2 Perempuan 44 58,67
Jumlah 75 100
P.2FC.5
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini juga didasarkan pada jenis kelamin. Jumlah
responden secara keseluruhan adalah 75 orang, yang terbagi atas 44 responden 58,67 adalah perempuan dan 31 responden 41,33 lainnya adalah laki-laki.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, responden terpilih lebih didominasi oleh perempuan.
Tabel 5 Jurusan Responden
No. Jurusan
F 1 IPA
43 57,33
2 IPS 32
42,67 Jumlah
75 100 P.3FC.6
Pada tabel di atas, dinyatakan bahwa jurusan menjadi salah satu karakteristik responden. Dalam penelitian ini, responden yang duduk di kelas XI
IPA lebih mendominasi dibandingkan responden yang duduk di kelas XI IPS. Responden dengan jurusan IPA berjumlah 43 orang 57,33 dan dari jurusan
IPS sebanyak 32 orang 42,67. Hal ini bukanlah suatu unsur kesengajaan. Jumlah tersebut didasarkan pada teknik penarikan sampel menggunakan rumus
Taro Yamane dengan presisi 10 dan tingkat kepercayaan 90 kemudian diproporsionalkan untuk memperoleh jumlah sampel dari setiap jurusan.
4.2.2 Komunikasi Antarpribadi
Pada bagian ini akan dipaparkan data-data yang disaring dari jawaban setiap responden pada tiap-tiap pertanyaan pada kuesioner tentang komunikasi
antarpribadi orang tua dengan anak selaku responden penelitian. Hal tersebut meliputi, keterbukaan orang tua tentang harapannya kepada responden, kejujuran
orang tua menanggapi apa yang saja yang disampaikan responden, tingkat keseringan orang tua mengkritik cara belajar responden, kemauan orang tua
Universitas Sumatera Utara
mengerti keadaan responden, upaya orang tua mencoba merasakan perasaan responden, kesediaan orang tua memberi penjelasan kepada responden, kesediaan
orang tua membantu menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi responden, kesediaan orang tua mendengarkan pandangan responden, tingkat keseringan
orang tua berada dalam keadaan yang positif ketika berkomunikasi dengan responden, kesediaan orang tua menghargai keberadaan responden, kesediaan
orang tua memberikan pujian kepada responden, kesediaan orang tua memberikan hadiah kepada responden, tingkat keseringan orang tua menghukum responden,
kesediaan orang tua mengahargai posisi responden, tingkat keseringan orang tua memancing perdebatan dengan responden, dan kesediaan orang tua membantu
menyelesaikan masalah responden.
Tabel 6 Keterbukaan Orang Tua Dalam Berkomunikasi Dengan Responden
No. Keterbukaan Orang Tua
Dalam Berkomunikasi Dengan Responden
F
1 Sangat terbuka
32 42,67
2 Terbuka 35 46,67
3 Kurang terbuka
7 9,33
4 Tidak terbuka
1 1,33
Jumlah 75 100
P.4FC.7
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 75 responden, ada 35 responden 46,67 yang menyatakan bahwa dalam berkomunikasi, orang tua bersikap
terbuka tentang harapannya kepada responden dan 32 responden 42,67 menyatakan sangat jujur. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa orang tua
mengerti bahwa keterbukaan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk dilakukan ketika sedang dalam kegiatan komunikasi antarpribadi dengan anak.
Pernyataan ini semakin dipertegas melalui tabel yang menunjukkan bahwa hanya ada 7 responden 9,33 yang menyatakan bahwa dalam berkomunikasi, orang
tuanya bersikap kurang terbuka dan hanya 1 responden 1,33 yang menegaskan
Universitas Sumatera Utara
bahwa orang tuanya tidak terbuka menyampaikan harapannya. Melalui sikap keterbukaan yang ditunjukkan oleh orang tua tentang harapannya terhadap diri
responden, maka responden akan semakin mengetahui hal apa yang sebenarnya paling diharapkan orang tua dari dirinya pada saat sekarang atau pun di masa
depannya kelak.
