Di Indonesia, masih ditemukan cukup banyak penderita dengan gejala klinis yang lanjut dan berat. Umumnya gejala baru timbul bila faal ginjal sudah terganggu sehingga
ureum darah lebih dari 100-150 mldL. Pada penderita lanjut ditemukan keadaan umum pasien yang buruk, pucat, hiperpigmentasi kulit, mulut dan bibir yang kering, spasme otot, dan
kesadaran menurun sehingga koma.
1
Tabel 3 : Gejala klinis penyakit ginjal kronis Proctor R dkk. Oral and Dental ......
Aspects of Chronic Renal Failure. J Dent Res. 2005;84-199
Sistem Gejala
Hematologis Anemia akibat penurunan eritopoietin, disfungsi platelet,
gangguan imunitas yang diperantarai sel
Kardiovaskular Hipertrofi ventrikel kiri sekunder dari anemia hipertensi, gagal jantung, perikarditis, hipertensi, arteriosklerosis yang progresif
Neurologis Konfusi, paranoid, apati, konvulsi, koma, neuropati perifer,
twitching dan fasikulasi Gastrointestinal Serostomia, malodor, sialosis, anoreksia, sedakan, muntah,
pendarahan gastrointestinal, konstipasi, esofagitis, gastritis, duodenitis, dan ulserasi peptik
Dermatologis Pruritis, hiperpigmentasi kutan, hiperpigmentasi kuku
Respiratori Infeksi, hiperventilasi, edema pulmonari
Endokrin Disfungsi tiroid, penurunan sekresi hormon pertumbuhan,
amenorrhea, oligomenorrhea, peningkatan luteinizing hormone dan follicle-stimulatory hormone, disfungsi seksual pada laki
penurunan testosterone
2.6.2 Sindroma Uremik
Universitas Sumatera Utara
Sindroma uremik merupakan sekelompok gangguan toksik sistemik akibat penyakit ginjal dan terjadi pada tingkat established chronic kidney disease. Apabila ginjal masih sehat,
tahap serum kreatinin adalah normal. Tetapi apabila glomerulus fliltration rate di bawah 10mlmenit, penderita akan mengalami suatu simptom yang tipikal yaitu uremia. Efek
sindroma uremia yang paling parah adalah multiple organ failure dan metabolism failure.
1,4
Tabel 4 : Gangguan sistemik pada penderita penyakit kronis sindroma uremia Scott ...
SD dkk. Renal Disease. 2008. Burkett’s Oral Medicine. Hamilton: BC ...
Decker Inc: 368
2 .7
Penya kit
Period ontal
P enyakti
period ontal
merup akan
gejala yang diinduksi serangan bakteri secara akut atau kronik pada gingiva, ligamen periodontal,
sementum dan tulang alveolar oleh bakteri gram negatif. Patogenesis dari penyakti periodontal Sistem badan
Manifestasi Gastrointestinal
Nausea, muntah, anoreksia, penciuman dan kecap logam dalam rongga mulut, stomatitis, parotitis,
esofagitis, gastritis dan pendarahan gastrointestinal Neuromuskular
Sakit kepala, neuropati perifer, paralisis, dan kejang Hematoimunogik
Anemia normositik dan normokromik, gangguan koagulasi, bertambahnya kerentanan terhadap infeksi,
produksi eritropoietin menurun, limfositopenia Metabolik endokrin
Osteodistrofi ginjal osteomalasia, osteoporosis, osteosklerosis,
hiperparatiroidisme sekunder, gangguan pertumbuhan, penurunan libido, amenorrhea
kardiovaskular Hipertensi arteriol, gagal jantung kongestif,
kardiomiopati, pericarditis, aritmia Dermatologik
Pallor, hiperpigmentasi, ekimosis, uremic frost, pruritus, kuku terpigmentasi perang kemerahan pada
distal
Universitas Sumatera Utara
yang klasik melibatkan respons immunogenik yang berlanjut menjadi destruksi jaringan dan paling signifikan, destruksi tulang alveolar. Mayoritas dari kandungan plak adalah bakteri
seperti Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans dan lain lain yang beradhesi pada permukaan gigi dalam beberapa saat setelah kita menyikat gigi.
1,17
Plak merupakan faktor etiologi penyakit periodontal. Plak supragingiva mengandungi produk bioaktif yang bervariasi, seperti asam organik, komponen sulfur, enzim pemakan
jaringan, peptidoglikan, dan liposakarida endotoksin. Komponen tersebut akan berdiffusi dari struktur plak ke permukaan epitelium gingiva dan meningkatkan pengaliran cairan
inflamatori ke jaringan periodontal. Bakteri proteolitik akan mengembangkan niche ekologi dan memproduksi protease yang dapat merusakan jaringan.
4,17
Konsep dasar yang menghubungkan penyakit sistemik seperti penyakit ginjal kronis dengan kondisi rongga mulut, terutama periodontitis sangat membutuhkan penelitian yang
lanjut. Teori infeksi fokal muncul hasil dari hasil pemikiran para ilmuwan terhadap hubungan tersebut. Infeksi fokal merupakan suatu infeksi kronis yang membebaskan mikroorganisme
atau produk toksik ke jaringan yang jauh dari daerah asal infeksi sehingga secara tidak langsung menginfeksi organ lain melalui respons inflamasi dan kerja sitokin. Pernyataan
demikian walaupun bersifat hipotetik, namun menjadi dasar yang substansial untuk membuktikan hubungan bi-directional antara penyakti sistemik dan patogenesis penyakit
periodontal. Hal ini karena infeksi rongga mulut seperti penyakit periodontal berkaitan dengan peningkatan prevalensi komplikasi arterosklerotik dan peningkatan serum C-reactive protein
yang berperan dalam destruksi ligamen periodontal, hiperplasia gingiva dan destruksi tulang alveolar.
17
Universitas Sumatera Utara
2.8 Manifestasi Penyakit Ginjal Kronis pada Rongga Mulut