Meulaboh. Kondisinya baik walaupun belum berfungsi, karena belum ada investor pengusaha yang mau investasi dalam bidang perikanan dan mahalnya biasa operasional. g. Areal Parkir Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh memiliki areal parkir seluas 600 m 2 berfungsi walaupun kondisinya rusak. Tempat parkir diperlukan untuk memperlancar aktivitas keluar masuk kendaraan, yang melakukan aktivitas pendistribusian hasil tangkapan, pemasokan bahan-bahan keperluan operasional di PPI Gambar 16. Areal parkir mampu menampung 70-80 kendaraan. Diperlukan penataan yang baik di areal parkir seperti tempat pemberhentian kendaraan sesuai dengan keperluannya agar tidak menimbulkan kesemrautan dan terhambatnya keluar masuknya kendaraan. Lahan parkir di PPI Meulaboh hanya untuk kendaraan roda 2 saja dan berada disamping musholla tempat ibadah atau didepan kantor PPI. Gambar 16 Areal parkir di PPI Meulaboh, tahun 2010 3 Fasilitas penunjang a. Balai pertemuan nelayan BPN Balai pertemuan nelayan di PPI Meulaboh Gambar 17 merupakan fasilitas penunjang yang dibangun untuk membahas atau membicarakan tentang permasalahan-permasalahan serta rencana kegiatan yang akan diadakan nelayan seperti syukuran kanduri laot, konfik antar nelayan dan kegiatan lain di PPI Meulaboh. Balai pertemuan nelayan ini hancur total setelah gempa dan tsunami tahun 2004 dan baru dibangun kembali pada tahun 2005 melalui dana APBD Kabupaten Aceh Barat. Balai pertemuan nelayan ini berada di sebelah kiri pintu gerbang PPI atau berada di belakang muhalla yang berjarak sekitar 15 meter, dengan luas 200 m 2 . Balai pertemuan nelayan dalam kondisi baik walaupun belum berfungsi sampai sekarang. Nelayan lebih suka menggunakan warung kopi atau balai-balai warung untuk musyawarah dan membicarakan hal-hal kegiatan nelayan, karena kondisi ruangan BPN berada di lantai dua gedung dan tidak ber AC atau kipas angin, sehingga para nelayan tidak menggunakannya untuk rapat. Gambar 17 Balai pertemuan nelayan di PPI Meulaboh, tahun 2010 b. Tempat Ibadah Tempat ibadah atau musholla dimanfaatkan sebagai sarana ibadah oleh pelaku kegiatan di PPI Meulaboh Gambar 18. Musholla ini memiliki luas 80 m 2 , terletak dekat jalan utama komplek PPI didepan tempat parkir. Musholla ini dikelola oleh pihak PPI Meulaboh dan kondisinnya sekarang dalam keadaan baik tetapi tidak berfungsi. Nelayan tidak melakukan kegiatan di musholla komplek PPI Meulaboh kerena tidak ada lagi saluran air bersih ke musholla dan sangat terganggu dengan suara bising motor keluar masuk ke areal PPI. Nelayan maupun penduduk di sekitar PPI lebih memilih melakukan kegiatan di mesjid kelurahan Padang Sirahet yang tidak jauh dari lokasi PPI Meulaboh. Gambar 18 Musholla di PPI Meulaboh, tahun 2010 c. Toko sarana penangkapan Toko sarana penangkapan merupakan salah satu toko penting bagi para nelayan yang menyediakan berbagai kebutuhan peralatan penangkapan nelayan seperti alat pancing, bahan jaring, tali dan umpan buatan. Gedung toko sarana penangkapan ini berada di samping gedung tempat pelelangan ikan dan dideretan jalan menuju ke komplek PPI yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten dan swasta perseorangan Gambar 19. Toko sarana penangkapan ini kondisinya baik, disewa oleh pengusaha atau masyarakat setempat per tahun kepada DKP. Para nelayan umumnya lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya di toko ini dibandingkan dengan toko-toko yang ada di luar areal PPI karena lebih dekat dan lebih murah harganya. Gambar 19 Toko sarana penangkapan di komplek PPI Meulaboh d. Warungkios Kios bahan perbekalan di PPI Meulaboh menyediakan berbagai kebutuhan melaut nelayan Gambar 20. Setiap kios 5x8 meter dan dalam kondisi baik tetapi belum berfungsi. Kios dikelola secara perseorangan dan ada juga oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat. Kios yang tersebar di sekitar komplek PPI Meulaboh adalah milik perseorangan yang menyediakan kebutuhan nelayan melaut. Para nelayan lebih memilih membeli kebutuhannya di sini karena dari segi harga lebih murah dan lokasinya dekat dengan PPI Meulaboh. Kios-kios milik PEMDA tidak aktif karena harga sewanya mahal dan ukuran kios tidak sesuai dengan harga sewa, sehingga tidak ada pengusaha yang mau menggunakan kios tersebut, nelayan lebih memilih kios lain yang ada di areal PPI Meulaboh. Gambar 20 Kios-kios di areal komplek PPI Meulaboh, tahun 2010

5.1.2 Pengelolaan aktivitas PPI Meulaboh

1 Pendaratan ikan Sistem pendaratan hasil tangkapan di PPI Meulaboh terdiri dari beberapa tahapan sejak hasil tangkapan dikeluarkan dari palkah kapal sampai hasil tangkapan didistribusikan ke pasar. Persiapan yang biasa dilakukan oleh para ABK untuk keperluan pendaratan harus dipenuhi atau wajib dipersiapkan guna kelancaran proses penurunan hasil tangkapan. Dalam proses pembongkaran dan pendaratan hasil tangkapan, nelayan di PPI Meulaboh sering menggunakan basket dan box fiber. Pemindahan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI, para nelayan menggunakan jasa pengangkut buruh angkut dengan upah sesuai kesepakatan awal antara nelayan dengan buruh. Kondisi seperti ini sudah dilakukan turun temurun oleh nelayan sebelum gempa dan tsunami aceh pada tahun 2004. Proses pendaratan ikan biasanya berlangsung dari pukul 06.00-10.00 WIB, meliputi proses pembongkaran, penyortiran dan pengangkutan hasil tangkapan ke TPI. Ikan-ikan yang didaratkan adalah hasil tangkapan dari kapal lokal Kabupaten Aceh Barat atau dari kapal kabupaten lain. Setelah kapal merapat di dermaga, para nelayan membongkar langsung hasil tangkapannya dengan cara mengeluarkan ikan dari palkah dan melakukan penyortiran. Setelah dilakukan penyortiran berdasarkan ukuran besarkecil, jenis dan mutunya bagusrusak, ikan langsung dimasukkan kedalam basket yang kapasitasnya sekitar 30 kg ikan, setelah itu ikan dicuci dan diangkut ke TPI. Hasil tangkapan yang telah diturunkan dari palkah kapal ke dermaga, dimasukkan ke dalam basket, tanpa menggunakan alat bantu karena jarak dari dermaga ke TPI hanya 10 meter. Nelayan biasanya menggunakan jasa buruh angkut selama proses pembongkaran dan pendaratan hasil tangkapan. Alat bongkar yang digunakan adalah sekop untuk memindahkan hasil tangkapan ke basket. Sistem pendaratan ikan di PPI Meulaboh dapat dilihat pada Gambar 21. Pembongkaran dan pendaratan ikan dari palkah Penyortian ikan di dermaga Penempatan ikan dalam basket Pencucian ikanhasil tangkapan Pengangkutan basket ke TPI Kapal bertambat di dermaga Gambar 21 Diagram sistem Pendaratan ikan di PPI Meulaboh 2 Sistem pemasaran ikan Pelelangan merupakan awal dari proses pemasaran hasil tangkapan di pelabuhan perikanan. Proses pelelangan ikan tidak berjalan di tempat pelelangan PPI Meulaboh, karena hasil tangkapan yang