Tabel 7 Kejujuran Orang Tua Dalam Berkomunikasi Dengan Responden
No. Kejujuran Orang Tua Dalam Berkomunikasi Dengan
Responden F
1 Sangat jujur
9 12 2 Jujur
54 72
3 Kurang jujur
11 14,67 4 Tidak
jujur 1 1,33
Jumlah 75
100
P.5FC.8
Melalui tabel 7, dapat dilihat bahwa 54 reponden 72 menyatakan bahwa orang tua bersikap jujur dalam menanggapi apa saja yang disampaikan
responden ketika komunikasi antarpribadi sedang berlangsung. Selanjutnya, tabel juga menunjukkan bahwa ada 9 responden 12 yang mengakui bahwa orang
tuanya bahkan bersikap sangat jujur. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh orang tua responden menjalankan perannya dengan baik ketika
berkomunikasi antarpribadi dengan anaknya. Kejujuran merupakan salah satu hal yang terpenting untuk menunjang suksesnya suatu kegiatan komunikasi
antarpribadi yang dilakukan. Pada tabel di atas, dari keseluruhan responden yang jumlahnya 75 orang, hanya 11 responden 14,67 yang menyatakan bahwa
orang tuanya kurang jujur dalam menanggapi apa yang mereka sampaikan dan 1 responden 1,33 saja yang menyatakan bahwa orang tuanya memang tidak
jujur menanggapi hal apa pun yang dia sampaikan saat komunikasi antarpribadi tengah berlangsung. Dalam hal ini, hal-hal yang disampaikan responden, tentunya
adalah setiap hal yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya.
Tabel 8
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Keseringan Orang Tua Mengkritik Cara Belajar Responden No.
Tingkat Keseringan Orang Tua Mengkritik Cara
Belajar Responden F
1 Sangat sering
25 33,33 2 Sering
42 56 3 Jarang
8 10,67 4 Tidak
pernah Jumlah
75 100 P.6FC.9
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa dari 75 responden, 42 responden 56 menyatakan bahwa orang tua sering mengkritik cara belajar mereka, 25 responden
25 lainnya bahkan menyatakan bahwa orang tua sangat sering mengkritik cara belajar responden. Selanjutnya, ada 8 responden 10,67 yang justru meyatakan
bahwa orang tua jarang mengkritik cara belajarnya. Dari tabel di atas, tampak jelas bahwa tak satu pun responden 0 yang menyatakan bahwa orang tuanya
tidak pernah sama sekali mengkritik cara belajar mereka. Melalui persentase yang ditunjukkan melalui tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa lebih dari separuh
orang tua responden memiliki kecenderungan memandang bahwa masih ada sesuatu yang kurang dan bahkan salah tentang cara belajar responden, sehingga
akhirnya hal tersebut melahirkan kritikan.
Tabel 9 Kemauan Orang Tua Mengerti Keadaan Responden
No. Kemauan Orang
Tua Untuk Mengerti Keadaan
Responden F
1 Sangat mau
11 14,67
2 Mau 52
69,33 3 Kurang
mau 11
14,67 4 Tidak
mau 1
1,33 Jumlah
75 100 P.7FC.10
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9 menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden menyatakan bahwa orang tua mereka memperlihatkan sikap pengertian akan alasan-alasan
mereka yang bersangkutan dengan kegitan belajar. Dari 75 orang, 52 responden 69,33 menyatakan bahwa orang tua mereka mau mengerti dan 11 responden
14,67 menyatakan orang tua mereka sangat mau mengerti. Sebagian lagi menjawab bahwa kemauan orang tua untuk mengerti alasan-alasan mereka yang
menyangkut kegiatan belajar masih kurang dan bahkan ada juga orang tua yang sama sekali tidak mau memberikan pengertian. Berdasarkan pengamatan peneliti
seperti yang dicantumkan pada tabel di atas, maka 11 responden 14,67 yang menyatakan orang tua kurang mau mengerti dan 1 responden 1,33 yang
menyatakan orang tuanya lebih memilih untuk tidak mau mengerti sama sekali. Sikap ketidakmauan orang tua untuk mengerti setiap alasan anak yang
menyangkut kegiatan belajarnya, bisa menjadi salah satu faktor penghambat keberhasilan komunikasi antarpribadi orang tua dan anak yang berlangsung ketika
itu.
