Perawatan Dental pada Penderita Penyakit Ginjal Kronis

Beberapa anomali struktur gigi seperti hipoplasia enamel, erosi gigi, peningkatan mobiliti gigi, dan maloklusi dapat terjadi pada penderita penyakit ginjal kronis. Menurut Davidovich dkk, hipoplasia enamel sekunder berasal dari perubahan metabolisme kalsium dan fosfor yang akan mempengaruhi struktur dan bentuk gigi decidui dan permanen. Selain itu, pada gigi penderita tampak juga adanya erosi. Menurut beberapa penelitian, erosi yang parah pada gigi tersebut merupakan hasil nausea dan muntah setelah menjalani perawatan dialisis. 1- 4,27 Manifestasi klinis lain termasuk mobiliti gigi, maloklusi, dan kalsifikasi jaringan lunak terjadi secara metastatik. Peningkatan mobiliti dan drifting pada gigi tanpa pembentukan poket periodontal yang patologis bisa terjadi dan dapat mengakibatkan pelebaran pada ligamen periodontal. Apabila keadaan ini semakin berlanjut maka dapat terjadi maloklusi. 1,4

2.8.9 Lesi pada Tulang Alveolar

Abnormalitas pada tulang seperti renal osteodystrophy terjadi akibat destruksi tulang alveolar yang penting sebagai fondasi gigi serta gambaran yang merefleksikan perubahan metabolisme kalsium termasuk gangguan prosedur dialisis terhadap biokemis fosfat dan kegagalan aktivasi vitamin D. 1,14 Tulang kompak pada rahang akan menipis dan akhirnya hilang. Fraktur spontaneous dapat terjadi saat pergerakan motorik yaitu pada saat mastikasi, dan sering menyulitkan dalam melakukan perawatan bedah pada rongga mulut terutama yang membutuh ekstraksi. 4

2.9 Perawatan Dental pada Penderita Penyakit Ginjal Kronis

Universitas Sumatera Utara Pasien yang menderita penyakit ginjal kronis berhak mendapatkan perawatan gigi yang khas, bukan karena adanya hubungan antara sistemik dan rongga mulut tetapi karena efek samping dan karasteristik dari perawatan yang diterima harus diperhatikan agar tidak menambah beban dan rasa sakit pada penderita. 1,25,28 Pertama, dokter gigi harus membentuk komunikasi dengan dokter penyakit dalam penderita, jika tiada harus mendapatkan rujukan yang menyeluruh dari spesialis nefrologi sehingga rekam medis, kondisi fisiologis dan komplikasi penderita sebelum perawatan gigi dilakukan demi mempertahankan atau memperbaiki kesehatan rongga mulut dan umum penderita. 1,27 Dua kondisi hematologik yang paling membutuhkan perhatian adalah perdarahan yang berlebihan dan anemia pada populasi uremia dan penyakit ginjal kronis shingga disarankan agar tes hematologi seperti blood count dan tes koagulasi dilakukan sebelum perawatan invasif dilakukan. Menurut Levy dkk, infeksi rongga mulut harus dieliminasi dan profilaksis antibiotik harus dipertimbangkan apabila risiko endokarditis infektif pada penderita yang menjalani hemodialisis dan septimia meningkat. Contohnya, pada saat pencabutan gigi, perawatan periodontal dan bedah. Demi mengurangi risiko perdarahan, perawatan dapat dijadwalkan pada hari setelah hemodialisis supaya heparin dalam darah berada pada tingkat paling minimal. Sebelum perawatan dimulai, tekanan darah penderita harus diperhatikan dan disaran untuk mengurangi perasaan cemas pada penderita dengan sedasi. 1,27 Serostomia mungkin terjadi karena penurunan intake air pada pasien penyakit ginjal kronis menyebabkan pasien tidak selera makan, susah makan dan menelan makanan. Universitas Sumatera Utara Peningkatan plak akan menjadi konstan dan memperburukan kesehatan rongga mulut penderita. Dokter gigi dapat memberikan mouth-moisturizing paste, permen karet bebas gula yang menstimulasi saliva saliva-stimulating chewing gum atau chew sugar-free gum, dan obat kumur non-alkohol serta bila perlu dilakukan pemberian saliva substitute. 4 Kesehatan jaringan periodontal dan hygiene oral pasien perlu dijaga. Pasien dianjurkan berkumur-kumur dengan obat kumur chlorhexidine 0,12 atau chlorhexidine digluconate 0,2 dan mengajarkan pasien cara menjaga kebersihan rongga mulutnya dengan baik. Untuk mencegah sepsis, amoxicillin 2 gram 1 jam direkomendasi sebelum prosedur dental atau clindamycin 600 mg digunakan sebagai antibiotik profilaksis. Selain itu, clarithromycin oral dipakai untuk penderita yang berhipersensitivitas terhadap penisilin. Penatalaksanakan pembesaran gingiva akibat efek obat disarankan dengan menggunakan obat kumur antimikrobial seperti Metranidazole untuk menurunkan konsentrasi Siklosporin serta meminimalisasikan nefrotoksisitas. Rekurensi sering terjadi sehingga disarankan agar melakukan kontrol plak yang efektif dan dapat dibantu dengan pemberian klorheksidin glukonat topikal atau triklosan. 1,4,9,27

2.10 Indeks pengukuran Kondisi Higiene Oral