yang dilakukan adalah uji dua arah maka t
tabel
yang digunakan adalah t
5
atau t
0,05
39 = 1,688.
Tabel 4.13 Hasil T Hitung
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 1.345
1.924 .699
.489 LK_FISIK
.322 .136
.400 2.363
.023 LK_NONFISIK
.355 .160
.377 2.224
.032 a. Dependent Variable: STRES_KERJA
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 16.0 2012
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Variabel Lingkungan Kerja Fisik
Nilai t
hitung
dari lingkungan kerja fisik adalah 2,363 dengan tingkat signifikansi 0,023 dan nilai t
tabel
pada alpha 5 dan df1 = 39 adalah 1,688. Variabel lingkungan kerja fisik berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap stres kerja karyawan pada CV Raysa Properti Medan, hal ini terlihat dari nilai t
hitung
2,363 t
tabel
1,688 dan nilai signifikansi dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,023. Variabel lingkungan kerja
fisik merupakan variabel yang secara parsial lebih dominan mempengaruhi variabel terikat yaitu stres kerja karyawan.
b. Variabel Lingkungan kerja Non Fisik
Nilai t
hitung
dari lingkungan kerja non fisik adalah 2,224 dengan tingkat signifikansi 0,032 dan nilai t
tabel
pada alpha 5 dan df1 = 39 adalah 1,688. Variabel lingkungan kerja non fisik berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap stres kerja karyawan pada CV Raysa Properti
Universitas Sumatera Utara
Medan, hal ini terlihat dari nilai t
hitung
2,224 t
tabel
1,688 dan nilai signifikansi dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,032.
4. Pengujian Koefisien Determinasi R
2
Pengujian koefisien determinasi R
2
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat. Dalam output
SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary
b
dan tertulis R Square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R Square
yang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel bebas dalam penelitian. Nilai R Square dikatakan baik
jika di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1.
Tabel 4.14 Pengujian Koefisien Determinasi
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 16.0 2012
a. Nilai R sebesar 0,729 atau 72,9 yang menunjukkan bahwa hubungan antara lingkungan kerja fisik X
1
dan lingkungan kerja non fisik X
2
terhadap variabel stres kerja karyawan Y pada CV Raysa Properti Medan
hubungannya erat. b. Nilai Adjusted R Square 0,508 berarti 50,8 stres kerja karyawan dapat
dijelaskan oleh lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik.
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.729
a
.532 .508
1.89754 a. Predictors: Constant, LK_NONFISIK, LK_FISIK
b. Dependent Variable: STRES_KERJA
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan sisanya 49,2 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
c. Standard Error of Estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Nilai Standard Error of Estimate-nya adalah 1,89754.
Semakin kecil Standard Error of Estimatenya berarti model semakin baik.
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik secara serempak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap stres kerja karyawan pada CV Raysa Properti Medan. Secara parsial variabel independen yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap stress
kerja karyawan adalah lingkungan kerja fisik. Hal ini didukung teori dari Robbins 2002:224 dimana lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor penyebab stres
kerja pegawai yang berpengaruh pada prestasi kerja. Kondisi kerja yang mendukung diartikan sebagai kepedulian pegawai akan
lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas dengan baik, mereka cenderung lebih menyukai lingkungan
fisik yang aman dan nyaman. Temperatur, cahaya dan faktor-faktor lingkungan lainnya, seharusnya tidak terlalu ekstrem terlalu banyak atau terlalu sedikit
seperti misalnya terlalu panas, terlalu remang-remang. Penelitian di lapangan menunjukkan stress kerja karyawan pada CV Raysa
Properti disebabkan oleh lingkungan kerja fisik yang juga didukung oleh teori dari Carry Cooper dalam Munandar 2001:387 yang menyatakan bahwa sumber stres
kerja salah satunya berasal dari kondisi kerja yang buruk. Hal ini dapat berpotensi
Universitas Sumatera Utara
menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit. Jika ruangan tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja
kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan. Hal ini dapat terlihat melalui penelitian secara deskriptif dimana sebagian
karyawan merasakan mutu udara yang kurang baik dikarenakan lokasi pembangunan rumah yang berdekatan dengan lokasi perkantoran membuat mutu
udara kurang terjaga dengan baik dengan banyaknya debu dan asap yang berada di sekitar kantor. Hal ini berdampak pada kenyamanan bekerja para karyawan
yang membutuhkan udara segar bukannya debu atau asap untuk bernafas setiap harinya. Nantinya jika karyawan hanya terus menerus menghirup udara melalui
fasilitas AC di dalam kantor saja akan mempengaruhi kondisi kesehatan para karyawan kedepannya.
Indikator lainnya yang mempengaruhi stres kerja adalah faktor ruang gerak yang sempit di dalam kantor sehingga karyawan menjadi kurang leluasa dalam
beraktivitas secara lancar. Hal ini dikarenakan luas lahan kantor tidak begitu luas dan dipenuhi oleh alat-alat perkantoran seperti meja-meja komputer, mesin
fotokopi dan peralatan lainnya yang dapat mengganggu kenyamanan dalam bergerak. Faktor lainnya yang mempengaruhi stres kerja karyawan CV Raysa
Properti Medan adalah faktor tingkat kebisingan, dimana sama halnya dengan mutu udara tingkat kebisingan yang berasal dari suara pembangunan rumah sangat
mengganggu konsentrasi dalam bekerja oleh sebagian karyawan. Suara pengetokan batu, pengeboran, suara mesin pengolahan semen dan lainnya yang
Universitas Sumatera Utara
cukup keras ternyata berdampak secara langsung kepada kondisi para karyawan CV Raysa Properti Medan.