didaratkan di PPI sudah ada pemiliknya yaitu “toke bangku” yang memberikan modal nelayan melaut. TPI hanya melakukan penimbangan sebelum hasil tangkapan dipasarkan. Berdasarkan data dari DKP dinas kelautan dan perikanan Kabupaten Aceh Barat, jumlah total ikan yang didaratkan pada tahun 2009 adalah 8.108,8 ton. Gambar 22 Ikan yang diletakkan secara berderet pada pemasaran di TPI PPI Meulaboh Tujuan pemasaran hasil tangkapan dari PPI Meulaboh dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu pemasaran lokal, regional antar kabupaten dan antar propinsi. Daerah tujuan pasar lokal meliputi Kabupaten Aceh Barat, sedangkan antar kabupaten meliputi, Kabupaten Nagan raya, Calang, Aceh Barat Daya dan Banda Aceh. Pemasaran antar provinsi meliputi Sumut yaitu kota Binjai dan Medan. Ikan yang dipasarkan dari PPI Meulaboh meliputi ikan segar dan ikan olahan. Ikan segar dipasarkan ke wilayah Aceh Barat dan sekitarnya, dilakukan oleh pedagang yang membeli hasil tangkapan dari “Toke Bangku” di PPI Meulaboh. Pengangkutannya menggunakan sepeda, sepeda motor dan becak untuk menjangkau ke desa-desa dan sekitarnya. Pemasaran hasil tangkapan menuju wilayah antar kabupaten dan antar provinsi, pengusaha dan “Toke Penampung” biasanya menggunakan mobil L300 pick up dan truck. Sebelum proses pemasaran ini dilakukan, pengusaha melakukan pengepakan ikan dalam box fiber. Ikan olahan di PPI Meulaboh didominasi oleh ikan asin, dipasarkan ke wilayah Meulaboh dan sekitarnya, tetapi ada juga dibeli oleh “Toke Penampung” untuk dipasarkan ke luar Aceh Kota Langkat, Binjai dan Medan. Proses alur pemasaran di PPI Meulaboh berawal dari “Toke Boat” nelayan pemilik yang turun melakukan aktivitas melaut untuk mendapatkan ikan. “Toke Bangku” merupakan pihak pemodal bagi nelayan yang akan melaut namun hasil tangkapannya harus dijual ke “Toke Bangku”. Setelah “Toke Bangku” menimbang total hasil tangkapan dan menetapkan harga jual, maka hasil tangkapan ini baru beralih ke pihak pengolah hasil tangkapan, konsumen dan “Toke Penampung”. Hasil tangkapan dari pihak pengolah ikan beralih lagi ke pedagang pengecer ikan olahan dan dijual ke konsumen. Hasil tangkapan yang berada di “Toke Penampung” akan beralih kepada “Muge” pengecer, terakhir ke konsumen lokal wilayah Kabupaten Aceh Barat dan konsumen di luar Meulaboh seperti konsumen di wilayah Aceh dan antar provinsi seperti Binjai, Medan. Proses pelelangan ikan tidak aktif di PPI Meulaboh, karena semua hasil tangkapan yang didaratkan di dermaga sudah ada pemiliknya, yaitu pemilik modal”toke bangku”. Tidak hanya di PPI Meulaboh saja pelelangan ikan tidak aktif, tapi hampir di seluruh wilayah pelabuhan perikanan di Indonesia. Hal ini dimungkinkan nelayan masih minim modalnya diacu dalam Wiyono, 2006. Diantara pelabuhan perikanan di Indonesia yang tidak menjalankan proses pelelangan adalah PPI Jayanti Kabupaten Cianjur, hasil tangkapan tidak melalui mekanisme pelelangan melainkan langsung diberikan kepada bakul sebagai pemilik modal Ahdiat, 2010; PPP Labuhan Lombok, hasil tangkapan yang didaratkan tidak mengalami pelelangan karena telah dimiliki oleh dua perusahaan ikan yang berada di sekitar wilayah tersebut yaitu UD Baura dan UD Versace Gigentika, 2010; PPI Paotere Kota Makassar, kegiatan pelelangan hasil tangkapan tidak berjalan karena kemampuan beli bakul yang rendah sehingga nelayan langsung menjual ikan pedagang