Gambar 6 Kantor operasional PPI Meulaboh setelah perbaikan akibat tsunami
4.4.2 Prasarana dan sarana ke PPI Meulaboh
1 Transportasi
Akses transportasi umum yang ada di Kota Meulaboh sangat beragam diantaranya adalah ada labi-labi, L300, becak, becak motor. Jenis transportasi ini
melayani penduduk tiap hari mulai jam 4.30 sampai 22.00 WIB. Namun khusus jenis transportasi yang langsung menuju ke PPI Meulaboh adalah becak dan becak
motor, karena Dinas Perhubungan melarang mobil angkutan umum masuk ke areal PPI.
PPI ini berada di pusat Kota Meulaboh dan sangat mudah dijangkau dengan berbagai macam transportasi. Kira-kira jaraknya dengan jalan utama kota hanya
1,5 km dan lebar jalan menuju ke PPI Meulaboh berkisar 5-6 meter sehingga angkutan yang keluar masuk PPI lancar setiap hari dan proses distribusi hasil
tangkapan yang didaratkan di PPI Meulaboh berjalan baik. Oleh karena itu, untuk menunjang agar perikanan tangkap dapat berkembang setiap tahun maka
dibutuhkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait pemda dan masyarakat terhadap sarana dan prasarana transportasi yang baik dalam melayani semua
aktivitas di PPI Meulaboh. 2
Pasar Umum Areal di dekat PPI Meulaboh juga terdapat pasar umum dengan jarak 50
meter dari PPI. Pasar umum ini merupakan pasar induk Kota Meulaboh yang memulai aktivitas dari jam 04.30-18.00 WIB. Pasar tersebut menyediakan
berbagai macam kebutuhan untuk masyarakat setiap hari. Lingkungan pasar umum ini terdapat pasar ikan yang menjual berbagai jenis ikan hasil tangkapan
yang dibawa dengan becak motor dari PPI Meulaboh. 3
Toko Sarana Penangkapan Toko sarana penangkapan di PPI Meulaboh menyediakan berbagai macam
kebutuhan perlengkapan nelayan untuk melaut, seperti alat pancing, bahan jaring, lampu petromak, tali dan umpan buatan. Toko-toko ini berada di sepanjang jalan
menuju ke kompleks PPI Meulaboh dan dibuka setiap hari dari pukul 08.00-16.00 WIB. Toko sarana penangkapan ini jumlahnya sekitar 15 unit yang diusahakan
secara perseorangan oleh penduduk yang umumnya berada di sekitar Pangkalan Pendaratan Ikan. Toko-toko ini dinilai oleh nelayan sangat bermanfaat untuk
persiapan perbekalan melaut dan harganya juga masih bisa terjangkau oleh nelayan.
4. Pasar Bina Usaha pasar modern Akses transportasi yang baik ke Kabupaten Aceh Barat dari kabupaten lain
membuat para pengusaha menanamkan modalnya di Kota Meulaboh, antara lain berdirinya Pasar Bina usaha yang baru selesai dibangun pada tahun 2010. Pasar
Bina Usaha ini merupakan pusat pasar terbesar di Kabupaten Aceh Barat yang menjual berbagai macam kebutuhan masyarakat seperti, pakaian, celana,
aksesoris, elektronik dan perlengkapan rumah. Pasar ikan ini termasuk pasar hiegienis yang mempunyai kualitas ikan tetap terjaga dibandingkan pasar ikan
lainnya. Desain jenis-jenis barang di Pasar Bina Usaha ini seperti Pasar Aceh Banda Aceh, Mini Mall atau Giant.
4.5 Lembaga Perikanan dan Kelautan
Pemerintah pusat memberikan otonomi kepada setiap daerah untuk mengelola sumberdaya alam khususnya dibidang perikanan, salah satunya adalah
daerah Pemerintahan Aceh yang didukung dengan Undang-Undang Pemerintahan Aceh UUPA Tahun 2006. Lembaga Perikanan dan Kelautan di Pemerintahan
Aceh Kabupaten Aceh Barat berbeda dengan provinsi lain seperti lembaga hukum adat laut aceh Panglima Laot memiliki fungsi dan peranan Panglima
Laot yang berbeda dengan DKP dan sistem kelembagaan nelayan yang ada di Kabupaten Aceh Barat.
4.5.1 Lembaga perikanan dan kelautan yang ada di Kabupaten Aceh Barat
Kelembagaan perikanan dan kelautan yang terdapat di Kabupaten Aceh Barat meliputi panglima laot Lembaga hukum adat laut Aceh, HNSI Himpunan
Nelayan Seluruh Indonesia, koperasi, GAPI Gabungan Pedagang Ikan dan GAPIKA Gabungan Pengolah Ikan.
Panglima laot merupakan lembaga adat yang berfungsi sebagai ketua adat bagi kehidupan nelayan di pantaimasyarakat pesisir, dan penghubung antara
pemerintah dengan nelayan dalam mengsukseskan program pembangunan perikanan serta program-program pemerintah secara umumnya. Fungsi dan tugas
Panglima laot diharapkan dapat menbantu pemerintah dalam pembangunan perikanan, melestarikan adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat
nelayan DKP, 2006. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat secara fungsional
bermitra dengan himpunan nelayan seluruh Indonesia HNSI yang memiliki peran dan fungsi yang sangat penting untuk menampung berbagai aspirasi
masyarakat nelayan. Berbagai program pembangunan perikanan perlu disinergiskan dengan program-program yang ada di organisasi tersebut. Dengan
demikian organisasi HNSI Kabupaten Aceh Barat menjadi salah satu organisasi yang dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan untuk berbagi
berbagai informasi dalam rangka pembangunan dan mengembangkan kegiatan perikanan. Keadaan organisasi HNSI pasca tsunami di Kabupaten Aceh Barat
memiliki aktivitas yang lebih rendah akibat hancurnya kantor dan rusak berbagai fasilitas yang ada DKP, 2006.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat mendirikan koperasi sebagai lembaga yang bergerak di bidang Kelautan dan Perikanan yang
diharapkan bisa eksis dalam menopang perekonomian masyarakat nelayan. Jumlah koperasi di Kabupaten Aceh Barat masih sangat terbatas dan belum
mampu memfasilitasi kegiatan nelayan secara keseluruhan. Keadaan tersebut disebabkan selain sangat mininya koperasi yang bergerak dibidang perikanan juga
keterbatasan modal menjadi kendala dalam menggerakkan para nelayan dan