Namun dari kesemua faktor yang telah disebutkan, ada beberapa faktor yang masih dirasakan positif oleh para karyawan seperti penerangan dalam kantor yang
terdistribusi dengan merata akibat jumlah dan pengaturan lampu yang memadai, suhu udara yang nyaman dikarenakan fasilitas AC yang memadai serta pengaturan
ruang kerja yang cukup baik di dalam kantor sehingga memudahkan proses koordinasi kerja antar karyawan.
Variabel independen kedua yang mempungaruhi stres kerja karyawan secara positif dan signifikan adalah lingkungan kerja non fisik. Hal ini didukung
oleh teori dari Nitisemito 2001:183 dimana perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan,
bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik
dan pengendalian diri. Membina hubungan yang baik antara sesama rekan kerja, bawahan maupun atasan harus dilakukan karena karyawan saling membutuhkan.
Hubungan kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologis karyawan yang dampaknya akan berpengaruh pada stres kerja karyawan.
Penelitian di lapangan menunjukkan bahwa hanya ada dua faktor yang mempengaruhi stres kerja karyawan pada variabel ini yaitu pernyataan sebagian
besar karyawan yang menyatakan bahwa atasan sangat sulit untuk ditemui secara langsung dikarenakan atasan jarang berada di lokasi perkantoran, namun hal ini
dapat diminimalisir dengan adanya akses internet dan media komunikasi lainnya
Universitas Sumatera Utara
yang memudahkan proses komunikasi dan pelaporan kepada atasan sehingga berjalan cukup efektif dan lancar.
Faktor kedua adalah kondisi persaingan yang cukup tinggi khususnya pada bagian pemasaran membuat suasana kerja sama menjadi terhambat karena
kurangnya sosialisasi antar karyawan dimana karyawan bekerja lebih kepada sistem individual dibandingkan dengan teamwork kerjasama tim. Berbanding
terbalik dengan bagian pemasaran untuk faktor koordinasi mengenai informasi kerja berjalan dengan lancar untuk karyawan bagian operasional.
Peneliti menilai berdasarkan hasil penelitian di lapangan yang melihat memang terjadi stres kerja pada karyawan CV Raysa Properti Medan adalah pada
pernyataan reponden mengenai kondisi persaingan yang cukup tinggi mempengaruhi kondisi emosional karyawan yang tertekan dikarenakan kurang
harmonisnya sosialisasi antar sebagian besar karyawan khususnya karyawan bagian pemasaran yang berlomba-lomba untuk mendapatkan bonus untuk
kepentingan masing-masing. Menurut Carry Cooper dalam Munandar 2001:387 pekerjaan yang kurang mengandung unsur sosial kurangnya komunikasi sosial
berdampak pada kondisi karyawan yang merasa pekerjaan tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah
kebosanan atau ketidakpuasan. Faktor berikutnya yang berasal dari lingkungan kerja itu sendiri
mempengaruhi kondisi berfikir tiap karyawan dimana dengan kondisi lingkungan yang kurang baik, karyawan merasa tidak dapat berfikir secara jernih untuk
menggali potensi dirinya dalam membuat ide-ide kreatif untuk pencapaian target
Universitas Sumatera Utara
yang diinginkan perusahaan. Selain itu kondisi lingkungan yang buruk akan menyebabkan terhambatnya fokus kerja karyawan sehingga sebagian besar
karyawan merasa sulit untuk berkonsentrasi dalam bekerja. Dampak yang paling buruk adalah stres kerja yang terjadi dapat menyebabkan kondisi fisik karyawan
yang mudah lelah bahkan lebih buruk lagi akan menyebabkan karyawan jatuh sakit sehingga proses kerja menjadi terhambat dengan meningkatnya angka
ketidakhadiran karyawan dikarenakan kondisi fisik yang buruk. Kesemua pernyataan karyawan yang dapat dilihat dari hasil penelitian ini
menunjukkan terjadinya stres kerja pada karyawan CV Raysa Properti Medan yang didukung oleh teori dari Veithzal 2004:516 yang menyatakan stres kerja
adalah suatu kondisi yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seorang karyawan,
dalam hal ini tekanan tersebut disebabkan oleh lingkungan pekerjaan tempat karyawan tersebut bekerja.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu dari Susilo 2007 dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik dan Non Fisik
Terhadap Stres Kerja Pada PT. Indo Bali Di Kecamatan Negara, Kabupaten Jimbaran, Bali”.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan pada CV
Raysa Properti Medan. 2. Faktor yang paling dominan mempengaruhi stres kerja karyawan pada CV
Raysa Properti Medan adalah variabel lingkungan kerja fisik.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :
1. Variabel lingkungan kerja fisik dalam penelitian ini merupakan variabel paling dominan berpengaruh terhadap stres kerja karyawan pada CV
Raysa Properti Medan, sehingga disarankan kepada pemilik CV Raysa Properti Medan untuk dapat meminimalisir kondisi lingkungan kerja fisik
yang buruk dengan penanganan lebih lanjut terhadap mutu udara dengan sistem penyaringan udara agar udara yang masuk menjadi udara yang
bersih, perluasan ruang gerak dengan mengurangi peralatan kantor yang kurang diperlukan sehingga karyawan menjadi fleksibel dalam bergerak
dan untuk faktor kebisingan dapat diminimalisir dengan membuat kantor 71
Universitas Sumatera Utara