Tabel 10 Upaya Orang Tua Mencoba Merasakan Perasaan Responden
No. Upaya Orang Tua
Mencoba Merasakan Perasaan Responden
F
1 Sangat mencoba
1 1,33
2 Mencoba 22 29,33
3 Kurang mencoba
45 60
4 Tidak mencoba
7 9,34
Jumlah 75 100
P.8FC.11
Pada tabel 10, ditunjukkan bahwa persentase responden yang menyatakan masih kurangnya upaya orang tua untuk mencoba merasakan apa yang dirasakan
oleh responden cukup tinggi, yakni 45 responden 60. Selanjutnya, disebutkan 22 responden 29,33 menyatakan bahwa orang tua mau mencoba merasakan
seperti apa yang sedang mereka rasakan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan belajar mereka dan ada pula 1 responden 1,33 yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa orang tuanya bahkan sangat mau mencoba melakukan hal demikian. Artinya, orang tua mau mencoba menempatkan dirinya serta melihat
dan merasakan berdasarkan sudut pandang responden. Hal ini baik bagi responden dibandingkan bila orang tua sama sekali tak mau mencoba merasakan perasaan
yang sedang dialami anak tentang kegiatan belajarnya dan hanya bisa menuntut. Akan tetapi, tabel menunjukkan ternyata masih ada orang tua yang bahkan sama
sekali tidak mau mencoba merasakan perasaan responden, seperti yang dinyatakan oleh 7 responden 9,34.
Tabel 11 Tingkat Keseringan Orang Tua Memberi Penjelasan Kepada
Responden No. Tingkat Keseringan Orang
Tua Memberi Penjelasan Kepada Responden
F
1 Sangat sering
38 50,67
2 Sering 28 37,33
3 Jarang 7 9,33
4 Tidak pernah
2 2,67
Jumlah 75 100
P.9FC.12
Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa kesediaan atau tingkat keseringan orang tua memberi penjelasan kepada responden tentang pentingnya belajar sudah
tinggi. Tabel menunjukkan 38 responden 50,67 menyatakan bahwa orang tua mereka sangat sering menjelaskan pentingnya belajar kepada mereka dan 28
responden 37,33 menyatakan bahwa orang tua mereka juga sering melakukan hal yang sama. Dengan demikian, terjadi suatu komunikasi antarpribadi yang baik
antara orang tua dan responden karena apabila ada hal-hal yang masih menjadi pertanyaan bagi responden, orang tua bersedia memberikan penjelasan tentang
ketidaktahuan itu. Tidak semua orang tua bersedia menjelaskan pentingnya belajar kepada anak mereka. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan 7 responden
9,33 yang menyebutkan bahwa orang tua mereka ternyata jarang memberi penjelasan tentang pentingnya belajar kepada mereka. Selanjutnya, 2 responden
Universitas Sumatera Utara
2,675 lagi menyatakan bahwa orang tua mereka sama sekali tidak pernah memberi penjelasan tentang pentingnya belajar. Artinya, orang tua membiarkan
anak mencari tahu sendiri apa yang perlu dia ketahui atau bahkan orang tua kurang memperhatikan proses belajar anak.
Tabel 12 Kesediaan Orang Tua Membantu Menciptakan Suasana Belajar
Kondusif Bagi Responden No. Kesediaan
Orang Tua
Membantu Menciptakan Suasana Belajar Kondusif
Bagi Responden F
1 Sangat membantu
14 18,67
2 Membantu 40 53,33
3 Kurang membantu
18 24
4 Tidak membantu
3 4
Jumlah 75 100
P.10FC.13
Tabel 12 menunjukkan bahwa persentase orang tua responden yang mengerti bahwa lingkungan yang kondusif penting bagi anak dalam kegiatan
belajarnya sudah tinggi. Dari 75 responden yang diikutsertakan dalam penelitian, 40 responden 53,33 menyatakan bahwa orang tua mereka bersedia membantu
menciptakan suasana belajar yang mendukung, yaitu keadaan yang aman dan nyaman untuk belajar saat berada di rumah. Selanjutnya, tabel menunjukkan ada
14 responden 18,67 yang menyatakan bahwa orang tua bahkan sangat mengerti tentang keperluan mereka. Orang tua sangat berperan dalam membantu
menciptakan lingkungan belajar yang begitu kondusif sehingga memungkinkan responden untuk belajar secara lebih baik. Namun demikian, masih ada pula orang
tua yang tampaknya kurang peka tentang kebutuhan anak. Dari tabel di atas, ditunjukkan bahwa ternyata 18 responden 24 masih merasa orang tua mereka
kurang bersedia membantu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif saat berada di rumah. Sisanya, 3 responden 4 beranggapan bahwa orang tua
mereka tidak peka sama sekali bahwa suasana kondusif akan sangat mendukung
Universitas Sumatera Utara
dalam kegiatan belajar mereka. Hal ini dipertegas melalui pernyataan responden yang mengakui bahwa orang tua mereka memang ternyata sama sekali tidak
membantu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Suasana tersebut dapat dibangun oleh orang tua, misalnya dengan membantu menjaga agar suasana
rumah tetap dalam keadaan bersih dan rapi sehingga nyaman sebagai tempat belajar anak serta menjaga agar keadaan rumah tidak berisik saat anak sedang
belajar.