dan konsumen. Sistem pemasaran seperti ini terjadi hampir seluruh PPI di Indonesia dan khususnya di PPI Meulaboh, semua hasil tangkapan nelayan mempunyai nilai tawar yang rendah sehingga sulit bagi nelayan untuk mendapatkan harga jual yang layak, maka keuntungan nelayanpun menjadi rendah dan rugi karena modal setiap nelayan diberikan oleh “toke bangku” yang meliputi penyediaan bahan bakar solar,es dan kebutuhan primer nelayan. “Toke bangku” adalah pihak yang cukup penting dalam jalannya perekonomian perikanan karena “toke bangku” yang menentukan harga dan segmentasi pasar Abdullah et.al, 2006. Menurut Lubis 2005, pelabuhan perikanan seharusnya berfungsi sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi nelayan maupun bagi pedagang. Pelelangan ikan merupakan kegiatan awal pemasaran untuk mendapatkan harga yang layak, khususnya bagi nelayan, maka sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur. Alur distribusi pemasaran hasil tangkapan di PPI Meulaboh dapat dilihat pada Gambar 23. Toke Bangku Konsumen Muge Pengecer Ikan Olahan Pengolah Hasil Perikanan Konsumen Antar Provinsi Antar Kabupaten Konsumen Luar Meulaboh Toke Penampung distributor Muge Pengecer Konsumen lokal TPI Penimbangan Toke BoatNelayan Gambar 23 Sistem pemasaran di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh 3 Perbekalan melaut Pelayanan kebutuhan melaut bagi nelayan di PPI Meulaboh meliputi penyediaan BBM, es dan air bersih. Keperluan perbekalan sebagian besar disediakan oleh pemilik kapal atau pemberi modal, namun dalam istilah di Aceh atau di PPI Meulaboh pemberi modal ini disebut “Toke Bangku”. Penyediaan perbekalan atau pemberi modal melaut kepada setiap nelayan dilakukan melalui tahapan persetujuan antara nelayan dengan “Toke Bangku”. Kebutuhan perbekalan melaut dapat dibeli di warung-warung terdekat di sekitar PPI Meulaboh. Panglima laot 2005 menyebutkan bahwa awal dari kegiatan melaut adalah adanya modal kerja melaut, meliputi biaya hidup nelayan selama melaut, biaya pembelian es sebagai pengawet hasil tangkapan, dan bahan bakar minyak BBM sebagai bahan dasar pengoperasian boat atau kapal melaut. Modal melaut dipinjamkan oleh “Toke Bangku” kepada nelayan untuk modal awal melaut, seperti biaya hidup living cost nelayan selama melaut, penyediaan es sebagai pengawet hasil tangkapan agar tetap segar serta terjaga kualitas dan penyediaan bahan bakar minyak BBM sebagai bahan dasar pengoperasian boatkapal, namun nelayan harus menjual hasil tangkapan kepada “Toke Bangku” sehingga sampai saat ini proses pelelangan di PPI Meulaboh tidak aktif. Keuntungan yang diperoleh “Toke Bangku” adalah 5 dari total keuntungan hasil tangkapan dan ditambah pemotongan dari biaya modal awal melaut. Pemotongan biaya belanja melaut akan digulirkan kembali dalam siklus sebagai modal melaut. Perhitungan keuntungan untuk “Toke Boat” dan antar nelayan dari hasil melaut dilakukan berdasarkan sistem bagi hasil. Hasil yang dibagi adalah sisa hasil 95 setelah dipotong biaya belanja melaut, yang dibagikan kepada “Toke Boat” dan nelayan, yang didasarkan pada klasifikasi atau jenis boatkapal, jumlah personal yang terlibat, waktu melaut dan jenis hasil tangkapan. Skema perhitungan modal kerja melaut dilihat pada Gambar 24. B. Hasil penjualan Pemodal Toke Bangku A.Modal kerja melaut Es,BBM, perbekalan lain H. Nelayan 50 x D G. Toke Boat 50 x D D. [95 x