pelabuhan harus menguasai dan bertanggung jawab terhadap tugas atau pekerjannya masing-masing.
Keberhasilan dalam pengelolaan suatu pelabuhan antara lain banyak tergantung pada para pengguna yang ada di pelabuhan, misalnya terhadap
kuantitas dan kualitas sumberdaya manusianya, keterkaitan dan keharmonisan hubungan antara staf pengelola pelabuhan antara lain kepala pelabuhan dan
pegawainya, para pedagang, nelayan, pengolah dan buruh.
2.4.2 Kebijakan pengelolaan perikanan tangkap dan kepelabuhan perikanan
Dalam sebuah pertemuan para pelaku perikanan sedunia di New Delhi, tahun 1997 dideklarasikan bahwa tanggal 21 November adalah hari yang penting
bagi masyarakat perikanan dunia yang disebut sebagai World Fisheries Day WFD. Gagasan WFD sebenarnya dipicu oleh keprihatinan para pelaku
perikanan sedunia yang sedikit banyak dihantui oleh menurunnya kemampuan produksi perikanan global, terjadinya ekses kapasitas dan gejala overfishing di
berbagai perairan dunia, serta terjadinya mismanagement terhadap pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan Fauzi, 2005.
Ikan adalah sumberdaya alam yang bersifat renewable atau mempunyai sifat dapat pulihdapat memperbaharui diri, namun demikian sumberdaya ini bukannya
tidak tak terbatas. Untuk itu, sumberdaya yang terbatas tersebut harus dikelola secara baik, sebab 1 Tanpa adanya pengelolaan akan menimbulkan gejala
eksploitasi berlebihan over employment, investasi berlebihan over investment dan tenaga kerja berlebihan over employment; 2 Perlu adanya pengaturan
terhadap hak pemanfaatan use rights dan hak kepemilikan property rights. Dimana menurut Charles diacu dalam Suseno, 2004.
Kebijakan pengelolaan policy management merujuk pada upaya atau tindakan yang sedemikian rupa deliberate way untuk menangani isu kebijakan
dari awal hingga akhir. Analisis kebijakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan pengelolaan. Kebijakan umum antara lain mengambil
bentuk Undang-undang atau Keputusan Presiden. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum antara lain berupa Peraturan
Pemerintah atau Daerah De Coning, 2004 diacu dalam Hamdan 2008.
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom dalam pengelolaan perikanan tangkap yang baik dijelaskan pada peraturan
pemerintah pasal 2 ayat 3 No. 25 tahun 2000. Pemerintah pusat memiliki beberapa kewenangan, meliputi: 1 penetapan kebijakan dan pengaturan
eksplorasi, konservasi, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam perairan di wilayah laut di luar perairan 12 mil, termasuk perairan nusantara dan dasar
lautnya serta ZEE dan landas kontinen; 2 penetapan kebijakan dan pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan benda berharga dari kapal tenggelam di luar
perairan laut 12 mil; 3 penetapan kebijakan dan pengaturan batas-batas maritim yang meliputi batas-batas daerah otonom di laut dan batas-batas ketentuan
kebijakan laut internasional; 4 penetapan standar pengelolaan pesisir pantai dan pulau-pulau kecil; dan 5 penegakan kebijakan di wilayah laut diluar perairan 12
mil dan di dalam perairan 12 mil yang menyangkut hal spesifik serta berhubungan dengan internasional.
Pelabuhan perikanan yang merupakan salah satu komponen perikanan tangkap diperlukan suatu kebijakan untuk pengelolaannya, menurut Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Permen. 16MEN2006 pasal 12 ayat 1 dikatakan, pengelola pelabuhan perikanan bertanggung jawab atas pemeliharaan
fasilitas yang berada di pelabuhan perikanan. Selanjutnya pasal 13 ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa pengelolaan pelabuhan perikanan yang dimiliki oleh
Pemerintah Provinsi, Pemerintah KabupatenKota dipimpin oleh seorang Kepala Pelabuhan dan pengelolaan pelabuhan perikanan yang dimiliki oleh BUMN
maupun perusahaan swasta dipimpin oleh seorang Kepala Pelabuhan yang mendapat penetapan dari Direktur Jenderal.
2.5 Operasional Pelabuhan Perikanan
Panduan yang disusun sebagai pedoman operasional Pelabuhan Perikanan atau Pangkalan Pendaratan Ikan dengan menyelenggarakan pelayanan prima akan
terbatas pada hal-hal yang menyangkut pelaksanaan pelayanan berbagai fasilitas pokok dan fasilitas fungsional yang ada. Sebagai suatu sistem kegiatan yang
berlangsung dari waktu secara berkesinambungan maka terselenggaranya pelayanan prima ini sangat dipengaruhi oleh adanya tugas-tugas perawatan dan
pemeliharaan terhadap fasilitas yang digunakan dalam operasional fungsi fasilitas