Ida Kintamani Dewi Hermawan - Sekjend Kemdikbud 2012 :

52 melibatkan seluruh elemen PKBM, dan berakar pada kondisi lingkungan, dan budaya setempat. Partisipasi aktif warga belajar sangat tinggi sebagai kekuatan PKBM Bendan Jaya dalam mengembangkan program- programnya. Analisa : tujuan utamanya memiliki kesamaan dengan menggunakan empat fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Hanya saja, dalam penelitian Sodik, letak pengorganisasian berada setelah pelaksanaan atau di urutan ketiga. Pengorganisasian yang dimaksud adalah pengorganisasian untuk sumber daya manusia. Dalam penelitian Sodik, bagian pengorganisasian kurang dibahas secara jelas karena pembahasan justru mengarah pada teori rekrutmen sumber daya manusia. Secara metode penelitian, perbedaan ada pada pendekatannya yaitu kualitatif studi kasus, pada teknik keabsahan data Sodik tidak hanya memakai triangulasi tetapi juga memakai teknik memperpanjang waktu penelitian.

3. Ida Kintamani Dewi Hermawan - Sekjend Kemdikbud 2012 :

Kinerja Pendidikan Kesetaraan sebagai Salah Satu Jenis Pendidikan Nonformal. Berdasarkan hasil dan bahasan maka dapat dilihat dari kelompok belajar pendidikan kesetaraan Paket A, Paket B, dan Paket C terbesar diselenggarakan oleh PKBM sekitar 58,07 sedangkan oleh masyarakat sekitar 26,55 dan terkecil yang diselenggarakan lainnya. Peserta didik pendidikan kesetaraan terbesar pada kelompok usia yang lebih tua dari 53 ketentuan 38,97, Paket A terbesar ternyata berusia 15 tahun 55,58, berarti tidak sesuai dengan ketentuan sedangkan Paket B terbesar adalah berusia 13-15 tahun 40,95, berarti telah sesuai dengan kebijakan agar anak usia 13-15 tahun bersekolah di Paket B. Paket C, ternyata peserta didik terbesar juga pada usia 21 tahun 40,98, berarti juga tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tingkat pendidikan tutor pendidikan Paket A terbesar dengan pendidikan SMAMA 39,19, Paket B terbesar dengan pendidikan diploma 33,38 dan Paket C terbesar dengan pendidikan S1S2 62,73. Berdasarkan jenis pekerjaan maka tutor pendidikan kesetaraan sebagian besar 106.544 orang adalah guru dan nonguru 53.268 orang. Kondisi ini mendukung pendidikan kesetaraan dapat meningkatkan mutunya karena sebagian besar berasal dari guru pendidikan formal. Pengelola pendidikan kesetaraan yang sudah mendapatkan pelatihan sebesar 51,18 dengan rincian laki-laki 56,64 lebih banyak yang dilatih dibandingkan dengan perempuan 45,30. Program Paket B menjadi primadona dalam pendidikan kesetaraan karena semua programnya termasuk kelompok belajar, peserta didik, lulusan, tutor, dan pengelola memiliki data yang terbesar. Hal yang sama juga terjadi pada dana pendidikan di mana Paket B mendapatkan dana terbesar Rp 515.406.931 ribu dengan block grant dengan satuan biaya sebesar Rp 1.122 ribu sehingga jumlahnya menjadi Rp 489.243.612 ribu. 54 Program Paket A dan C juga mendapatkan dana namun kurang dari sepersepuluh dari Paket B. Dengan menggunakan pemerataan dan mutu maka kinerja pendidikan kesetaraan sebesar 69,05 dengan Paket B terbesar 73,68 dan Paket C terkecil 65,85. Analisa : Tujuan penulisan ini adalah memberikan gambaran kepada seluruh stakeholder tentang tiga hal, yaitu 1 sasaran pendidikan kesetaraan, 2 profil pendidikan kesetaraan, dan 3 kinerja pendidikan kesetaraan. Namun penelitian Ida memiliki satu lagi tujuan khusus, dari tiga tujuan di atas kemudian akan dianalisa akankah kinerja program kesetaraan mempengaruhi kebijakan penghapusan Direktorat Pendidikan Kesetaraan pada tahun 2011 sebagai rumusan masalah keempat. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pembahasan antara manajemen dengan implementasi melalui dokumentasi. Metode penelitian Ida pun hanya menggunakan studi dokumentasi. Hasil yag dipaparkan juga berupa rekap dokumentasi namun sudah menyangkut ranah nasional. Hal ini berbeda dengan pembahasan peneliti yang hanya mencakup satu lembaga satuan pendidikan. 55

4. Linatus Sofiah – Universitas Negeri Yogyakarta 2010 :