B - A] Toke Bangku E. Modal kerja selanjutnya E=A F. Laba 5 x B C. [5 x B + A] Gambar 24 Skema Perhitungan modal kerja melaut di PPI Meulaboh a. Penyediaan BBM Kebutuhan solar sehari-hari bagi nelayan diperoleh di SPBU dengan jarak 1,5 km dari PPI Meulaboh. Nelayan harus mengeluarkan biaya lagi untuk becak yang mengangkut solar. Masalah lain dari dampak tidak adanya SPBU di lokasi PPI Meulaboh yaitu nelayan sering tidak boleh membeli solar dengan menggunakan jerigen karena ukuran jerigen sampai 90 liter. Kondisi seperti ini dihadapi oleh nelayan setiap hari sehingga mempersulit aktivitas nelayan melaut. Hasil wawancara dengan para nelayan PPI Meulaboh menyebutkan bahwa kebutuhan solar untuk kapal yang melakukan aktivitas melaut one day fishing adalah 40-60 liter dengan harga Rp 4800,00liter, sedangkan untuk kebutuhan solar bagi kapal yang melaut selama 1 minggu adalah 600 liter. b. Penyediaan es Pabrik es yang menyediakan kebutuhan es di PPI Meulaboh dikelola oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat. Pabrik es yang berukuran 4 x 20 meter berlokasi di dalam kompleks PPI, dengan kapasitas produksi 15 ton per hari. Penyediaan es di PPI Meulaboh masih mencukupi untuk aktivitas perbekalan melaut, apabila dibandingkan sebelum tsunami dimana para nelayan susah mendapatkan es. Pada saat itu nelayan harus melalukan pemesanan es di wilayah lain dengan harga yang selalu berubah sesuai cost transportasi yang dikeluarkan oleh pihak pabrik. Nelayan membutuhkan es untuk aktivitas melaut dalam satu hari mencapai 9 ton, dan harga es per balok Rp. 15.000,00. Es ini juga dibutuhkan oleh pedagang pengecer untuk menjaga mutu ikan sebelum dijual ke konsumen dan oleh penduduk setempat untuk kebutuhan pasar umum setiap hari yang tidak jauh dari PPI Meulaboh. Adanya pabrik es di PPI Meulaboh membuat nelayan menjadi lebih mudah dalam pembekalan aktivitas melaut. c. Penyediaan air bersih Pelayanan kebutuhan air bersih di PPI Meulaboh diperoleh dari sumur yang ada di kompleks PPI yang dibangun tahun 2006. Sebelum tsunami, air bersih yang digunakan nelayan berasal dari sumur rumah nelayan yang berdekatan dengan PPI Meulaboh. Air bersih ini digunakan para nelayan untuk perbekalan melaut dan tidak dikenakan biaya pemakaiannya. Air bersih di PPI Meulaboh yang ditampung ditempat penampungan air dengan kapasitas 1.500-2.000 liter digunakan untuk membersihkan lantai TPI setelah aktivitas penimbangan atau pengepakan hasil tangkapan, pencucian hasil tangkapan sebelum ditimbang, bahkan untuk MCK dan box fiber Gambar 25. Semua aktivitas yang dilakukan oleh pengelola PPI merupakan salah satu bentuk pelayanan di PPI Meulaboh dalam melayani kebutuhan setiap nelayan sehingga dapat memperlancar aktivitas perikanan di PPI. Gambar 25 Tempat penampungan air bersih di PPI Meulaboh 4 Tahapan penanganan hasil tangkapan Perlakuan penanganan ikan yang masih buruk atau tanpa menggunakan es, sehingga ikan basah akan mengalami laju degradasi mutu yang sangat cepat disebabkan oleh tingginya tingkat kontaminasi akibat penerapan sanitasi dan higienis yang masih rendah. Hal ini akan menyebabkan ikan tersebut tidak akan bertahan lama untuk layak dikonsumsi sebagai bahan pangan bermutu tinggi. Penanganan ikan di PPI Meulaboh belum dilakukan dengan cermat. Hal ini terlihat pada saat nelayan menangani hasil tangkapan dalam palka kapal dan yang sudah didaratkan