Tabel 13 Kesediaan Orang Tua Mendengarkan Pandangan Responden
No. Kesediaan Orang
Tua Mendengarkan Pandangan
Responden F
1 Sangat bersedia
8 10,67
2 Bersedia 45
60 3 Kurang
bersedia 22
29,33 4 Tidak
bersedia Jumlah
75 100 P.11FC.14
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kesediaan orang tua untuk mendengarkan pandangan responden sudah baik. Hal ini dipertegas melalui
pernyataan 45 responden 60 yang memandang bahwa orang tuanya adalah orang tua dengan karakter yang bersedia mendengarkan pandangan-pandangan
sekalipun berlawanan dengan pandangan mereka sendiri sebagai orang tua dan 8 responden 10,67 menyatakan bahwa orang tua mereka bahkan sangat bersedia
melakukan hal serupa. Selanjutnya, melalui tabel juga dapat dilihat 22 responden 29,33 menyatakan bahwa kesediaan orang tua untuk mendengarkan
pandangan yang berlawanan dengan pikiran mereka selaku orang tua masih kurang. Namun, tak satu pun responden 0 yang menyebutkan bahwa orang tua
sama sekali tak bersedia mendengarkan pandangan responden ketika itu berlawana dengan pandangan mereka sebagai orang tua. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan orang tua responden adalah orang tua yang mau
Universitas Sumatera Utara
mendukung anaknya dengan menunjukkan sikap bersedia mendengarkan pandangan anak, sekalipun itu berlawanan dengan pandangannya sendiri sebagai
orang tua.
Tabel 14 Tingkat Keseringan Orang Tua Berada Dalam Perasaan Positif
Ketika Berkomunikasi Dengan Responden No.
Tingkat Keseringan
Orang Tua Berada Dalam Perasaan Positif Ketika
Berkomunikasi Dengan Responden
F
1 Sangat sering
7 9,33
2 Sering 50 66,67
3 Jarang 17 22,67
4 Tidak pernah
1 1,33
Jumlah 75 100
P.12FC.15
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 75 responden, lebih dari separuh menyatakan bahwa orang tua mereka memiliki sifat positif terhadap
dirinya sendiri sehingga mampu berinteraksi dengan baik. Melalui tabel, jelas terlihat bahwa 50 responden 66,67 menyatakan bahwa orang tua sering berada
dalam perasaan positif ketika berkomunikasi dengan mereka, bahkan 7 responden 9,33 menyatakan hal semacam itu sangat sering terjadi. Artinya, orang tua
berupaya menjaga emosionalnya agar tetap berada dalam perasaan positif, tidak sedang marah atau semacamnya. Dengan kondisi begitu, orang tua mampu
menjaga kelancaran komunikasi antarpribadi yang tengah berlangsung dengan anak. Akan tetapi, 17 responden 22,67 menyatakan bahwa orang tua jarang
berada dalam perasaan positif dan 1 responden 1,33 menyatakan bahwa orang tuanya bahkan tidak pernah sama sekali berada dalam perasaan positif ketika
komunikasi antarpribadi sedang berlangsung. Perasaan negatif yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
orang tua dapat menghambat suksesnya komunikasi antarpribadi karena perasaan negatif tersebut justru dapat merambat juga kepada anak.