di dermaga, dimana tidak semua jenis ikan yang ada di dalam keranjangbox diberikan es, kurang peduli tentang penanganan ikan yang semestinya sehinggga penurunan mutu ikan lebih cepat. Menurut Pane 2008, untuk memperlambat penurunan mutu ikan, dapat dilakukan penanganan berupa pencucian ikan dengan air bersih dan pengesan atau pendinginan, juga penggunaan basket yang higienis, sehingga cara penanganan hasil tangkapan yang siap dipasarkan sebagian besar telah menggunakan wadah dan ditaburi es curah. Hasil tangkapan yang didaratkan mengalami berbagai macam perlakuan mulai dari pembokaran ikan sampai distribusi ikan ke tempat tujuan. Kesegaran ikan sudah mulai turun ketika hasil tangkapan itu pertama kali ditangkap, kemudian disimpan di dalam palkah kapal dengan waktu yang lama dan alat-alat yang digunakan dalam membongkar hasil tangkapan kurang higienis. Penanganan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Meulaboh dibagi dalam empat proses yaitu penanganan ikan saat pembongkaran, penyortiran dan pencucian, pengangkutan dari dermaga ke tempat penimbangan dan penanganan dari tempat penimbangan ke pedagang dan konsumen. a. Penanganan pembongkaran hasil tangkapan Penyimpanan di dalam palka kapal dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan kerusakan fisik hasil tangkapan yang diindikasikan oleh adanya lendir yang menempel pada tubuh hasil tangkapan, tubuh ikan terkoyak, mata terlihat cekung, bau amis dan insang terlihat cokelat. Penanganan ikan yang sering dilakukan oleh para nelayan pada saat pembongkaran di dermaga hanya menggunakan alat bantu keranjang plastik untuk menyerok ikan dari palka, padahal ini dapat menyebabkan kerusakan tubuh ikan dan mudah terkontaminasi dengan bakteri pembusuk yang menempel pada keranjang sehingga dapat menurunkan mutu ikan. b. Penanganan saat penyortiran dan pencucian Kegiatan menyortir atau memisahkan hasil tangkapan berdasarkan ukuran dan jenis harus dilakukan secara cepat. Pengeluaran ikan dari palka diusahakan tidak terkena sinar matahari langsung dalam waktu yang lama, agar mutu hasil tangkapan tidak menurun. Penyortiran ikan oleh para nelayan di PPI Meulaboh, tidak menggunakan sarung tangan ketika memegang hasil tangkapan dan menggunakan air pelabuhan saat pencucian hasil tangkapan. Perlakuan ini merupakan kebiasaan nelayan dan salah bentuk perlakuan atau penanganan yang tidak semestinya. Hasil tangkapan akan lebih cepat busuk karena bersentuhan dan pencucian dengan air kotor yang dapat menyebabkan bakteri yang terdapat di tangan dan air akan menyebar ke tubuh hasil tangkapan dengan lebih cepat. Menurut Anonymous 2005 syarat fisik air yang berkualitas adalah jernih atau tidak tidak keruh, tidak berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, suhu normal 20- 26 C dan tidak mengandung zat padatan. c. Penanganan pengangkutan dari dermaga ke tempat penimbangan Hasil tangkapan yang di dalam palka diangkut ke tempat penimbangan tanpa diberi tambahan es dan tidak tertutup. Pengangkutan seperti itu akan memicu cepatnya penurunan mutu hasil tangkapan, ditambah lagi pengaruh sinar matahari langsung yang mengenai hasil tangkapan. Hasil tangkapan yang telah didaratkan itu diterima oleh “toke bangku” dan tanpa diberi tambahan es juga atau dengan meletakkan ke dalam wadah yang bersih dan tertutup supaya terhindar dari sinar matahari sehingga mutu hasil tangkapan tetap terjaga dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. d. Penanganan hasil tangkapan dari tempat penimbangan ke pedagang dan konsumen Guna meningkatkan kualitas mutu ikan dan mempunyai nilai jual tinggi diperlukan penanganan ikan yang baik yaitu dimulai dari awal penanganan hasil tangkapan di kapal sampai ke konsumen, sehingga mutu ikan tetap stabil dan dikonsumsi oleh setiap konsumen masih dalam kualitas terbaik. Hasil tangkapan yang dijual oleh pedagang pengecer atau “muge” setiap hari tidak diletakkan ditempat atau wadah yang bersih supaya terhindari dari bakteri, tetapi hanya diletakkan di lantai atau dialasi dengan plastik secukupnyaterpal yang kotor, bau dan dipenuhi dengan campuran darah. Selama proses pemasaran hasil tangkapan digelar, pedagang jarang sekali menambahkan es dan hanya disiram sesekali dengan air. Mengabaikan cara penanganan ikan yang baik berakibat sangat sulitnya hasil tangkapan ini bisa bermutu. Gambar 26 Penanganan hasil tangkapan setelah penimbangan di PPI Meulaboh 5.2 Kebijakan Terkait PPI Meulaboh Kebijakan pemerintah dalam Permen. 16MEN2006 dikatakan, pengelola pelabuhan perikanan bertanggung jawab atas pemeliharaan fasilitas yang berada di pelabuhan perikanan dan dipimpin oleh seorang kepala pelabuhan. Berdasarkan qanun Pemerintahan Aceh No 16 Tahun 2002 dijelaskan, pemberian izin usaha perikanan berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan jasa lingkungan kelautan ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten. Oleh karena itu, pengelolaan PPI Meulaboh dan kebijakan tentang usaha perikanan sesuai dengan peraturan atau qanun Kabupaten Aceh Barat dikoordinir oleh bidang kelautan DKP Kabupaten Aceh Barat.

5.2.1 Pengelolaan PPI Meulaboh

Semua aktivitas pengelolaan di PPI Meulaboh dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat ditetapkan berdasarkan qanun nomor 2 tahun 2004 dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mewujudkan visi dan misi, telah ditetapkan struktur organisasinya melalui Keputusan Bupati Aceh Barat Nomor 205 Tahun 2005 tentang uraian tugas pokok dan fungsinya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut Gambar 27 Qanun,2004: Bagian Tata Usaha Sub Bagian Umum dan Perlengkapan Sub Bagian Kepegawaian Bidang Kelautan Seksi Produksi dan Sarana Seksi Pengamanan dan Perlindungan Bidang Perikanan Darat Seksi Teknik Produksi dan Sarana Seksi Bina Usaha Bidang Program dan Penyuluhan Seksi Penyusunan Program dan Pelaporan Seksi Penyuluhan UPTD Kepala Dinas Gambar 27 Struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat Pengelolaan PPI Meulaboh dikoordinir oleh bidang kelautan dibawah Seksi Teknik Produksi dan Sarana berdasarkan qanun Kabupaten Aceh Barat nomor 2 tahun 2004. Adapun tugas pokok Bidang Kelautan Dinas Keluatan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat adalah sebagai berikut Qanun, 2004: 1 Menyusun rencana kerja bidang kelautan; 2 Menyiapkan bahan penyusunan rencana kebijakan umum yang meliputi teknik produksi sarana serta pengamanan perlindungan sumberdaya manusia; 3 Mengkoordinasikan kegiatan kerjasama dengan instansi pemerintah, lembaga swasta yang berhubungan dengan bidang kelautan; 4 Pemeliharaan dan perawatan terhadap sarana dan prasarana asset dinas; 5 Merekomendasikan perizinan bidang kelautan; 6 Pengawasan potensi sumberdaya laut terhadap penjarahan pihak lain;