Tabel 15 Kesediaan Orang Tua Menghargai Keberadaan Responden
No. Kesediaan Orang
Tua Menghargai Keberadaan
Responden F
1 Sangat menghargai
18 24
2 Menghargai 48
64 3 Kurang
menghargai 8
10,67 4 Tidak
menghargai 1
1,33 Jumlah
75 100 P.13FC.16
Pada tabel 15 dapat dilihat 48 responden 64 menyatakan bahwa orang tua menghargai keberadaan mereka dalam berkomunikasi dan 18 responden
24 menyatakan bahwa orang tua sangat menghargai keberadaan mereka ketika komunikasi antarpribadi sedang berlangsung. Sikap mau menghargai yang
diperlihatkan orang tua akan membuat responden merasa bernilai dan keberadaannya adalah sesuatu yang penting. Namun, melalui tabel dapat dilihat
bahwa masih ada orang tua yang kurang menghargai keberadaan responden dalam berkomunikasi. Hal tersebut disampaikan oleh 8 responden 10,67. Sisanya,
ada 1 responden 1,33 yang menyatakan bahwa orang tuanya sama sekali tidak mau menghargai keberadaannya dalam berkomunikasi. Sikap demikian
merupakan rasa negatif orang tua yang dapat menyebabkan anak merasa dirinya tak bermanfaat sama sekali dalam komunikasi antarpribadi yang berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16 Kesediaan Orang Tua Memberikan Pujian Kepada Responden
No. Kesediaan Orang
Tua Memberikan Pujian
Kepada Responden F
1 Sangat sering
10 13,33
2 Sering 43 57,34
3 Jarang 21 28
4 Tidak pernah
1 1,33
Jumlah 75 100
P.14FC.17
Pada tabel di atas, 43 responden 57,34 menyatakan bahwa orang tua sering memberikan pujian atas kegiatan dan hasil belajar mereka dan 10
responden 13,33 menyatakan bahwa orang tua mereka bahkan sangat sering melakukan hal yang serupa. Memberikan pujian merupakan salah satu rasa positif
yang dapat ditunjukkan oleh orang tua untuk mendukung keberhasilan komunikasi antarpribadi dengan anak. Namun, ternyata masih ada pula orang tua
yang belum memahami pentingnya memberikan pujian kepada anak. Hal tersebut dipertegas melalui pernyataan 21 responden 28 yang menilai bahwa orang tua
mereka jarang memberikan pujian atas kegiatan dan hasil belajar mereka dan 1 responden 1,33 bahkan tidak pernah sama sekali mendapatkan pujian tersebut
dari orang tuanya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 17 Kesediaan Orang Tua Memberikan Hadiah Kepada Responden
No. Kesediaan Orang
Tua Memberikan Hadiah
Kepada Responden F
1 Sangat sering
3 4
2 Sering 24 32
3 Jarang 39 52
4 Tidak pernah
9 12
Jumlah 75 100
P.15FC.18
Tabel 17 menunjukkan bahwa persentase kesediaan orang tua memberikan hadiah kepada responden atas kegiatan dan hasil belajar mereka tidak terlalu
tinggi. Hanya ada 24 responden 32 yang menyatakan orang tua mereka sering melakukan hal tersebut dan hanya 3 responden 4 yang menyatakan sangat
sering. Kesediaan orang tua memberikan hadiah atas kegiatan dan hasil belajar anak merupakan salah satu pendorong untuk mengubah tingkah laku anak sebagai
salah satu hasil dari komunikasi antarpribadi yang dilakukan. Namun, melalui tabel dapat dilihat bahwa tampaknya orang tua masih menganggap bahwa
memberikan hadiah atas kegiatan dan hasil belajar anak bukan sesuatu yang terlalu penting. Hal tersebut dipertegas melalui pernyataan 39 responden 52
yang mengungkapkan bahwa orang tua mereka jarang memberikan hadiah dan 9 responden 12 lainnya menyatakan bahwa orang tua mereka sama sekali tidak
pernah memberikan hadiah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 18 Tingkat Keseringan Orang Tua Menghukum Responden
No. Tingkat Keseringan
Orang Tua Menghukum Responden
F
1 Sangat sering
8 10,67
2 Sering 21 28
3 Jarang 34 45,33
4 Tidak pernah
12 16
Jumlah 75 100
P.16FC.19
Pada tabel di atas, diperlihatkan bahwa 34 responden 45,33 menyatakan bahwa orang tua jarang memberikan hukuman apabila mereka malas
belajar dan 12 responden 16 bahkan tidak pernah sama sekali dihukum oleh orang tuanya apabila melakukan hal yang sama. Beberapa responden lainnya
menyatakan hal yang berbeda. Tabel menunjukkan 21 responden 28 menyatakan bahwa orang tua akan memberi hukuman kepada mereka apabila
malas belajar dan hal seperti itu sering mereka dapatkan. Selain itu, ada 8 responden 10,67 menyatakan bahwa mereka bahkan sangat sering dihukum
oleh orang tua apabila tidak belajar dengan baik. Memberikan hukuman merupakan salah satu bentuk rasa positif yang dapat ditunjukkan oleh orang tua
kepada anak apabila hukuman yang diberikan sifatnya positif.
Tabel 19 Kesediaan Orang Tua Menghargai Posisi Responden
No. Kesediaan Orang
Tua Menghargai Posisi
Responden F
1 Sangat menghargai
23 30,67
2 Menghargai 46
61,33 3 Kurang
menghargai 6
8 4 Tidak
menghargai
Universitas Sumatera Utara
Jumlah 75 100
P.17FC.20
Posisi responden sebagai murid merupakan satu hal yang sangat penting untuk diingat oleh orang tua sehingga mereka mampu menghargai setiap hal yang
dikerjakan oleh responden. Dari pernyataan responden pada tabel di atas, 46 responden 61,33 menunjukkan bahwa orang tua menghargai posisi responden
sebagai anak sekaligus murid dan 23 responden 30,67 menyatakan bahwa orang tua mereka bahkan sangat menghargai posisi tersebut. Tabel menunjukkan
hanya ada 6 responden 8 yang merasa orang tuanya kurang menghargai posisi mereka dan tak satu pun responden 0 yang merasa tidak dihargai.
Orang tua perlu menunjukkan sikap menghargai posisi anak ketika melakukan komunikasi antarpribadi agar tidak ada kesenjangan. Dengan
demikian, anak memiliki kesempatan yang sama dengan orang tua untuk mengutarakan pendapatnya. Melalui tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
persentase kesediaan orang tua menghargai posisi responden sudah tergolong tinggi.
Tabel 20 Tingkat Keseringan Orang Tua Memancing Perdebatan Dengan
Responden No. Tingkat
Keseringan Orang Tua Memancing
Perdebatan Dengan Responden
F
1 Sangat sering
6 8
2 Sering 18 24
3 Jarang 38 50,67
4 Tidak pernah
13 17,33
Jumlah 75 100
P.18FC.21
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah orang tua yang sering memancing perdebatan dengan respoden ternyata tidak terlalu besar. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
dipertegas melalui 18 responden 24 yang menyatakan bahwa orang tua sering memancing perdebatan dan hanya 6 responden 8 yang menyatakan bahwa
orang tua sangat sering melakukan hal yang serupa. Selanjutnya, tabel juga memperlihatkan bahwa 38 responden 50,67 menyatakan bahwa orang tua
mereka jarang memancing perdebatan dalam berkomunikasi dan 13 responden 17,33 menyatakan bahwa orang tua mereka bahkan tak pernah melakukan hal
yang demikian. Dalam hal ini, orang tua membantu kelancaran komunikasi antarpribadi karena mampu menciptakan kesamaan rasa seperti yang dialami
anak, sehingga dapat menyurutkan keinginan-keinginan untuk memperdebatkan sesuatu.
Tabel 21 Kesediaan Orang Tua Membantu Menyelesaikan Masalah Responden
No. Kesediaan Orang
Tua Membantu Menyelasaikan
Masalah Responden F
1 Sangat membantu
11 14,67
2 Membantu 43 57,33
3 Kurang membantu
19 25,33
4 Tidak membantu
2 2,67
Jumlah 75 100
P.19FC.22
Tabel di atas menunjukkan tingginya kesediaan orang tua membantu menyelesaikan setiap masalah yang berpotensi mempengaruhi kegiatan dan hasil
belajar responden. Hal ini dipertegas melalui pernyataan 43 responden 57,33 yang menunjukkan kesediaan orang tua untuk membantu dan 11 responden
14,67 yang menunjukkan bahwa orang tua sangat membantu untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kegiatan dan hasil belajar
mereka. Orang tua yang kurang bersedia membantu responden dalam hal ini jumlahnya tak terlalu besar. Tabel menunjukkan 19 responden 25,33 yang
menyatakan hal tersebut dan hanya ada 2 responden 2,67 yang menyatakan bahwa orang tuanya sama sekali tidak membantu menyelesaikan masalah yang
Universitas Sumatera Utara
sedang dihadapi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua responden bersedia menciptakan kesamaan dalam berkomunikasi melalui penghargaan
positif kepada anak, seperti memberi bantuan ketika anak dalam kesulitan.
4.2.3 Motivasi Belajar